JAKARTA — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menuai kontroversi atas usulannya agar warga Palestina di Gaza dipindahkan ke negara-negara lain. Dalam pertemuan di Ruang Oval bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Senin (7/4/2025),
Trump menyatakan bahwa pemindahan tersebut akan membuka jalan bagi Gaza untuk menjadi sebuah zona kebebasan. Pria berusia 78 tahun ini juga menegaskan bahwa Gaza merupakan lokasi strategis, tetapi selama bertahun-tahun hanya diidentikkan dengan kekerasan, kematian, dan kekuasaan Hamas.
“Jika Anda memindahkan warga Palestina ke negara-negara lain dan banyak negara bersedia menerimanya, maka Anda akan punya zona kebebasan, zona di mana orang tidak dibunuh setiap hari,” katanya, dikutip dari Reuters, Selasa (8/4/2025).
Pernyataan ini disambut positif oleh Netanyahu, yang menyebut bahwa beberapa negara sudah menyatakan kesediaannya menerima warga Gaza, jika mereka memilih untuk keluar.
“Kami tidak mengurung mereka. Mereka memang terkunci di sana,” ujar Netanyahu.
“Yang kami ingin lakukan adalah memberikan mereka pilihan,” imbuhnya.
Namun, pernyataan Trump tersebut menuai kritik tajam dari dunia internasional karena dinilai sebagai bentuk dukungan terhadap pembersihan etnis.
Usulan semacam ini sudah pernah ia lontarkan pada awal masa jabatannya, dan saat itu pun menuai kecaman luas. (Web Warouw)