Oleh: M. Nigara *
SABTU (29/7/23) malam waktu T. Mobile Arena, Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, atau Ahad pagi waktu Indonesia Barat, besok, dua jagoan kelas welter, Errol Spence Jr akan berlaga dengan Terence Crawford. Keduanya akan mempertaruhkan gelar masing-masing untuk menuju juara sejati.
Spence yang berjuluk the truth (kebenaran) membawa tiga sabuk juaranya: WBC, WBA, dan IBF. Sementara Crawford yang berjuluk Bud (tunas) membawa sabuk WBO yang sudah ia sandang sejak 9/6/2018, setelah merebutnya dari juara bertahan Jeff Horn dengan kemenangan TKO-9.
Keduanya tampil ke atas ring dengan reputasi yang sangat tinggi. Spence 28 (22)-0-0 dan Crawford 39 (30)-0-0. Keduanya bergaya southpaw atau kidal. Dan keduanya memperoleh bayaran spektakular, masing-masing 25 juta dolar Amerika atau setara Rp 362 M. Meski jumlah itu masih jauh dari laga Folyd Msyweather jr vs Manny Pacquiao, masing-masing 100 juta dolar, plus 20 persen hasil bersih dari rangkaian bisnis pertarungan itu, tapi angka untuk Spence dan Crawford, selepas pandemi.
Kekuatan Vs Kecepatan
Bagi para pengamat, pertarungan memperebutkan gelar juara sejati kelas welter ini mengingatkan pada tiga laga penuh sensasi di kelas yang sama. Sugar Ray Leonard vs Thomas Hearns (16/9/1981), Oscar De La Hoya vs Felix Trinidad (18/9/1999), dan Floyd Mayweather jr vs Manny Pacquiao (2/5/2015).
Laga-laga tersebut bukan hanya dipenuhi sensasi persaingan yang sangat ketat secara teknis, tapi juga sensasi bayaran yang pada masanya begitu luar biasa. Bahkan laga Mayweather vs Pacquiao hingga saat ini belum terpecahkan.
Di awal 1980an, hanya kelas berat saja yang diwarnai sensasi segala rupa. Termasuk bayaran dua digit dalam bentuk jutaan. Namun begitu Leonard bertarung di kelas welter, sensasi berubah. Khususnya saat bertemu dengan Herans, angka bayaran yang mereka terima masing-masing 14-12 juta dolar atau saat itu setara Rp 70 miliar- Rp 60 miliar. Sungguh jumlah yang sangat menggelegar.
Oscar dan Trinidad masing-masing menghasilkan 20 juta dolar plus masing-masing menerima fee sekitar Rp 100 miliaran. Laga itu sendiri menghasilkan Rp 1,2 triliun dari PPV.
Laga Spence dengan Crawford sendiri akan menampilkan laga speed and power. Uniknya, kedua jagoan itu mampu menampilkan kekuatan dan kecepatan. Dari sederet prediksi, mayoritas menyebut Spence menang angka. Namun ada juga pakar yang berani menegasjan Crawford akan menang TKO.
Bagi saya, siapa pun yang memperolek kesempatan dan dapat memanfaatkannya, dialah yang akan keluar sebagai pemenang. Secara selintas, bukan karena Spence lebih muda tiga tahun, saya melihat dialah yang akan mampu memenangkan pertarungan itu. Kecepatan dan kekuatan Spence sepertinya akan menjadi kendala besar bagi Crawford.
Sayang, laga hebat itu tidak bisa dinikmati oleh sekitar 17 juta penggila tinju tanah air, karena hingga Sabtu ini tidak satu pun stasiun televisi kita yang menyiarkannya. Bahkan tvone yang selama ini dikenal sebagai stasiun tinju, belum tampil lagi dengan tayangan-tayangan tinjunya.
*Penulis, M. Nigara adalah
Wartawan dan Komentator Tinju Senior