JAKARTA – Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik ke arah timur. Militer Korea Selatan menyampaikan tembakan rudal dari Korut itu usai latihan militer gabungan bersama AS dan Jepang.
Dilansir AFP, Senin (1/7/2024), sebuah rudal balistik jarak pendek diluncurkan pada dini hari. Selanjutnya sekitar 10 menit kemudian, rudal kedua, yang belum teridentifikasi, terdeteksi.
“Militer kami telah memperkuat pengawasan dan kewaspadaan dalam persiapan peluncuran lebih lanjut,” kata Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan (JCS) dalam sebuah pernyataan.
Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan menambahkan pihaknya telah berbagi informasi tentang insiden tersebut dengan Amerika Serikat dan Jepang. Dia menyampaikan satu rudal balistik jarak pendek diluncurkan dari daerah Jangyon di Provinsi Hwanghae Selatan sekitar pukul 5.05 pagi ke arah timur laut. Rudal balistik tak dikenal lainnya diluncurkan sekitar pukul 5.15 pagi.
“Sambil memperkuat pemantauan dan kewaspadaan kami terhadap peluncuran tambahan, militer kami mempertahankan sikap kesiapan penuh sambil berbagi data rudal balistik Korea Utara dengan pihak berwenang AS dan Jepang,” kata JCS dalam pesan teks yang dikirimkan kepada wartawan, seperti dilansir, Kantor berita Korsel, Yonhap.
Kantor Berita Pusat Korea KCNA resmi Korea Utara tidak memberikan konfirmasi langsung mengenai peluncuran tersebut.
Pekan lalu, Korea Utara mengklaim telah berhasil menguji beberapa rudal berhulu ledak. Namun Korea Selatan mengatakan bahwa peluncuran tersebut berakhir dengan ledakan di udara.
Hubungan antara kedua Korea berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, ketika Korea Utara meningkatkan pengujian senjata dan membombardir Korea Selatan dengan balon-balon penuh sampah.
Korut mengatakan surat-surat tersebut merupakan balasan atas balon-balon berisi selebaran propaganda anti-rezim yang dikirim ke utara oleh para aktivis di Korea Selatan.
Menanggapi peluncuran berulang kali oleh Korea Utara, Korea Selatan telah sepenuhnya menangguhkan perjanjian militer untuk mengurangi ketegangan. Mereka juga melanjutkan siaran propaganda melalui pengeras suara dan latihan tembak-menembak di dekat perbatasan.
NATO Asia
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sebelumnya, Korea Utara (Korut) dengan tegas mengecam pembentukan aliansi militer antara Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) yang dinilai mirip dengan NATO.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Minggu (30/6/2024), aliansi ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap stabilitas regional
Dalam pernyataan yang dikutip oleh Korean Central News Agency (KCNA), Korea Utara “mengecam keras” apa yang disebutnya sebagai “unjuk kekuatan militer yang ceroboh dan provokatif” oleh Washington, Tokyo, dan Seoul. Mereka merujuk secara khusus pada latihan militer “Freedom Edge” yang digelar pada 27 hingga 29 Juni lalu.
Latihan tersebut, menurut Angkatan Laut AS, bertujuan untuk “mempromosikan interoperabilitas trilateral dan melindungi kebebasan untuk perdamaian dan stabilitas”. Latihan ini melibatkan sejumlah kapal perang, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh bahwa tujuan sebenarnya dari AS adalah “dominan dunia” dan mengepung negara-negara independen. Kebijakan ini, menurut pernyataan tersebut, “telah melewati garis merah dan menyebabkan perubahan sangat negatif dalam lingkungan keamanan dunia.”
Korea Utara berpendapat bahwa latihan Freedom Edge merupakan upaya untuk memperkuat blok militer yang terdiri dari AS, Jepang, dan Korea Selatan. Blok ini berkomitmen untuk “menghadapi setiap ancaman yang dihadapi oleh salah satu dari tiga negara”.
Para pejabat Korea Utara menilai ini mirip dengan klausul pertahanan kolektif NATO yang berarti serangan terhadap satu anggota harus dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota.
“Kini hubungan AS-Jepang-Korsel telah mengambil bentuk yang lengkap sebagai versi Asia dari NATO,” tegas Kementerian Luar Negeri Korea Utara, dilansir Russia Today.
Selama ini, Korea Utara secara konsisten menentang latihan militer AS di dekat Semenanjung Korea, yang mereka anggap sebagai latihan untuk invasi potensial. Pyongyang juga telah melakukan sejumlah tes artileri dan peluru kendali di kawasan tersebut.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah mengatakan bahwa blok militer yang dipimpin AS tersebut tidak memiliki rencana untuk berkembang ke Asia. Namun, ia menekankan bahwa NATO harus merespons perubahan lanskap keamanan yang terus berkembang di kawasan tersebut karena dapat memiliki dampak serius yang jauh lebih luas.
Pada 2021, AS, Inggris, dan Australia mendirikan kemitraan keamanan yang disebut AUKUS, yang mana Washington dan London berkomitmen untuk membantu Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir. (Web Warouw)