Sabtu, 1 April 2023

BENER NIH..! CAK IMIN: Antisipasi Krisis Pangan, Harus Ada Kewajiban Tanam Bagi Pemegang Konsesi Tanah

BANDUNG- Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar mengingatkan lagi tentang ancaman krisis pangan dunia yang dapat terjadi dalam waktu dekat. Krisis yang merupakan imbas dari konflik militer antara Rusia versus koalisi barat dan perang komoditas yang dilancarkan kelompok negara maju terhadap negara-negara penghasil komoditas itu harus diantisipasi dengan tepat oleh pemerintah Indonesia.

”Krisis politik dan militer global saat ini mendorong kenaikan harga gas. Akibatnya, pupuk naik, pertanian terganggu, produksi pangan pun menurun. Karena itu, Indonesia sebisa mungkin harus meningkatkan ketahanan energi dan ketahanan pangan,” ujarnya dalam Seminar Ekonomi ”Pasca Konflik Rusia-Ukraina: Menuju Multipolarisme”, yang diselenggarakan ISEI Jawa Barat dan Komite Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia di Bandung, Selasa (24/1).

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa itu mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan ketahanan energi dengan memperkuat kebijakan serta mengimplementasikan strategi yang handal untuk menutup kekurangan produksi minyak.

”Pemerintah perlu melalukan kalkulasi secara cermat atas neraca energi kita. Peluasan struktur energi nasional harus berbasis sumber energi dimana kita mengalami surplus,” ungkapnya.

Dalam konteks ketahanan pangan, Cak Imin memandang bahwa produksi pangan nasional masih jauh dari optimal. Produksi pangan strategis yang belum aman itu memicu munculnya kebutuhan untuk impor beras dan impor komoditi pangan lainnya seperti gula dan kedelai.

Karena itu, Cak Imin menyarakan agar strategi pencapaian swasembada pangan disesuaikan dengan perkembangan jaman. Jika di jaman Orde Baru dulu swasembada dicapai dengan pola wajib tanam yang dibebankan kepada para petani kecil, maka saat ini, beban tersebut semestinya dipindahkan ke pundak pemegang konsesi lahan milik negara.

”Terdapat puluhan juta hektar tanah negara yang terkonsentrasi dalam konsesi-konsesi perkebunan atau pertambangan. Kenapa tidak, pemegang konsesi itu diwajibkan mengalokasikan 5 atau 10% dari luas tanah konsesinya untuk menanam komoditi pangan strategis?,” ungkapnya.

Optimalisasi pemanfaatan tanah negara semacam itu, ujar Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu, pernah diterapkan oleh Rusia. Sebelum tahun 2000, negara berjuluk ”beruang merah” tersebut merupakan importir pangan yang besar. Namun, dengan menggenjot produktifitas lahan yang mereka miliki, negara tersebut kini bisa menjadi salah satu eksportir pangan utama di dunia. (Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,593PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru