JAKARTA – Partai Demokrasi Indonesi (PDI) Perjuangan perlu segera melakukan kritik otokritik agar bisa instrospeksi terhadap berbagai persoalan dalam dirinya. Jika tidak, maka cepat atau lambat PDI-P yang dipimpin putri Proklamator akan ditinggal massa rakyat yang semakin cerdas secara politik. Hal ini disampaikan oleh Eko ‘Kojeng’ Sigit Rukminto Kurniawan, mantan kader senior PDIP kepada Bergelora.com di Jakarta, Rabu (3/3) menanggapi manuver Partai Solidaritas Indonesia yang semakin popular banyak mendapat dukungan rakyat.
“Selama tidak ada introspeksi, partai sebesar apapun seperti PDIP akan selalu mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama. Cepat lambat mereka akan ditinggal massa rakyat,” tegasnya.
Apalagi saat ini menurutnya, rakyat banyak pilihan partai politik yang sedang berlomba memenangkan hati rakyat. Menurutnya cara kerja PDIP sudah jauh ketinggalan dari kebutuhan politik rakyat.
“Apalagi dengan berbagai kasus korupsi yang melibatkan kader dan kepala daerah yang didukung PDIP. Rakyat semakin melihat partai ini semakin jauh dari partai yang diimpikan Bung Karno,” ujar mantan Wakil Ketua Badan Saksi Pemilu Nasional DPP PDIP ini.
Marhaenisme yang diajarkan oleh Bung Karno, menurut Kojeng jelas-jelas berpihak pada rakyat jelata dan kaum pekerja, bukan justru membiarkan kader-kadernya menjadi koruptor.
“Jelas yang dikorup adalah uang rakyat dalam kasus bansos. Apalagi jika benar menjadi setoran pada petinggi partai. Itu marhaen palsu. Kalau Mega mendiamkan, partai semakin kehilangan kepercayaan rakyat,” tegas Kojeng yang telah meninggalkan PDIP dan sekarang aktif di Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
Manuver PSI
Sebelumnya secara terpisah dilaporkan manuver-manuver senyap yang dilakukan oleh PSI belakangan ini diyakini bakal membuat partai penguasa, PDIP, jumpalitan ketika mengetahuinya.
Jerry Massie selaku Direktur Political and Publik Policy Studies (P3S) PSI, meyakini bahwa manuver yang dilakukan oleh partainya saat ini akan mengancam PDIP di masa depan.
“Saya nilai kalau PSI bisa saja mengambil para milenial voters (pemilih) PDIP,” ujar Jerry kepada pers.
Selama ini, image yang terjaga dalam diri PSI adalah partai anak muda alias kaum milenial.
Sehingga bukan hal yang tidak mungkin bila nantinya PSI akan menguasai kaum muda Tanah Air dalam berpolitik di masa mendatang.
Lebih lanjut, Jerry juga menjelaskan bahwa manuver khas PSI dalam mengenalkan politik kepada kaum muda dinilai lebih efektif dibandingkan dengan partai lainnya.
“Politik gaul dengan mengusung tokoh-tokoh muda akan sangat mempengaruhi nomimasi PDIP,” tambah Jerry.
Selain itu, Jerry juga menilai bahwa PDIP besar kemungkinan bisa kehilangan satu atau dua kursi saat pemilihan legislatif nanti.
Kehilangan kursi tersebut, lanjut Jerry, bisa saja terjadi khususnya dari segmentasi milenial.
Pasalnya, Jerry menilai bahwa dibandingkan dengan PSI, PDIP kurang terbuka dalam mengirimkan calon muda mereka untuk maju bersaing. (Web Warouw)