JAKARTA- Meskipun melihat ada kemungkinan aktor-aktor politik bermain di balik aksi unjuk rasa pada 4 November lalu, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah mengisyaratkan adanya kemungkinan makar pada rencana aksi unjuk rasa pada 2 Desember mendatang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sama sekali tidak khawatir.
“Ndaklah, kita kan produk demokrasi yang konstitusional. Saya biasa-biasa saja,” kata Presiden Jokowi menjawab wartawan soal kemungkinan adanya penjegalan terhadap posisinya, usai melakukan sarapan pagi bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11) pagi.
Menurut Presiden, pertemuannya dengan tokoh-tokoh politik, juga konsolidasi dengan TNI – Polri, tidak terkait dengan kekhawatiran sebagaimana yang ditanyakan wartawan. Namun, menurutnya, memang itu yang harus dilakukan dalam mengelola, memanege situasi agar masyarakat melihat, sehingga ada ketenangan di situ.
Presiden juga menegaskan, dirinya sudah bertemu dengan pimpinan partai-partai pendukung pemerintah, baik dalam pertemuan yang dilakukan secara tertutup, maupun pertemuan yang dilakukan secara terbuka.
Sampai saat ini, Presiden mengaku belum ada rencana untuk mengevaluasi partai-partai pendukung pemerintah.
“Ngga ada, kita kan sudah bertemu semuanya, ada yang bertemu tertutup ada yang bertemu terbuka. Ngga ada,” tegasnya.
Setya Novanto
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak memberikan komentar terkait kemungkinan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto untuk kembali memimpin DPR RI menggantikan Ade Komarudin, setelah rapat pleno Partai Golkar memutuskan hal itu Senin (21/11).
“Itu urusannya Partai Golkar, dan itu urusannya internal DPR,” tegas Presiden Jokowi kepada wartawan usai dirinya melakukan sarapan bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11) pagi.
Presiden Jokowi menambahkan, bahwa dasar hukum, penetapan ketua DPR kan oleh rapat paripurna DPR ya. “Itu wilayahnya di wilayah DPR,” tegasnya.
Saat ditanya wartawan apakah masalah kemungkinan kembalinya Setya Novanto sebagai Ketua DPR saat dirinya bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar itu pada Kamis (17/11) lalu, kembali Presiden Jokowi menegaskan, bahwa “Itu urusan internal Partai Golkar, itu urusan internal DPR”.
Sebagaimana diketahui, Setya Novanto mengundurkan diri dari posisi ketua DPR akhir 2015 lalu karena tersangkut kasus permintaan saham pada PT. Freeport Indonesia. Meski saat itu tidak ada keputusan dan sanksi dari Mahkamah Kehotamatan Dewan (MKD) DPR, posisi Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI kemudian digantikan oleh Ade Komarudin.
Belakangan Setya Novanto menggugat pasal soal permufakatan jahat serta penggunaan sadapan sebagai alat bukti ke Mahkamah Konstitusi (MK), yang kemudian sebagian telah dikabulkan MK.
Spirit Kemajemukan
Setelah kemarin melakukan makan siang bersama Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali bertemu tokoh politik. Kali ini dengan Presiden Jokowi menjamu sarapan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh, di teras Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11) pagi.
Seusai pertemuan kepada wartawan Presiden Jokowi menegaskan, bahwa penguatan kembali spirit kemajemukan, spirit pluralisme, saling menghargai, saling menghormati, saling mengasihi, saling menyayangi antar anak bangsa sangat diperlukan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Selain itu, dalam pertemuan dengan Surya Paloh, Presiden mengaku membicarakan masalah pemantapan kembali ideologi Pancasila oleh seluruh komponen bangsa.
“Bukan hanya pemerintah saja, tapi juga oleh pemuka masyarakat, pemuka agama, dan di dalamnya termasuk produk-produk yang dikeluarkan oleh DPR maupun kebijakan-kebijakan pemerintah harus bermuara kepada ideologi Pancasila,” kata Presiden.
Kemudian yang sangat penting, menurut Presiden, pemerintah bertekad dengan seluruh kekuatan untuk mencegah tumbuh kembangnya paham-paham radikalisme di Indonesia.
Sementara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengaku menjadi warga negara yang sangat bahagia karena diundang makan pagi oleh Presiden Jokowi. Ia menilai, pemikiran yang disampaikan oleh Presiden Jokowi itu sejalan dengan pemikirannya, bahkan mayoritas bangsa Indonesia.
Surya Paloh mengatakan, hari ini bangsa Indonesia sedang meniti kembali satu perjuangan ke depan, dan bagaimana bisa bersaing lebih kuat dengan bangsa-bangsa lain. Karena itu, hal yang tidak bisa ditawar-tawar diperlukan ketenangan, atau yang kita kenal dengan istilah stabilitas.
“Poin penting dari Presiden tadi betapa pentingnya stabilitas, dan saya merasa itu tidak bisa ditawar-tawar, bagaimana kehidupan yang harmoni di antara seluruh komponen bangsa mutlak harus hadir di tengah-tengah kehidupan kita,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Surya Paloh, bangsa Indonesia juga patut menjaga paham nasionalisme kebangsaan, karena tidak mungkin paham ini bisa terjaga dengan baik kalau ada pembiaran terhadap paham-paham radikalisme yang mengancam ideologi kebangsaan yang kita miliki.
Surya mengajak seluruh komponen bangsa, terutama para elit, ini penting sekali, karena yang dibutuhkan negara saat ini adalah keteladanan. “Semangat keteladanan itu harus diberikan dari waktu ke waktu, di mana saja, kapan saja, oleh para elit bangsa ini. Kalau ada keteladanan, di sana ada semangat pengorbanan, maka semangat dan sikap-sikap itu akan melahirkan negarawan-negarawan baru di Indonesia,” tutur Surya. (Andreas Nur)