JAKARTA- Jamaah haji Indonesia sudah mulai akan berangkat ke tanah suci, Mekah pada 20 Agustus 2015. Selain aspek ibadah yang jadi kunci utama dan pentingnya pemondokan, transportasi, makanan,– Kementerian Kesehatan juga mengingatkan peran utama faktor kesehatan. Cuaca panas tahun ini dikuatirkan menyebabkan Heat Stroke yang bisa berujung kematian pada jamaah haji. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan RI, Prof dr H Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (11/8).
“Cuaca yang panas akan dapat berhubungan dengan setidaknya tiga hal, yaitu kemungkinan Heat Stroke, kemungkinan dehidrasi dan penurunan daya tahan tubuh,” ujarnya.
Heat Stroke adalah kondisi dimana suhu tubuh dapat mencapai lebih dari 40°C atau lebih. Heatstroke dapat disebabkan oleh karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas tinggi yang dapat meningkatkan suhu tubuh. Gejala umum yang menandai serangan heatstroke termasuk mual, kejang, kebingungan, disorientasi, dan kadang-kadang kehilangan kesadaran atau koma. Sengatan panas ini dapat memicu komplikasi mematikan atau menyebabkan kerusakan pada otak dan organ internal lainnya.
Orang yang mengalami gangguan kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes dan obesitas harus ekstra hati-hati karena sangat rentan terhadap Heat Stroke, terutama memasuki musim panas. Orang dengan diabetes dapat dengan mudah mengalami dehidrasi jika kadar gula darahnya tidak terkendali. Sementara pada orang obesitas, dengan menggunakan logika sederhana, semakin besar orang tersebut, maka semakin sulit untuk menghilangkan rasa panas yang berlebih di dalam tubuhnya.
Ia mengingatkan, kendati setiap tahun jumlah jemaah haji relatif sama, dan tentu saja luas lokasi ibadah juga menetap serta keadaan sosial di Arab Saudi juga relatif menetap, tapi dari sudut kesehatan maka ada tiga hal yang berbeda pada tahun ini yang memerlukan perhatian khusus kita.
“Pertama, cuaca yang akan cukup panas selama musim haji ini. Kedua adalah kewaspadaan terhadap kemungkinan MERS CoV. Ketiga, adanya pembangunan Masjidil Haram dan sarana umum lainnya yang terus sedang dilakukan,” katanya.
Selain itu ancaman MERS CoV dikenal luas sebagai penyakit yang masih terus terjadi di Arab Saudi. Sampai awal Agustus ini di dunia ada 1.382 kasus MERS CoV 493 diantaranya meninggal dunia, sementara kasus terakhir bulan Juli 2015 adalah 8 orang MERS CoV dari Arab Saudi.
“Untuk penyakit, maka selain MERS CoV maka kita perlu juga mewaspadai Ebola, walaupun jumlah kasusnya memang sudah turun amat tajam di Afrika,” jelasnya.
Sementara itu, proses pembangunan Masjidil yang tentunya akan di atur baik pada saat puncaknya waktu ibadah, namun tentu sedikit banyak akan mempengaruhi keleluasaan lapangan.
“Penuhnya tempat jamaah melakukan ibadah dan aktifitas lainnya memerlukan konsentrasi dan perhatian khusus pula. Belum lagi kalau sekiranya ada debu,” ujarnya. (Calvin G. Eben Haezer)