Jumat, 20 September 2024

CUAN CUAN CUAN..! WHO Pertimbangkan Status Wabah Mpox Jadi Darurat Internasional

JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Minggu (4/8) sedang mempertimbangkan menggelar komite ahli untuk memberi saran apakah wabah mpox yang berkembang di Afrika harus dinyatakan sebagai keadaan darurat internasional.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Badan Kesehatan PBB, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, sedang meningkatkan respons mereka terhadap wabah tersebut.

“Seiring menyebarnya jenis mpox yang lebih mematikan ke banyak negara Afrika, WHO, CDC Afrika, pemerintah daerah dan mitra semakin meningkatkan respons untuk menghentikan penularan penyakit,” kata Tedros di X, diberitakan AFP.

Tedros juga menyatakan perlu lebih banyak pendanaan dan dukungan untuk respons lebih komprehensif.

“Saya sedang mempertimbangkan untuk mengadakan komite darurat Regulasi Kesehatan Internasional untuk memberi tahu saya apakah wabah mpox harus dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional,” ujar dia.

Public Health Emergency of International Concern atau PHEIC adalah peringatan tertinggi yang dapat dirilis WHO untuk dunia. Tedros, sebagai dirjen WHO, dapat menyatakan hal tersebut atas saran komite.

Sementara Regulasi Kesehatan Internasional adalah kerangka kerja yang mengikat secara hukum untuk menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat.

Kepasa Bergelora.com si Jakarta dilaporkan, Mpox, yang sebelumnya dikenal dengan sebutan cacar monyet, adalah penyakit menular disebabkan virus yang ditularkan hewan ke manusia. Mpox dapat menular antara manusia ke manusia melalui kontak fisik.

Mpox pertama kali ditemukan di manusia pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Wabah Mpox global dua tahun lalu menyebabkan WHO mengumumkan PHEIC yang berlangsung dari Juli 2022 ke Mei 2023.

Strain Terbaru di Kongo Lebih Mematikan.

Kepada Bergelora,com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menemukan kasus cacar monyet strain terbaru di Kongo yang bernama clade 1B. Mutan virus terbaru ini disebut sebagai turunan dari strain Clade 1 Mpox dan lebih mematikan.

Dalam penelitian yang masih dalam tinjauan itu disebutkan tindakan cepat harus segera dilakukan agar wabah cacar monyet tidak menyebar secara global. Pasalnya, strain baru ini selain mematikan juga disebut lebih mudah menyebar.

Sebagaimana dilansir dari The Telegraph, virus cacar monyet strain baru clade IB itu bermutasi di Kamitugas, sebuah kota pertambangan emas di Kongo yang miskin dan padat penduduk, lokasinya juga hanya 170 mil dari perbatasan Rwanda.

Virus hasil mutasi ini disebut menyebar dengan cepat, terutama melalui kontak seksual. Selain itu Clade 1B juga agak sulit dideteksi oleh beberapa alat tes yang tersedia saat ini.

“Tanpa intervensi, wabah Kamitugas yang terlokalisasi ini mempunyai potensi menyebar secara nasional dan internasional,” kata para penulis di hasil penelitian cacar monyet baru yang ditemukan WHO.

“Mengingat sejarah wabah mpox baru-baru ini di Kongo, kami menganjurkan tindakan cepat oleh negara-negara endemik dan komunitas internasional untuk mencegah wabah mpox global lainnya,” tulis mereka.

Wabah di Kamituga yang digambarkan memiliki “potensi pandemi”, menimbulkan pertanyaan yang menakutkan: virus ini tidak hanya belum pernah dilaporkan di wilayah tersebut, tapi virus ini menyebar di pusat perkotaan dan sebagian besar menginfeksi orang dewasa, terutama yang berhubungan seks.

Melansir The Daily Mail, sejauh ini para peneliti menduga telah ada 108 kasus strain baru mpox tersebut. Dari angka tersebut, terdeteksi telah terjadi dua kematian akibat virus ini.

Para peneliti yang merinci virus ini khawatir populasi di Kamitugas yang memang suka berpindah-pindah justru bisa menjadi tempat berkembang biak sempurna bagi virus baru tersebut.

Penambang dan pekerja seks sering bepergian ke dan dari kota untuk bekerja dari negara tetangga seperti Rwanda dan Burundi. Dan banyak orang dengan gejala mpox tidak melakukan perawatan apapun dan tetap berkumpul dengan masyarakat seperti orang sehat lainnya, kata para peneliti.

Pra-cetak tersebut memperingatkan bahwa ‘infrastruktur layanan kesehatan setempat tidak mampu menangani epidemi berskala besar’ Para ahli telah menyerukan peluncuran vaksin dan obat-obatan serta peningkatan pengawasan dan pelacakan kontak untuk diterapkan di wilayah tersebut.

Cacar monyet baru yang ditemukan WHO ini penelitiannya dipimpin oleh para ilmuwan Kongo yang bekerja sama dengan para ahli di Afrika, Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.

Temuan ini dibahas oleh para menteri kesehatan dari 12 negara pada pertemuan yang diadakan oleh Pusat Pengendalian Penyakit Afrika pekan lalu. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru