Senin, 28 April 2025

Hukuman Setimpal Bagi Aparat Pembunuh Aktivis

JAKARTA- Kematian aktivis lingkungan, Jopi Peranginangin harus menjadi tonggak terakhir pembunuhan aktivis. Panglima TNI dan Kapolri diminta menertibkan semua aparatanya agar tidak lagi digunakan untuk membunuh aktivis yang aktif membela persoalan-persoalan masyarakat. Sudah saatnya lahir sebuah peradaban baru yang lebih maju dimasa pemerintahan Presiden Joko Widodo meninggalkan warisan peradaban gelap. Hal ini ditegaskan oleh budayawan, Wibowo ‘Jemek’ Arief kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (26/5).

 

“Untuk itu, pelaku pembunuhan dari satuan marinir TNI-Angkatan Laut itu harus diberikan hukuman setimpal yang bisa memberikan contoh dan efek jera pada yang lain,” demikian ujarnya.

Menurutnya, kekerasan bahkan pembunuhan terhadap aktivis masih terus terjadi didaerah-daerah konflik pertanahan dan perkebunan seperti di Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi.

“Di Papua aktivis HAM masih jadi sasaran kekerasan yang dilakukan oleh aparat. Semua kekerasan tidak mungkin dilakukan kalau tidak ada perintah. Kalau ini berlangsung terus maka tidak ada perubahan signifikan di Jaman Joko Widodo. Semua kekerasan harus diusut dan jangan ada lagi,” jelasnya.

Sebelumnya, Jopi Peranginangin, yang juga mantan aktivis aktivis 98, tewas dalam sebuah pengeroyokan yang dilakukan oleh anggota Marinir TNI-Angkatan Laut di salah satu kafe di Kemang.

Kronologi Pembunuhan

Pada pukul 03.30, Jopi dan kawan-kawan memasuki Venue Kafe, Kemang, Jakarta Selatan. Di dalam sudah terlihat beberapa orang pria berperawakan tegap dan cepak. Karena waktu sudah menunjukan pukul 04.00, dan Venue kemang sudah tutup. Mereka memutuskan untuk berkemas dan hendak keluar dari kafe. Saat hendak keluar, salah satu dari gerombolan pria berbadan tegap tersebut sempat memaki Amar, salah satu kawan Jopi yang ikut serta dalam acara nongkrong tersebut.

“Finish, out out,” ujar seorang pria tersebut mengusir mereka.

Salah seorang kawan Jopi, Mario mengatakan, gerombolan pria tersebut telihat mabuk berat. Sembari berdiri mereka mengusir Jopi dan kawan-kawannya dengan mengibaskan tangannya. Bentakan itu disambut Amar, kawan Jopi yang lain “Iya bro, kita juga mau keluar,” ujar Amar.

Jawaban itu ternyata membuat pria yang berteriak itu bergerak maju ke arah Amar dan menuturkan kalimat tidak jelas dan membingungkan. Melihat sahabatnya terlibat percekcokkan, Jopi pun mendekati mereka. “Ada apa nih, tenang dulu pak,” ujar Jopi sembari menjauhkan Amar dari hadapan pria tersebut.

Melihat Jopi yang memang berperawakan tinggi dan berpenampilan metal, lelaki tersebut malah naik pitam. Pria itu pun menarik tangan Jopi dan melayangkan sebuah pukulan ke wajahnya. Namun, pukulan tersebut berhasil ditahan oleh teman pelaku sendiri.

Amar dan yang lainnya juga langsung menarik Jopi dan kemudian melerai mereka. Jopi dan kawan-kawannya pun bergerak keluar dari Venue. Di dalam, pelaku yang masih tak terima terus mengoceh dan menantang Jopi.

Amar yang juga tersulut emosinya kembali menghampiri pria tersebut saat di parkiran. Amar yang berusaha mengajak ngobrol dan mendekati pelaku malah dibentak dan dipukul. Tak selesai dengan memukul dan membentak Amar. Pria tersebut langsung membuka tas selempangnya berwarna cream, mengeluarkan pisau, dan berteriak.

“Saya ini tentara,” ujar pria tersebut sambil mengacungkan pisaunya.

Entah pria tersebut memang sudah mengintai Jopi atau tidak, Amar yang ada didepan mereka tak dihiraukannya dan malah mengejar Jopie yang sudah lebih dulu menjauh dari krumunan tersebut.

Pelaku dan kawanannya langsung mengejar Jopie hingga depan Habibie Center, Kemang. Jopie ditahan dan dipukuli oleh kawanan tersebut. “Salah gue apa,” teriak Jopie. Namun, teriakan tersebut terhenti. Mario yang mendengar hal tersebut langsung menghampiri Jopie yang sudah tersungkur di bawah pohon.

Mario langsung mengangkat Jopie. Saar diangkat, barulah mereka tahu baju dan badan Jopie sudah bersimbah darah. Jopi ditusuk di depan parkiran Habibie Center. Melihat kondisi Jopie yang mengkhawatirkan, Mario langsung membawa Jopie ke RSPP.
Pukul 04.30, Jopi tiba di RSPP dan langsung ke IGD. Dokter menjelaskan keadaan kritis karena luka tusuk kena paru-paru, diindikasikan ada pendarahan massif, ada luka di paru, acid tinggi, sel darah putih turun, infeksi bakteri dari bayonet/sangkur. Dokter pun menyarankan masuk ke ICU.

Dokter sempat menanyakan soal uang muka Rp 25-30 juta, sementara operasi diperkirakan sekitar 42 juta. Beberapa kawan berusaha mencari uang. Tapi pas cari uang dikabari kalau keadaan Jopi memburuk. “Saya langsung hubungi keluarga, tapi pukul 06.00 nyawanya sudah pergi,” ujar Mario.

Praka AL

Jopi dikenal sebagai penggiat gerakan reformasi tahun 1998, aktivis Liga Mahasiswa Nasional Demokrat (LMD) dan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Setelah itu Jopi aktif di Sawit Watch dan di Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Polisi menduga pelaku penusukan Jopi merupakan anggota TNI AL.

Belakangan, TNI Angkatan Laut (AL) akhirnya mengungkap siapa pembunuh mantan aktivis Jopi Peranginangin. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Manahan Simorangkir mengatakan bahwa pembunuh Jopi adalah seorang tamtama.

“Untuk diketahui, pelaku diketahui memang benar anggota TNI AL, inisial JL pangkat Praka (prajurit kepala),” kata Manahan.

Manahan melanjutkan, dirinya belum mendapatkan kabar lanjutan dari Puspomal apakah Praka JL sudah ditangkap atau belum.

“Saya belum dapat info sudah ditangkap atau belum,” tuturnya. Manahan menjelaskan bahwa Puspomal masih terus melakukan penyelidikan dan pendalaman atas kebenaran soal Praka JL dan kasus yang membelitnya. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru