GAZA – Badan Pertahanan Sipil Gaza pada Minggu (17/11/2024) melaporkan, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk empat perempuan dan tiga anak-anak, di sejumlah wilayah Gaza.
Serangan terbaru yang paling mematikan terjadi di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah.
Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan serangan di sana menewaskan sedikitnya 10 orang.
Sementara itu, seorang perempuan tewas dan 10 orang terluka dalam serangan lain di sebuah rumah di kamp yang sama.
“Sedangkan lima orang lainnya tewas dan 11 lainnya terluka oleh rudal yang diluncurkan oleh pesawat tak berawak Israel pada Minggu pagi di Kota Rafah, dan empat orang lainnya -tiga perempuan dan seorang anak- tewas dalam serangan semalam di sebuah rumah di sebelah barat kamp Nuseirat di Gaza tengah,” terang Bassal, dikutip dari AFP.
Kementerian Kesehatan Gaza sebelumnya mengatakan pada Sabtu (16/11/2024), bahwa jumlah korban tewas di Gaza akibat serangan Israel secara keseluruhan telah mencapai 43.799 orang. Mayoritas korban tewas adalah warga sipil, menurut angka kementerian, yang dianggap dapat diandalkan oleh PBB.
Penjarahan Bantuan
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sekelompok non-government organization (NGO) pada Jumat (15/11/2024) melaporkan, penjarahan bantuan yang mencapai Gaza menjadi lebih mudah terjadi karena tentara Israel menargetkan polisi setempat yang seharusnya dapat mencegahnya.
Sebuah laporan dari 29 LSM, termasuk Save the Children, Oxfam, dan Care, menyebut bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah Palestina itu telah jatuh ke titik terendah sepanjang masa.
Pada Oktober kemarin, rata-rata per hari hanya ada 37 truk bantuan kemanusiaan yang tiba di sana.
Sementara, pada pekan pertama November ini, jumlahnya naik tapi tidak signifikan menjadi 69 truk per hari.
Angka itu jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata 500 truk per hari sebelum perang Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober 2023 lalu.
NGO-NGO tersebut mengatakan, hanya menghitung jumlah truk tidak lagi menjadi ukuran yang memadai untuk mengukur jumlah bantuan yang sampai ke masyarakat di Jalur Gaza. Sebab, kata dia, penjarahan adalah masalah yang terus berlanjut.
“Penjarahan barang terjadi sebagai konsekuensi dari penargetan Israel terhadap pasukan polisi yang tersisa di Gaza dan kelangkaan barang kebutuhan pokok, kurangnya rute, serta penutupan sebagian besar titik-titik penyeberangan. Ini telah mengakibatkan keputusasaan penduduk Gaza di tengah-tengah kondisi yang mengerikan itu,” jelas mereka, sebagaimana dilansir AFP.
Berdasarkan “laporan media”, NGO-NGO tersebut menuduh Militer Israel telah gagal mencegah truk-truk bantuan dijarah dan gerombolan bersenjata memeras organisasi-organisasi bantuan untuk mendapatkan uang perlindungan.
“Dalam beberapa kasus, anggota kepolisian setempat yang tersisa mencoba mengambil tindakan terhadap para penjarah, tetapi diserang oleh pasukan Israel,” jelas sekelompok LSM itu.
Disebutkan lebih jauh, insiden-insiden penjarahan telah terjadi di dekat atau di depan mata pasukan Israel dan mereka tidak melakukan intervensi, bahkan ketika para pengemudi truk meminta bantuan.
Sementara itu, sekelompok NGO itu menyebut, serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 20 pekerja bantuan yang sebagian besar berasal dari organisasi-organisasi Palestina antara tanggal 10 Oktober dan 13 November.
“Para pekerja terbunuh di rumah mereka, di kamp-kamp pengungsian, dan ketika sedang memberikan bantuan yang menyelamatkan nyawa,” kata laporan itu.
Pada Selasa, Israel mengumumkan pembukaan penyeberangan bantuan tambahan ke Gaza, menjelang tenggat waktu yang diberikan AS untuk meningkatkan pengiriman bantuan, namun badan-badan bantuan mengatakan hal itu tidak cukup.
Amerika Serikat bulan lalu memperingatkan Israel untuk memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza atau menghadapi risiko pengurangan bantuan militer. Sehari sebelum tenggat waktu, militer Israel mengatakan bahwa mereka telah membuka penyeberangan Kissufim “sebagai bagian dari upaya dan komitmen untuk meningkatkan volume dan rute bantuan” ke Gaza.
Namun, badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan delapan kelompok kemanusiaan mengatakan, Israel belum melakukan cukup banyak hal untuk memasukkan bantuan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memperingatkan Israel bulan lalu bahwa mereka memiliki waktu 30 hari untuk meningkatkan pengiriman bantuan ke Gaza atau berisiko kehilangan sejumlah bantuan militer dari Washington, pemasok senjata utamanya. (Web Warouw)