Senin, 25 September 2023

INDONESIA GIMANA NIH..? Di Ambang Krisis Energi! Eropa dan Asia Perluas Armada Pembangkit Nuklir

JAKARTA- Tenaga nuklir digadang-gadang akan kembali berada di puncak kebangkitan zaman keemasan, setelah krisis minyak tahun 1970-an. Alex Whitworth, kepala strategi penelitian energi dan energi terbarukan Asia di lembaga penelitian dan konsultasi global Wood Mackenzie, menuturkan lonjakan harga bahan bakar fosil akan membuat dunia khususnya negara-negara di Asia beralih ke nuklir yang telah diakui sebagai energi hijau.

“Jika harga bahan bakar fosil tetap tinggi untuk jangka waktu tiga hingga empat tahun, saya pikir itu akan cukup untuk meluncurkan zaman keemasan pengembangan nuklir terutama di Asia karena di situlah mereka paling sensitif terhadap harga dan karena paling membutuhkan,” kata Whitworth, dikutip Reuters.

Pakar industri juga memprediksi Asia akan mendorong pembangunan reaktor nuklir baru mengingat kondisi pusat manufaktur dunia mencari pasokan listrik untuk menggantikan bahan bakar fosil sekaligus melengkapi energi terbarukan. Sebelumnya, baik pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan Badan Energi Internasional (IEA) telah mengatakan tenaga nuklir sangat penting bagi negara-negara untuk memenuhi tujuan Net Zero Emission dan memastikan keamanan energi, seiring lonjakan setelah Rusia memotong pasokan gas alam ke Eropa sejak perang Ukraina dimulai pada bulan Februari. Pada Juli lalu, IEA mengatakan kapasitas nuklir global perlu digandakan pada tahun 2050 untuk mencapai target Net Zero Emission.

Kini, pemerintah di seluruh Eropa dan Asia sedang memperluas armada pembangkit nuklir mereka yang sudah tua. Reuters melaporkan para pemimpin baru Filipina, Jepang dan Korea Selatan, telah mendorong rencana untuk memulai kembali pembangunan reaktor atau pembangkit baru untuk mengurangi kekurangan daya sekaligus mengurangi emisi. Presiden baru Filipina Ferdinand Marcos Jr. telah menghidupkan kembali diskusi tentang proposal untuk merehabilitasi situs Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bataan (BNPP) Filipina belum menghasilkan listrik sejak selesai pada tahun 1984. Langkah itu di ambil di tengah krisis energi saat ini yang telah mendorong harga bahan bakar pembangkit listrik tradisional, batu bara dan gas alam ke rekor.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi solusi baru lantaran biayanya yang lebih murah. Whitworth menuturkan rata-rata biaya listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir konvensional selama masa pakainya kurang dari setengah dari pembangkit berbahan bakar gas dengan harga saat ini, dan berada dalam kisaran yang sama dengan tenaga batu bara. Terlebih, teknologi baru seperti reaktor modular kecil (SMR) disebut lebih cepat dibangun dan lebih murah daripada unit konvensional. Teknologi inilah yang tengah dilirik oleh Singapura, Filipina dan Jepang. Atas dasar tersebut, Whitworth optimis nuklir yang kini menyumbang sekitar 5 persen dari pasokan listrik Asia Pasifik, diperkirakan akan meningkat menjadi 8 persen pada tahun 2030 berdasarkan proyek-proyek yang telah diumumkan. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,559PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru