Selasa, 11 Februari 2025

Imperialisme dan Arabisasi Di Indonesia

Oleh: Ubaidillah Achmad

Bangsaku, Indonesiaku menghadapi tantangan yang luar biasa untuk bisa mengekpresikan kemerdekaan sebagai negara besar. Dari banyaknya tantangan ini bersumber dari dua persoalan: pertama, persoalan hegemoni Barat. Hegemoni Barat ini sudah berlangsung sejak awal pemerintahan di pimpin oleh Presiden Soeharto. Kedua, persoalan arabisasi. 

Kedua persoalan ini, tidak dapat dipandang “remeh”, karena real persoalan ini memiliki legitimasi di mata masyarakat dan mendapatkan sokongan yang besar dari pemerintah Arab Saudi yang menopang kelangsungan imperialisme Barat. Belum lagi, tipologi berfikir para arabisme yang formalis ini tidak memahami keberadaanya yang sedang dimainkan oleh imperialisme barat. Meskipun demikian, model dua sejoli antara Arab Saudi dengan Amerika ini merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Karena arabisme di Indonesia didukung Arab Saudi yang juga kuat di mata Imperialis Amerika Serikat, maka tidak mudah mengabaikan gerakan arabisme. Suhubungan dengan tikungan jalan inilah, ada banyak friksi yang bermunculan. Friksi ini, bermula dari pertanyaan: mengapa gerakan arabisme di Indonesia “sok” anti barat, namun berelasi dengan arab saudi yang menyokong Imperialis Amerika?

Mengapa gerakan arabisme tidak pernah mengambil isu gerakan kerakyatan dan pendampingan kepada masyarakat korban neoliberalisme? Justru isu yang dimainkan oleh gerakan arabisme di Indonesia, selalu merendahkan sesama umat Islam yang mereka persepsikan bersikap mengada-ngadakan pemikiran yang baru, baik di bidang agama maupun sosial. Apabila tidak sesuai teks keagamaan yang mereka pahami menjadi kafir.

Fenomena ini menunjukkan, bahwa umat Islam melalui arabisme dikerdilkan imperialis barat yang berideologi neoliberalisme. Arabisme melalui raja kegemarannya, keluarga ibn saud ini, sangat mudah dikendalikan oleh kaum neoliberal. Secara sederhana, dapat dipahami, bahwa arab saudi melalui keluarga saud merupakan bentuk tangan panjang neoliberal yang sewaktu waktu dapat menjadi alat mengendalikan masyarakat muslim yang tidak memahami peta politik dunia, sehingga belum memahami bagaimana membebaskan masyarakat lemah versus kapitalisme global. Gerakan pembebasan ini, justru yang dilupakan oleh arabisme dari kekhasan jejak kenabian Nabi Muhammad. 

Kaum neoliberal berkepentingan untuk menekan ideologi pembebasan umat Islam bisa redam melalui gerakan arabisme dan para pengikutnya. Oleh karena itu, setiap ada isu kerakyatan di Indonesia yang selalu muncul justru gerakan arabis yang menuduh HAM, adalah produk Barat. Apalah fenomena ini hanya kebetulan atau tidak, namun secara realitas gerakan arabis di indonesia selalu salah alamat, berupa sikap ingin membela Tuhan, namun melupakan tanggung jawab kemanusiaan. Bahkan, di antara mereka ada yang mengatakan, bahwa apa arti kemanusiaan selama kita belum menyelesaikan tugas membela Allah. Sikap kerdil ini disebut ketidaktahuan naif.

Gerakan arabis, telah menginspirasi kemunculan islam radikal. Dibalik bayang arabis, ada neoliberal yang memanfaatkan umat supaya fokus memperdebatkan pada persoalan theologis sesama umat Islam mengabaikan kemanusiaan dan kerakyatan. Dengan demikian, gerakan islam radikal akan menguntungkan kerja neoliberal menjajah perekonomian indonesia. Dalam beberapa sikap dan pandangan, ada kaum islam radikal yang mengatakan, bahwa gerakan HAM dikatakan sebagai kepentingan Barat dan para kafir. Mereka ini lupa, telah bekerja untuk Imperialis, sehingga prinsip kenabian yang berupa kemanusiaan, dikatakan kiriman dari luar Islam. 

Jika Barat berbicara kemanusiaan, sesungguhnya merupakan bentuk sikap karena tidak bisa lagi mengingkari teks universal. Visi universal kenabian inilah yang sekarang ini menjadi “selimut” untuk sikap mencintai dunia dan melindungi ancaman kematian yang sewaktu menjemputnya. Dengan kedok kamanusiaan dan ilmu pengetahuan, barat melalui tangan kekuasaannya melakukan intervensi lembut kepada umat Islam dan negara “jajahan kelembutannya”.

 

*Penulis adalah penulis Buku Islam Geger Kendeng, mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang

 

 

 

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru