JAKARTA – Wakil Pertama Utusan Tetap Federasi Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dmitry Polyansky membantah tuduhan bahwa Moskow hendak melenyapkan Ukraina sebagai sebuah negara. Polyansky menyebut tuduhan itu disebarkan oleh pihak Barat.
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri mengaku hendak memaksakan “demiliterisasi” dan “denazifikasi” Ukraina ketika meluncurkan operasi militer khusus pada Februari 2022 silam.
Walaupun empat provinsi telah menyatakan merdeka dari Ukraina, namun Kremlin tetap ingin Ukraina bertahan sebagai negara.
Viral Pidato Tahun Baru Presiden Putin:
Check out 🏴's video! #TikTok https://t.co/N5zSntW8Gi pic.twitter.com/ZG7i4elAp9
— Bergelora.com (@bergeloralah) January 1, 2023
Polyansky menyebut tidak pernah ada pemimpin Kremlin yang menyatakan hendak menghapus Ukraina. Kata dia, penghancuran Ukraina bukanlah salah satu tujuan operasi militer khusus.
“Ini lebih kepada musuh-musuh di Barat yang mencoba merepresentasikan posisi kami seperti itu (ingin menghancurkan Ukraina), menakuti orang-orang dengan mengatakan bahwa tujuan operasi khusus Rusia adalah menghancurkan Ukraina, menggempur bahasa Ukraina, untuk me-Rusifikasi-nya,” kata Polyansky, Jumat (30/12/2022), dikutip TASS.
Polyansky menambahkan, tujuan Rusia adalah menciptakan kondisi Ukraina yang bersahabat bagi Moskow dan tidak menghadirkan ancaman militer. Ia pun menegaskan kembali bahaya Ukraina yang dikuasai neo-Nazi.
“Jawaban saya ini: Ukraina harus kembali dalam kondisi sebagai tetangga kami yang bersahabat, tempat tidak ada ancaman yang timbul.”
“Itu bisa dipahami dengan cara berbeda: itu berarti ancaman militer, itu juga berarti ancaman dari pelanggaran hak-hak kompatriot kami, hak-hak mereka yang berbahasa Rusia (di Ukraina),” kata Polyansky.
“Ancaman itu juga muncul dari glorifikasi kriminal Nazi dan promosi ajaran-ajaran neo-Nazi. Itu juga ancaman yang harus dilawan dan dimusnahkan,” lanjutnya. (Web Warouw)