Rabu, 22 Januari 2025

Festival Film Rekoleksi Memori : “Suara-suara Dari Masa Lalu Untuk Menyatakan Masa Depan”

JAKARTA- “Lima puluh tahun berlalu setelah tragedi kemanusiaan 65, kita masih saja berdiri di sini, masih terus bertanya dan mencerna, mengapa sebuah gelombang pembantaian, pembunuhan, pemenjaraan, penyiksaan dan seluruh kekejian tiada tara itu seolah dianggap tak pernah ada?” ujar Yulia Evina Bhara, Direktur Perkumpulan Partisipasi Indonesia.

Yulia mempertanyakan bangsa macam apa kita, yang terus-menerus menutupi tabir kelam sejarahnya sendiri, kendati telah banyak bukti dan saksi dari artefak hingga para korban dan penyintas sanggup bercerita tentang rangkaian luka dan keperihan yang mereka alami.

“Sejarah macam apa yang hendak dibangun dan diwariskan di atas kebohongan demi kebohongan yang terus direproduksi?” tambahnya.

Kegelisahan inilah yang mendorong Partisipasi Indonesia berinisiatif menggelar sebuah acara bertajuk REKOLEKSI MEMORI, serangkaian kegiatan seni instalasi, film, foto, dan musik yang dipusatkan pada sebuah bangunan museum temporer yang dibangun di area Plaza Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM).

Rekoleksi Memori akan diawali dengan Festival Film Rekoleksi Memori. Ada 15 film yang akan diputar selama 4-10 Desember 2015, di Kineforum, TIM. Empat film di antaranya adalah film baru yang diproduksi khusus untuk program Rekoleksi Memori: “Tidak Lupa” karya sutradara Asrida Elisabeth, “Saudara dalam Sejarah” karya sutradara Amerta Kusuma, “Tarung” karya sutradara Steve Pillar Setiabudi, dan “The Anatomy of Terror” karya sutradara Bayu Prihantoro Filemon. Keempat film ini bercerita tentang suara-suara dari masa lalu untuk menyatakan masa depan.

Pemutaran perdana keempat film dijadwalkan pada Sabtu, 5 Desember 2015, pukul 14.15 dan 17.00 dilanjutkan diskusi dengan para pembuat film.

Dalam penyelenggaraan Festival Film Rekoleksi Memori, Partisipasi Indonesia berkolaborasi dengan Komnas HAM dan Dewan Kesenian Jakarta. Kendati festival film telah dimulai pada 4 Desember 2105, namun Museum Temporer baru akan dibuka pada 7 Desember 2015, pukul 19.00. Seluruh rangkaian acara Rekoleksi Memori dibuka untuk umum dan gratis.

Rangkaian gambar, foto, musik, instalasi seni dan suara-suara dalam Rekoleksi Memori disuguhkan bukan sekadar untuk mengurai kisah-kisah pedih dan segala kengerian, tetapi diharapkan ini bisa menjadi kaca benggala bagi masyarakat Indonesia untuk belajar memahami sejarah masa lalu.

“Tanpa memahami sejarah masa lalu, kita akan tersesat sebagai bangsa yang terbelenggu dalam belukar kebohongan dan kekerasan tanpa akhir,” tutur Yulia. Ia berharap, perbedaan apapun, ke depannya tidak boleh lagi diselesaikan dengan cara kekerasan. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru