JAKARTA- Saham 10 perusahaan penguasa dunia terguncang gara-gara tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang diumumkan pada Rabu (2/4/2025). Ribuan triliun rupiah menguap hanya dalam waktu tiga hari.
Wall Street disebut kehilangan lebih dari Rp 82.000 triliun dalam waktu singkat.
Reuters menuliskan dalam live updatenya, US$5 triliun (Rp 82.800 triliun) telah hilang dari Wall Street. Menurut laman tersebut, alasannya karena perang dagang yang meningkat memicu ketakutan pada resesi global.
Dalam laporan sebelumnya, Reuters juga menuliskan volatilitas yang lebih banyak mungkin akan terjadi dalam beberapa hari ke depan hingga 9 April 2025 mendatang. Tanggal tersebut ditetapkan Trump untuk penerapan tarif resiprokal tersebut.
Apple, perusahaan paling bernilai di dunia, telah kehilangan sekitar Rp8.660 triliun dalam kapitalisasi pasar hanya dalam tiga hari, dari 1 April 2025 sebelum tarif diumumkan sampai 4 April 2025, mengakhiri minggu pertama bulan ini. Lebih dari 90% produksinya berbasis di China, salah satu negara yang paling terdampak oleh tarif ini.
Rosenblatt Securities memperkirakan bahwa pembuat iPhone tersebut bisa menghadapi biaya tarif sebesar US$39,5 miliar. Jika biaya ini sepenuhnya ditanggung oleh Apple, maka hal tersebut akan berdampak pada penurunan sekitar 32% terhadap laba operasional dan pendapatan per saham mereka.
Microsoft juga tidak luput dari gejolak ini. Kapitalisasi pasarnya menyusut dari Rp47.029 triliun menjadi Rp44.273 triliun, mencatatkan selisih lebih dari 2.755 triliun..
NVIDIA, yang semula menjadi salah satu saham dengan pertumbuhan tercepat berkat dominasi pasar AI dan semikonduktor, mengalami penurunan hampir Rp6.400 triliun nilai pasar terhadap seluruh jumlah saham beredar-nya.
Amazon dan Alphabet (induk dari Google) juga terdampak secara signifikan. Nilai kapitalitasi Amazon menguap lebih dari Rp3.720 triliun, sedangkan Alphabet kehilangan hampir Rp2.900 triliun.
Investor tampaknya memproyeksikan bahwa tarif dagang baru dapat meningkatkan biaya logistik global dan mengganggu iklan digital serta aktivitas cloud yang sangat bergantung pada infrastruktur lintas negara.
Meta Platforms, induk Facebook dan Instagram juga kehilangan kapitalisasi pasarnya turun dari Rp24.577 triliun menjadi Rp21.143 triliun.
Berkshire Hathaway, yang selama ini dianggap sebagai “saham defensif” berkat kepemimpinan Warren Buffett dan diversifikasi asetnya, pun tidak kebal dari koreksi pasar. Dalam tiga hari, nilainya menyusut hampir Rp2.828 triliun.
Tesla, sebagai produsen kendaraan listrik yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap komponen dari Tiongkok dan negara lain, juga mengalami penurunan sebesar Rp1.540 triliun.
TSMC, raksasa semikonduktor dari Taiwan, juga terkena imbas. Nilai pasarnya turun dari Rp14.486 triliun menjadi Rp12.606 triliun. Karena TSMC adalah bagian vital dari rantai pasok teknologi dunia, ketegangan dagang yang meningkat akan langsung berdampak pada kelangsungan pasokan chip global.
Bila dihitung total market caps yang menguap dari 10 perusahaan dunia ini mencapai Rp 34. 488 triliun.

Dalam Rupiah Triliun. (Ist: CNBC)
Ribuan Warga AS Demonstrasi Besar
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, ribuan warga Amerika Serikat menggelar unjuk rasa menolak kebijakan Presiden Donald Trump, Sabtu (5/4). Pedemo memadati National Mall di Washington DC dan berbagai kota lainnya di Amerika Serikat.
Ini menjadi gelombang protes terbesar sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Spanduk besar bertuliskan “HANDS OFF!” membentang di atas panggung sebuah teater terbuka tak jauh dari Gedung Putih. Para pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan “Not My President!”, “Fascism has Arrived,” “Stop Evil,” dan “Hands Off Our Social Security.”

Salah satu peserta aksi, Jane Ellen Saums (66 tahun), menyuarakan kekhawatirannya atas kebijakan Trump yang menurutnya merusak institusi demokrasi yang telah lama menjadi fondasi Amerika.
“Sangat mengkhawatirkan melihat bagaimana pemerintahan ini melibas seluruh sistem checks and balances – dari lingkungan hidup hingga hak-hak pribadi,” ujar pekerja real estate yang datang dengan kostum Mother Nature, dibalut tanaman rambat dan memegang replika bumi, dikutip AFP, Minggu (6/4).
Protes serupa juga terjadi di berbagai ibu kota dunia seperti Paris, Roma, dan London, menunjukkan kemarahan global terhadap kebijakan Presiden dari Partai Republik tersebut.
Aksi ini digagas oleh koalisi longgar dari puluhan kelompok progresif di AS, termasuk MoveOn dan Women’s March, dalam kampanye bertajuk “Hands Off.”
Menurut penyelenggara, demonstrasi serentak digelar di lebih dari 1.000 kota dan distrik kongres di seluruh negeri.
Tema utama aksi ini adalah penolakan terhadap kebijakan-kebijakan Trump. Pedemo menilai sebagai “Perebutan kekuasaan paling terang-terangan dalam sejarah modern yang dipimpin oleh Donald Trump, penasihatnya Elon Musk, dan sekutu-sekutu miliardernya.”
Trump menuai kritik tajam karena berbagai kebijakannya yang dinilai agresif, termasuk upaya memperkecil ukuran pemerintahan, mendorong nilai-nilai konservatif, serta memberlakukan tekanan besar kepada negara-negara sahabat dalam urusan dagang – yang bahkan menyebabkan gejolak di pasar saham.
“Trump, Musk, dan para miliarder pendukung mereka tengah menjalankan serangan habis-habisan terhadap pemerintahan, ekonomi, dan hak-hak dasar kita – dan itu didukung penuh oleh Kongres,” kata pedemo.
Banyak pendukung Partai Demokrat mengungkapkan kekecewaannya karena partai mereka, yang saat ini menjadi minoritas di Senat dan DPR, tampak tak berdaya dalam menghadapi langkah-langkah agresif Trump.
Demonstrasi ini menjadi sinyal bahwa penolakan terhadap pemerintahan Trump terus menguat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun sepertinya Presiden Trump justru jadi semakin kuat juga. (Calvin G. Eben-Haezer)