Oleh: Mahfudin Nigara *
KITA wartawan olahraga, tak ada yang menyangsikan. Selain memang liputan kita hanya olahraga, kita pun tergabung di SIWO (Seksi Wartawan Olahraga) PWI, satu-satunya organisasi kewartawanan di tanah air.
Tapi, seberapa kuatkah kita melakukan kegiatan olahraga? Banyak di antara kita, wartawan 1970-2000, yang selalu berolahraga. Tenis lapangan, biliar, dan sepakbola adalah tiga cabang olahraga yang paling digemari. Namun, jika ditanya seberapa kuatkah? Rata-rata kita hanya tersenyum, penuh arti.
Berbeda dengan Sami Leo Lantang, mantan wartawan Berita Yudha yang kemudian hijrah ke BOLA, 1984 hingga pensiun. Khususnya sejak 1985 hingga pertengan tahun 2000, lari adalah olahraga yang tak pernah ia tinggalkan.
Setiap menjelang sore, sekitar jam 15an, dari kantor kami di Pal Merah Selatan, Bang Sam, begitu sapaan akrabnya, selalu berlari ke ring road Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Bukan sembarang lari, Bang Sam bak atlet atletik, pelari jarak menengah profesional, selalu menghabiskan waktu tidak kurang dari 2-3 jam. Jarak yang ditempuh pun luar biasa, bisa mencapai 10-15 kilometer. Semua ia lakukan, setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu.
Langkah lari Bang Sam yang pernah memimpin SIWO PWI Jaya itu seperti menjadi satu dengan denyut nadi ring road. Bahkan, ketika saya dipercaya oleh Setneg untuk menjafi direksi di PPK-GBK, 2009-2012, Bang Sam terus melanjutkan aktivitasnya.
Sungguh, komitmennya untuk berolahraga begitu dahsyat. Tak ada hal apa pun yang dapat menghalangi Bang Sam. Maaf nih, dibanding siapa pun anggota SIWO, Bang Sam sangat luar biasa. Bayangkan, jika saya coba menghitung waktu dengan jarak yang ditempuh Bang Sam, 10 tahun dengan rata-rata berlari dua jam, di koridor terluang ring road satu putaran sekitar 1,8 km.
Dalam dua jam Bang Sam bisa menempuh 10 putaran atau selitar 18 km perhari. Jika dihitung setiap bulan tanpa Sabtu dan minggu, maka Bang Sam bisa berlari 22 hari. Jika angka itu dikalikan 18 km, maka sebulan jarak tempuh Bang Sam bisa menempuh 396 km. Nah, jika dikali 12 bulan, maka setahun Bang Sam bisa menempuh 4.752 km. Bayangkan jika dikali kan 10 tahun, itulah jarak tempuh yang dicapai Bang Sam.
Jika ditarik garis dari Jakarta ke New York yang berjarak 16.167 km, maka Bang Sam sudah bisa berlari Jakarta-New York-Jakarta. Sungguh jarak tempuh yang tidak pendek dan hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki komitmen sangat tinggi. Sungguh, Bang Sam sangat mirip dengan film Forest Gump yang dibintangi oleh aktor Tom Hanks.
Hingga akhirnya pensiun, Ring road Stadion Utama, GBK menjadi saksi bisu dari seorang Sami Leo Lantang, menjejaki langkah-langkahnya. Menjadi saksi bisu begitu banyak guyuran keringatnya. Menjadi saksi bisu desah napasnya.
Komitmen Bang Sam dalam menjaga diri, juga terbilang sungguh luar biasa. Selama sepuluh tahun sekantor di BOLA dengan Bang Sam, tidak sekali pun namanya tercoreng oleh bujuk-rayu pihak tertentu untuk menentukan kebijakan-kebijakan khusus. Intinya, Bang Sam tergolong sebagai wartawan yang memiliki kredibiltas tinggi.
Itu sebabnya, ketika 2022, saya yang saat itu sebagai Staf Khusus Menpora Prof. Zainudin Amali, diminta masukan nama siapa wartawan olahraga senior yamg bisa diberi penghargaan dalam Haornas, nama Bang Sam, nomer satu saya luncurkan, disusul Mas Sunito, dan Yoyok. Di tim saya, Eddy Lahengko, Wailan Walalangi, Sadik Algadri, Imam Wibowo, semua setuju. Dan, di tingkat kementerian, juga tak ada pertentangan, meski biasanya di Kemenpora, tidak mungkin menentukan pilihan tanpa perdebatan.
Sepertinya semua bersepakat Bang Sam, sangat pantas memperoleh penghargaan itu. Namun, Sabtu (15/7/23) Bang Sam akhirnya harus menyudahi segala urusan dunia. Ia harus meninggalkan segala kenangan indah bagi kita.
SELAMAT JALAN Bang Sam Lantang, semoga Tuhan Yang Maha Esa mengampuni seluruh khilafmu dan menempatkanmu di tempat terbaik. Aamiin.
*Penulis, Mahfudin nigara, wartawan olahraga senior