JAKARTA – Melalui video monolog terbarunya, Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengajak rakyat Indonesia membangun gerakan bersama untuk menjadi produsen dalam teknologi digital sehingga bukan hanya menjadi konsumen.
Apalagi, menurut Gibran, Indonesia memiliki potensi informasi data digital yang besar untuk diolah. Sebab, dari 284 juta penduduk Indonesia, sebanyak 221 juta orang adalah pengguna internet.
Ditambah lagi, Gibran mengungkapkan, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 90 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2024. Kemudian, diprediksi mencapai 200-300 miliar dollar AS pada 2030.
“Pertanyaan selanjutnya adalah apakah algoritma dan informasi yang dibangun dari data dan perilaku masyarakat negeri ini kita izinkan untuk lebih banyak memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha kita, bagi masyarakat kita, bagi negara kita, atau justru bagi negara lain?” kata Gibran dalam video monolog berjudul ‘Bukan Lagi Hanya Pasar Digital, Indonesia Harus Jadi Produsen Digital’ yang diunggah dalam YouTube pribadinya, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Atas dasar itu, Gibran mengajak rakyat Indonesia untuk berani keluar dari zona nyaman untuk melakukan terobosan untuk menjadi raksasa digital yang mungkin mengusik pihak lain.
“Oleh sebab itu, kita butuh gerakan bersama untuk melakukan langkah besar bersama. kita perlu ruang yang harus kita jaga bersama agar pelaku lokal dan talenta digital bisa tumbuh dan berinovasi,” ujarnya.
Gibran pun mengatakan, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen penuh membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional. Mulai dari pengembangan solusi AI, machine learning, games, IoT, blockchain, robotik hingga keberpihakan terhadap marketplace dan platform digital yang memberi ruang bagi pelaku usaha lokasi Indonesia.
Berikut pernyataan lengkap Gibran dalam video monolognya:
Sekarang ini bentuk kekayaan sebuah negara tidak hanya berupa tanah, bebatuan, mineral atau hasil bumi. Tapi sesuatu yang kasat mata, namun bernilai tinggi, yaitu data, perilaku, maupun pola pikir dari kita semua. Kekayaan ini tidak akan pernah bisa habis, selama kita saling terhubung, dan akan terus tumbuh setiap hari, baik di setiap klik, tontonan, transaksi, geotaging, download, upload, semuanya.
Inilah komoditas baru di era digital, era di mana kemajuan suatu bangsa bukan lagi hanya ditentukan oleh siapa yang punya tambang atau sumber daya alam, tapi juga oleh siapa yang menguasai data dan aset digital.
Bayangkan indonesia dengan 284 juta penduduknya, di mana 221 juta di antaranya adalah pengguna internet, memiliki banyak potensi informasi yang bisa diolah dari data kita sehari-hari. Dan ternyata informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam era kompetisi seperti sekarang ini.
Pelayan AI Sebagai contoh, jika di suatu kota kecenderungan masyarakatnya suka membeli makanan secara online, seperti ayam goreng, ayam geprek, sate ayam, dan macam-macam makanan berbahan dasar ayam, maka bisa dipastikan ayam merupakan salah satu kebutuhan utama di kota tersebut. Sehingga akan menjanjikan bagi pelaku usaha untuk berjualan ayam potong di sana. Terlihat sederhana tetapi apakah bisa dibayangkan jika analisis perilaku pasar ini dilakukan secara luas, tidak hanya untuk satu komoditas, tidak hanya untuk satu jenis transaksi, dan tidak hanya di satu kota tapi semua. Maka data itu akan menjadi informasi yang sangat berharga, menjadi the new oil, menjadi kunci untuk memenangkan kompetisi.
Kemudian, pertanyaan selanjutnya adalah apakah algoritma dan informasi yang dibangun dari data dan perilaku masyarakat negeri ini kita izinkan untuk lebih banyak memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha kita, bagi masyarakat kita, bagi negara kita, atau justru bagi negara lain?
Teman-teman hilirisasi digital bukan sekadar konsep, bukan juga sekedar jargon, tapi adalah sebuah kebutuhan dan keharusan jika kita sebagai bangsa tidak mau hanya menjadi pasar bagi negara lain.
Karena sebagai bangsa berdaulat kita punya hak dan kesempatan untuk menjadi pemain utama di negeri kita sendiri. Ini bukan hanya soal teknologi tapi soal kesempatan hidup yang lebih baik untuk semua. Dan seperti yang ditegaskan oleh bapak Presiden Prabowo bahwa kita harus mengusai teknologi. Kita harus menjadi produsen bukan hanya menjadi konsumen. Apalagi Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar.
Tahun 2024, nilai ekonomi digital kita mencapai 90 miliar dollar AS. Dan di tahun 2030, diprediksi mencapai 200-300 miliar dollar AS. Besar sekali. Ini bukti bahwa pasar kita, potensi kita sangat menjanjikan.
Oleh sebab itu, kita butuh gerakan bersama untuk melakukan langkah besar bersama. Kita perlu ruang yang harus kita jaga bersama agar pelaku lokal dan talenta digital bisa tumbuh dan berinovasi.
Kita perlu keberanian keluar dari zona nyaman untuk melakukan terobosan yang mungkin mengusik pihak lain. Kita butuh champion-champion digital hasil karya anak bangsa sebagai cikal bakal kebanggaan negeri agar mampu tumbuh menjadi raksasa digital, dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi negeri ini. Memang perbaikan dan penyempurnaan perlu terus dilakukan.
Pemerintah di bawah kepemimpinan Bapak presiden Prabowo berkomitmen penuh membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional mulai dari pengembangan solusi AI, machine learning, games, IoT, blockchain, robotik hingga keberpihakan terhadap marketplace dan platform digital yang memberi ruang bagi pelaku usaha lokasi Indonesia.
Teman-teman, kita masih punya kesempatan. Kita belum terlambat asalkan langkah besar ini bisa kita lakukan bersama-sama sekarang. (Enrico N. Abdielli)