KYIV – Rusia pada Rabu (13/11/2024) menyerang ibu kota Ukraina, Kyiv, dengan kombinasi rudal dan drone. Peningkatan serangan Rusia ini adalah kali pertama yang dialami Kyiv dalam lebih dari 70 hari.
Serangan skala besar ini juga terjadi pada masa kritis di medan perang. Pasukan Rusia maju di Ukraina timur, sedangkan Kyiv khawatir bantuan dari Amerika Serikat (AS) terhenti setelah kemenangan Donald Trump di pilpres 2024.
Wartawan AFP mendengar ledakan di atas kota dan melihat puluhan penduduk Kyiv mencari perlindungan di stasiun metro bawah tanah.
Pejabat Kyiv mengatakan, seorang pria terluka oleh puing-puing drone yang jatuh di pinggiran Kota Brovary.
Layanan darurat memperlihatkan foto-foto petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api di salah satu lokasi jatuhnya drone.
Adapun Ukraina selama berbulan-bulan meminta para sekutunya di Barat menyediakan lebih banyak sistem pertahanan udara untuk menangkis serangan Rusia, yang biasanya menargetkan kota-kota dan infrastruktur penting.
Rusia Serang Kota Kelahiran Zelensky
Kepada Bergelora.com sebelumnya dilaporkan di Jakarta dari Kyiv, serangan Rusia di Kryvyi Rig, kota industri tempat kelahiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menewaskan seorang ibu dan tiga anaknya. Para korban tewas tertimpa reruntuhan bangunan tempat tinggal era Soviet yang lantai atasnya hancur.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Igor Klymenko pada Selasa (12/11/2024) pagi mengatakan, operasi penyelamatan di lokasi kejadian sudah selesai. Korban luka-luka sebanyak 14 orang.
“Korban termuda dari serangan Rusia baru berusia dua bulan. Serangan rudal itu menewaskan empat orang: seorang ibu dengan tiga anak,” katanya di media sosial, dikutip dari kantor berita AFP.
Kantor jaksa agung menambahkan, jenazah ibu berusia 32 tahun, seorang bayi berusia dua bulan, dan anak-anak berusia 2 dan 10 tahun telah ditarik keluar dari reruntuhan.
Secara terpisah, otoritas Kota Zaporizhzhia di Ukraina selatan menyampaikan, dua orang terluka akibat serangan Rusia di tempat pertemuan besar warga sipil.
Lokasi itu mengalami peningkatan serangan mematikan belakangan ini.
Rusia mengeklaim mencaplok Zaporizhzhia pada akhir 2022 bersama tiga wilayah lainnya, tetapi tidak memiliki kendali militer penuh atas daerah-daerah tersebut. (Web Warouw)