Rabu, 22 Maret 2023

Dunia Berganti Rupa

Oleh: Toga Tambunan *

KOTA Parapat dulu telah bersalin. Sejak Presiden Jokowi menetapkan kawasan Danau Toba jadi wilayah pariwisata internasional beratribut Bali Baru diantara 5 DSPP (Daerah Super Pariwisata Prioritas), yakni destinasi wisata di Indonesia.

Lahirnya kota Parapat kini, bukti lanjutan arahan presiden Jokowi yang sebelumnya, 10 destinasi pariwisata super melalui Surat Sekretariat Kabinet Nomor: B-652/Seskab/Maritim/11/2015 pada tanggal 6 November 2015, yang kemudian dikerucutkan menjadi 5 Bali Baru yaitu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), diantaranya Danau Toba selain Likupang, Borobudur, Mandalika, dan Labuhan Bajo.

Danau Toba dengan luas 1.145 kilometer persegi –danau terbesar di Asia Tenggara– dan kedalaman hingga menyentuh 900 meter, salah satu danau terdalam di dunia, menyimpan keindahan panorama sebagai hasil erupsi supervolcano yaitu Gunung Toba sekitar 74 ribu tahun yang lalu.

Persalinan Parapat masih berlangsung terus. Pembenahan dan pembangunan infrastruktur aksesibilitas, amenitas, hingga jaringan telekomunikasi. Termasuk pula pengembangan produk wisata, perbaikan ekosistem ekonomi kreatifnya, hingga persiapan sumber daya manusia (SDM) di setiap lokasi.

Kulewati Parapat dua kali. Saat yang kedua itu, hari ini menjelang subuh. Di satu ruas jalan para pekerja sedang mendorong lingkaran kabel besar, barangkali untuk jaringan telekomunikasi.

Kondisi alam Parapat sudah sangat berubah. Juga merupakan bukti tumpang tindih kebijaksanaan yang tidak lepas dari kesemerautan. Entah berawal dari policy pemerintah pusat atau egisektoral dinas di daerah atau permainan oknum penerima wewenang pelaksanaan. Sampai kini problem tanah di Sigapiton, salah satunya konflik keturunan Ompung Ondol Butar-butar terkait sekitar 297 ha, dengan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba. Dan bermacam masalah lain, termasuk keramba ikan oleh nelayan setempat.

Panorama indah alam Parapat itu hanya sepenggal kecil di dunia nan cantik ciptaan Elohim Jahweh. Di seluruh permukaan bumi, warga dunia serentak lomba kesombongan menggenggam penggalan demi penggalan bumi untuk menghibur-senangkan diri menikmati kemurahan Elohim Jahweh itu dengan kobarkan permusuhan.

Maka Elohim Jahweh melalui Raja Salomo memperingatkan : “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”
(Amsal 14:12)

Raja Salomo melanjutkan: “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” (Amsal 23:18)

Kehendak Elohim Jahweh dalam rancangan semula, agar manusia berkuasa di dunia merealisasi konsepNya, yaitu berkuasa atas Lucifer yang saat itu sudah berada di dunia dan mendudukinya.

Bukannya melawan Lucifer, ternyata manusia dituntun Lucifer mengingkari Pencipta, maka manusia menguasai manusia, sebagaimana Paulus menunjukkan:

“Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati PENGUASA KERAJAAN ANGKASA yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”
(Efesus 2:2)

Raja Salomo menelitinya, mengatakan “Semua ini telah kulihat dan aku memberi perhatian kepada segala perbuatan yang dilakukan di bawah matahari, ketika orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka.” (Pengkhotbah 8:9)

Elohim Yahweh memulihkan rancangan Nya semula dengan tindakan melenyapkan bumi ini.

Yesus saat hidupNya telah memberi tahu:
“Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Matius 24:6-8, 14, 29, 35)

Pemberitahuan Tuhan Yesus, oleh Roh Kudus diulangi lagi via Rasul Yohanes : “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.”
(Wahyu 20:11)

Kota Parapat betapa pun kemilau kini, dengan bersalin secara orientasi manusia sombong mempresentasikan Lucifer, mendongakkan kepala, pada saatnya yang tepat termasuk yang dimusnahkanNya.

Maka sesuai rancanganNya, kata Tuhan Yesus: “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” (Matius 24:29)

Dan ditegaskanNya: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”

Sehubungan itulah Paulis menginformasikan: “Karena kami tahu, bahwa tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,” ( 2 Korintus 5:1-2.)

Kitab Wahyu mendeskripsikan kemah baru yang disediakan Tuhan Yesus bagi yang diperkenaankan Elohim Jahweh:

“Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaimana pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.” Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud, Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening. Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya. Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.” (Wahyu 21:1-3, 7-8, 16, 19, 21, 23, 27)

Tidak ada dalam konsep politik, filsafat, ataupun sesuatu keyakinan, sejelas program dan properti Dunia Baru bagi umat manusia, yang terdiskripsi dalam Alkitab. Sesungguhnya umat manusia sedang menyongsong dunia berganti rupa.

Camkan: kita berkewajiban membangun Parapat permai itu dengan perspektif mensejahterakan dan tidak untuk merugikan warga, maka kita nikmati, meski kita juga menyadari Parapat itu kelak akan musnah, maka seraya itu pula kita dituntut wajib berkesadaran merindukan akan masuk dan hidup kekal dalam Langit Baru Bumi Baru abadi.

Selamat hari minggu.

Dolok Sanggul – Medan, 22.01.2023.

* Penulis Toga Tambunan, evangelis Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,584PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru