Kamis, 3 Juli 2025

Gilaaa…! PR Besar: Murid Pukul Guru Sampai Meninggal

Ketua Komite III DPD RI yang membidangi persoalan pendidikan Fahira Idris (Ist)

JAKARTA- Pemukulan yang dilakukan seorang oknum murid SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura terhadap gurunya hingga meninggal dunia menjadi pekerjaan besar (PR) bagi semua elemen bangsa. Ketua Komite III DPD RI yang membidangi persoalan pendidikan Fahira Idris mengungkapkan, peristiwa memilukan yang terjadi di Sampang, Madura ini bukan hanya menjadi persoalan dunia pendidikan saja, tetapi menjadi persoalan besar bangsa yang harus segera ditemukan solusinya agar menjadi peristiwa yang terakhir.

“Kami (DPD RI) sampaikan penyesalan dan duka yang mendalam atas kejadian ini. Peristiwa ini bagi saya, bukan hanya persoalan dunia pendidikan saja, bukan hanya menjadi tanggung jawab stakeholder pendidikan mulai dari menteri, kepala daerah, kepala dinas, kepala sekolah, hingga guru dan murid, tetapi menjadi tanggung jawab dan PR kita bersama sebagai sebuah bangsa,” tegas Fahira Idris di sela-sela kunjungan kerja DPD RI di Kota Banda Aceh Senin (5/2).

Menurut Fahira, perisitiwa ini juga menandakan ekosistem pendidikan belum sepenuhnya terbangun dengan baik sehingga seolah-olah sekolah dan guru seperti berjalan sendiri mendidik anak-anak Indonesia yang juga merupakan generasi penerus bangsa ini. Sekolah, lingkungan masyarakat dan keluarga yang merupakan pilar utama ekosistem pendidikan belum menyatu dengan baik karena masih terkesan bergerak sendiri-sendiri. Selain itu, kejadian ini menjadi peringatan bagi Pemerintah karena ternyata revolusi mental yang mengedepankan pendidikan karakter belum sepenuhnya terkondisikan di sekolah-sekolah.

Bagi Fahira, sekuat apapun sekolah membentuk karakter anak-anak menjadi pribadi yang baik tetapi kondisi rumah, orang tua, dan lingkungannya memperlihatkan nilai-nilai yang sebaliknya, akan membuat anak mudah rapuh. Oleh karena itu, akses informasi tentang pendidikan secara lengkap harus dibuka selebar-lebarnya kepada orang tua dan komunitas agar mereka juga berperan mendorong ekosistem pendidikan.

“Di sekolah murid diajarkan sikap hormat dan anti kekerasan tetapi di rumah atau di lingkungan ada murid yang selalu melihat praktik kekerasan. Kondisi ini sangat berpotensi membuat murid tersebut menjadi pelaku kekerasan. Sama seperti guru atau orang tua yang melarang anak-anak merokok, tetapi dirinya sendiri perokok. Jadi, keluarga terutama orang tua dan lingkungan harus kita gerakkan bersama menjadi ekosistem pendidikan,” jelas Senator Jakarta ini.

Namun, di luar itu semua, lanjut Fahira, meninggalnya Guru Ahmad Budi Cahyono harus diusut tuntas dan pelaku walaupun masih di bawah umur tetap harus menjalani proses hukum tentunya harus sesuai Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

“Tentunya dia harus mempertanggjawabkan apa yang sudah dilakukannya. Namun, saat berhadapan dengan hukum karena dia masih anak-anak harus memperoleh perlakuan khusus yang layak untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. Itu amanat undang-undang,” pungkas Fahira.

Sebelumnya dilaporkan, peristiwa pilu kembali mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Seorang siswa tega menganiaya gurunya hingga tewas. Pemicunya sepele, si murid tidak terima ditegur gurunya karena berisik di dalam kelas.

Kasus tersebut terjadi di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur (Jatim), Kamis, 1 Februari 2018, sekitar pukul 13.00 WIB. Korban bernama Ahmad Budi Cahyono yang merupakan guru mata pelajaran seni rupa. Sedangkan, penganiayanya berinisial MH yang masih duduk di bangku kelas XI.

Berdasar keterangan yang diperoleh kepolisian dari Kepala SMAN 1 Torjun Sampang, awalnya Budi mengisi materi seni lukis. “Itu sesi jam terakhir,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera kepada media, Jumat (2/2) pagi.

Saat pelajaran berlangsung, MH tidak mendengarkan materi yang disampaikan Budi. Dia mengganggu teman-teman sekelasnya. “Dia (MH) mencoret-coret lukisan teman-temannya,” ucap Barung.

Melihat tingkah usil itu, guru seni rupa itu kemudian menegur MH. Namun bukannya diam, MH justru semakin menjadi-jadi mengganggu teman-temannya. Budi kemudian mengambil cat lukis dan mencoret pipi MH.

Rupanya, apa yang dilakukan sang guru itu tidak bisa diterima MH. Sejurus kemudian dia memukul Budi. Aksi penganiayaan itu sempat dilerai para guru dan teman-teman sekelas MH.

“Korban kemudian diminta kepala sekolah ke ruang guru untuk menjelaskan duduk perkara yang terjadi,” ucap Barung.

Saat berbincang dengan Budi, Kepala SMAN 1 Torjun Sampang tidak melihat adanya luka di tubuh maupun wajah Budi. Budi pun dipersilakan pulang terlebih dahulu. Tidak lama berselang, sekolah mendapat kabar dari keluarga korban bahwa Budi mengeluh sakit di leher.

“Selanjutnya korban tidak sadarkan diri dan langsung dirujuk ke RSUD dr Soetomo,” ungkap alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1992 tersebut.

Kamis malam, sekitar pukul 21.40 WIB, polisi mendapat kabar bahwa Budi sudah meninggal dunia. Keterangan yang disampaikan para guru kepada polisi, rumah sakit sempat menyatakan Budi mengalami mati batang otak sebelum meninggal, sehingga seluruh organnya tidak berfungsi.

Polisi sendiri sudah mengamankan MH di rumahnya. “Yang bersangkutan sudah diamankan Polres Sampang dan saat ini masih dimintai keterangan,” kata Barung. (Moh. Zamzami)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru