Kamis, 19 September 2024

DOLAR MAKIN TERPURUK..! 10 Negara BRICS Ambil Alih Pertumbuhan Ekonomi Tercepat di Dunia, 47 Negara Siap Bergabung

JAKARTA – Ekonomi global telah mengalami pergeseran besar-besaran selama dua tahun terakhir. BRICS telah menjadi bagian besar dari hal tersebut dengan negara-negara aliansi mendominasi daftar 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat. Mereka berhasil mendorong Amerika Serikat (AS) menjauh dari dalam daftar. Blok tersebut secara terbuka ingin mengubah status quo keuangan dengan upaya dedolarisasi yang sedang berlangsung.

Hal ini tampaknya membuahkan hasil dengan klasemen ekonomi yang menunjukkan transisi kekuasaan global. Pergeseran Global AS selama ini telah menjadi kekuatan global yang dominan selama beberapa dekade. Pengaruhnya tidak dapat disangkal di tengah keunggulan dolar di seluruh dunia. Namun tampaknya sekarang sudah mulai berubah.

Menurut pandangan Dana Moneter Internasional (IMF) aliansi BRICS telah menawarkan ekonomi dengan potensi yang luar biasa.

Sementara, Badan Keuangan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan bahwa BRICS mendominasi daftar 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat.

Dalam sebuah laporan, India, China dan Rusia masuk 5 besar pertumbuhan ekonomi tercepat dan AS turun posisi ke-7. India berada di posisi teratas pada 2024. IMF mencatat bahwa ekonomi negara ini diperkirakan akan tumbuh 6,5% pada tahun 2025, dan sudah memiliki angka PDB terbesar kelima di dunia. Namun, negara ini seharusnya dapat naik ke posisi tiga besar di tahun mendatang.

Baik China dan Rusia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua dan kelima di dunia. Adapun China diprediksi tumbuh 4,5% pada 2025 dengan Moskow akan tumbuh 3,2%. Dua negara ini sangat penting bagi BRICS karena mereka menampilkan eksplorasi lanjutan ke dalam penyelesaian perdagangan.

Melansir dari WatcherGuru, mereka dapat mendorong transaksi perdagangan unilateral lebih lanjut dengan berbagai inisiatif baru. Brasil adalah negara BRICS tertinggi berikutnya dan berada di urutan ke-11 dengan pertumbuhan ekonomi tercepat.

IMF memproyeksikan bahwa negara Amerika Selatan ini akan tumbuh 2,4% di tahun mendatang. Negara ini memiliki ekonomi terbesar ke-9 dalam hal PDB.

47 Negara Siap Bergabung

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, antrean untuk bergabung dengan BRICS semakin panjang setelah puluhan negara berkembang menyatakan minatnya untuk bergabung dengan aliansi tersebut. Negara-negara berkembang tersebut berupaya mengakhiri ketergantungannya pada dolar AS dan mempromosikan mata uang lokal untuk perdagangan global.

Langkah bergabung dengan BRICS diyakini akan membantu perkembangan ekonomi dan bisnis asli negara-negara berkembang tersebut sekaligus meningkatkan produk domestik bruto (PDB) nasional mereka. Mayoritas negara berkembang ingin bergabung dengan aliansi BRICS karena mereka ingin menjadi bagian dari inisiatif dedolarisasi, untuk menghindari hiperinflasi jika dolar AS kembali ke negeri asalnya.

Mengutip WatcherGuru, sebanyak 47 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan aliansi BRICS sebelum KTT 2024. Dari jumlah itu, hanya 26 negara yang secara resmi mengirimkan aplikasi mereka untuk bergabung dengan aliansi tersebut. Sementara sekitar 21 negara secara informal telah menyatakan minatnya untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut.

Negara-negara berkembang yang ingin bergabung dengan BRICS antara lain berasal dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Eropa Timur.

“Lebih dari 40 negara telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS,” tegas Paul Frimpong, Pendiri Africa-China Centre for Policy Advisory.

“Aliansi BRICS menarik beragam kelompok calon anggota karena keinginan bersama yang utamanya adalah menciptakan lanskap global yang lebih adil yang diyakini banyak negara saat ini bias terhadap mereka,”ujarnya.

KTT BRICS ke-16 akan diadakan di wilayah Kazan, Rusia, mulai 22 hingga 24 Oktober 2024. Aliansi baru yang diperluas ini akan berkumpul di meja perundingan untuk pertama kalinya sejak perluasan awal tahun lalu. Blok yang beranggotakan sembilan negara itu akan membahas topik-topik penting terkait dedolarisasi, perluasan, kesepakatan perdagangan, dan mata uang lokal, di antara prospek keuangan lainnya.

Sementara itu, tujuan dedolarisasi yang digaungkan blok tersebut mencapai tonggak sejarah minggu ini, di mana Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengumumkan bahwa lebih dari 90% perdagangan antara negaranya dan China diselesaikan dalam mata uang asli mereka.

“Perdagangan dan kerja sama ekonomi Rusia-China sedang berkembang secara aktif, meskipun ada upaya terus-menerus dari negara-negara Barat kolektif untuk menghentikan laju perdagangan,” kata Lavrov.

Selain itu, ia mencatat bahwa hampir semua perdagangan diselesaikan di luar dolar AS. Sekarang, blok tersebut berupaya untuk memperluas produksi semacam itu ke anggota lainnya.

Saat ini, BRICS beranggotakan sembilan negara, pasca-KTT 2023 di mana Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab (UEA) bergabung dengan blok tersebut. Kelompok tersebut sejauh ini telah terbukti berhasil dalam dedolarisasi.

Sejak 2002, cadangan dolar AS telah turun 14% di tengah kebangkitan BRICS. Menurut Atlantic Councill’s Dolar DominabceMonitor,pangsa cadangan global dolar AS terus menurun. Jika satu dekade lalu, angka itu di atas 72%, pada tahun ini turun menjadi hanya 58%.

Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh tindakan BRICS terhadap dolar, dan kekhawatiran yang terus berlanjut atas rapuhnya ekonomi AS secara keseluruhan. (Web Warouw)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru