Jumat, 25 April 2025

BERSUMPAH MEMBALAS KERAS..! Perang Dagang Memanas, China Batasi Investasi Perusahaan di AS

JAKARTA- China mengambil langkah untuk membatasi perusahaan lokal agar tidak berinvestasi di AS, menurut beberapa sumber yang familiar dengan masalah ini. Langkah ini bisa memberikan Beijing lebih banyak pengaruh dalam potensi negosiasi perdagangan dengan pemerintahan Trump.

Beberapa cabang dari lembaga perencanaan ekonomi utama China, yaitu Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), dalam beberapa pekan terakhir telah diberi instruksi untuk menunda pendaftaran dan persetujuan bagi perusahaan yang berniat berinvestasi di AS, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan identitasnya karena membahas isu sensitif.

Meskipun China sebelumnya telah memberlakukan pembatasan pada beberapa investasi luar negeri terkait dengan kekhawatiran tentang keamanan nasional dan aliran modal keluar, langkah baru ini menegaskan ketegangan yang sedang terjadi antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut, seiring dengan peningkatan tarif yang dilakukan oleh Donald Trump.

Investasi keluar China ke AS tercatat mencapai US$6,9 miliar pada 2023, menurut data yang tersedia.
Tidak ada indikasi bahwa komitmen investasi yang sudah ada oleh perusahaan China di AS dan negara lainnya, atau pembelian serta kepemilikan produk keuangan termasuk Surat Utang AS (Treasury), akan terpengaruh, kata sumber tersebut. Namun, belum jelas apa yang menyebabkan NDRC menghentikan proses pengajuan atau berapa lama penangguhan ini akan berlangsung.

China Bersumpah Membalas Tegas

Kepada Bergelora.com.di Jakarta.dilaporkan, China bersumpah akan membalas setelah dikenai tarif terbesar yang pernah diberlakukan oleh Presiden Donald Trump, yang berpotensi menghancurkan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Kementerian Perdagangan China mengecam kebijakan tarif AS dan berjanji akan mengambil langkah balasan dalam pernyataan resmi pada Kamis (03/04/2025). Mereka menambahkan bahwa tarif yang luas ini mengancam stabilitas rantai pasokan global.

“China dengan tegas menolak kebijakan ini dan akan mengambil tindakan balasan untuk melindungi hak serta kepentingannya,” ujar kementerian tersebut, seraya mendesak AS agar membatalkan tarif dan menyelesaikan konflik melalui dialog.

Trump mengumumkan kenaikan tarif sebesar 34% pada hampir seluruh produk asal China. Kebijakan ini merupakan bagian dari langkah besar AS dalam menaikkan tarif terhadap berbagai mitra dagang utama, termasuk Uni Eropa dan Jepang.

Tarif baru terhadap barang-barang China akan berlaku mulai 9 April, menurut pernyataan Trump dalam acara di Rose Garden, Gedung Putih, pada Rabu (02/05/2025).

Dengan tarif terbaru ini, rata-rata bea masuk AS terhadap barang-barang China melonjak hingga 65%, menurut para ekonom. Angka ini sudah mencakup tarif yang pertama kali diterapkan Trump dalam masa jabatan pertamanya dan tetap dipertahankan oleh pemerintahan Biden.

Kebijakan ini segera berdampak pada nilai tukar yuan, yang melemah di pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Yuan offshore merosot hingga 0,7% ke level 7,3484 per dolar AS, penurunan terbesar sejak Desember lalu.

“Singkatnya: jika kenaikan tarif 20% di era Trump sebelumnya sudah menghantam perdagangan AS-China, maka kebijakan hari ini ibarat tembakan bazoka,” kata Jennifer Welch, kepala analis geoekonomi di Bloomberg Economics.

Menurut perkiraan Macquarie Group Ltd tahun lalu, jika tarif AS terhadap China mencapai 60%, pertumbuhan ekonomi China bisa turun hingga 2 poin persentase.

Simulasi dari Bloomberg Economics juga menunjukkan bahwa perdagangan antara dua negara ini akan menyusut drastis jika tarif setinggi itu benar-benar diterapkan.

Kantor berita resmi Xinhua menerbitkan opini yang mengkritik kebijakan Trump, menyebutnya sebagai “tindakan perundungan yang merugikan diri sendiri.”

“Dengan mengubah perdagangan menjadi permainan saling balas, Washington justru merusak sistem perdagangan global yang berbasis efisiensi, spesialisasi, dan keuntungan bersama. Langkah ini akan merugikan ekonomi AS sendiri dan ekonomi global secara keseluruhan,” tulis Xinhua.

Sebelumnya, China telah merespons tarif AS dengan menerapkan bea masuk terhadap barang-barang Amerika. China juga membatasi ekspor mineral penting serta menargetkan perusahaan-perusahaan AS untuk penyelidikan lebih lanjut. Langkah serupa bisa kembali diambil sebagai balasan atas kebijakan terbaru Trump.

“Tarif ini akan menekan China secara signifikan,” kata Martin Chorzempa, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics, Washington.

“Respons China terhadap dua gelombang tarif sebelumnya cukup moderat, tetapi kebijakan hari ini bisa memperkeruh situasi di Beijing dan memicu eskalasi serius, jauh melampaui sekadar tarif balasan,” tambahnya.

Tarif baru ini juga memperburuk berbagai kebijakan lain yang diterapkan AS untuk mengurangi defisit perdagangan dengan China.

Pemerintah AS mengumumkan bahwa pengecualian tarif De Minimis, yang selama ini membebaskan pajak impor untuk paket bernilai di bawah US$800 dari China dan Hong Kong, akan dihapus mulai 2 Mei. Aturan ini sebelumnya mendukung pertumbuhan platform e-commerce seperti Shein dan Temu, yang mengandalkan pengiriman langsung dari pabrik China ke konsumen AS.

Langkah AS ini kemungkinan akan mendorong Beijing untuk menstimulasi perekonomian domestik guna mengimbangi potensi penurunan permintaan. Saat ini, ekonomi China sudah menghadapi kelebihan pasokan yang menekan harga, dan kebijakan tarif baru hanya akan memperparah masalah ini.

Menurut Jennifer Welch, kepala analis geoekonomi Bloomberg Economics, jika tarif baru sebesar 34% ini digabungkan dengan tarif rata-rata 13% yang sudah berlaku sebelumnya serta kenaikan 20% sejak Trump kembali menjabat pada 20 Januari, maka tarif rata-rata terhadap barang China sebenarnya mencapai 67%. Trump juga menandatangani perintah eksekutif yang menghapus pengecualian pajak untuk impor bernilai rendah, yang semakin meningkatkan beban tarif.

Para ekonom memperkirakan bank sentral China akan mengurangi jumlah uang yang harus disimpan oleh bank sebagai cadangan pada kuartal ini. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kredit bagi rumah tangga dan perusahaan guna menjaga daya beli masyarakat.

Sementara itu, konsumsi di China menunjukkan ketahanan berkat subsidi pemerintah untuk pembelian mobil dan peralatan rumah tangga. Namun, inflasi konsumen lebih rendah dari perkiraan, dan kepercayaan dunia usaha di sektor manufaktur turun selama dua bulan berturut-turut hingga mencapai titik terendah pada Maret 2025.

Hubungan antara Washington dan Beijing semakin memburuk sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari. Hingga lebih dari dua bulan setelah pelantikannya, Trump belum juga berbicara langsung dengan Presiden China Xi Jinping.

Kedua negara juga masih bersitegang soal peredaran fentanil di AS. Trump menjadikan isu ini sebagai salah satu alasan untuk menerapkan tarif 20% terhadap China awal tahun ini.

Fentanil telah menjadi titik panas dalam hubungan AS-China, dengan Trump menuduh Beijing tidak berbuat cukup untuk menghentikan masuknya zat tersebut ke Amerika. China, di sisi lain, menuduh Trump menggunakan masalah ini sebagai alasan untuk menaikkan tarif, dengan Menteri Luar Negeri China menyebutnya sebagai “pemerasan” awal pekan ini.

Perseteruan ekonomi ini turut berdampak pada sektor bisnis di kedua negara. Pejabat China dikabarkan menentang upaya Walmart Inc yang menekan pemasok China agar menurunkan harga guna mengimbangi tarif Trump.

Sementara itu, taipan Hong Kong Li Ka-shing memicu kemarahan Beijing setelah menyetujui penjualan pelabuhan miliknya di Panama demi meredakan tekanan dari Trump.

Trump membela kebijakan tarifnya dengan menyebutnya sebagai langkah adil untuk menyeimbangkan hambatan perdagangan yang diberlakukan negara lain terhadap produk dan perusahaan AS. Tarif 34% yang diumumkan kali ini diklaim sebagai setengah dari tarif efektif yang dikenakan China terhadap barang AS, termasuk dampak dari berbagai hambatan perdagangan non-tarif dan dugaan manipulasi mata uang.

Pemerintahan Trump juga menuding China menerapkan berbagai hambatan non-tarif yang merugikan ekspor dan perusahaan AS, sebagaimana dijabarkan dalam laporan tahunan yang dirilis oleh Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) pekan ini. (Web Warouw)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru