JAKARTA – Rusia mengungkapkan alasan banyak negara bergabung dengan BRICS, karena mereka bosan dengan agresi tersembunyi dan agresi yang terkadang terbuka dari AS sehingga mencari bentuk-bentuk kerja sama yang baru. Hal itu diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova. Moskow awal pekan ini mengkonfirmasi, Turki telah secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS sebagai negara NATO pertama, yang mencari keanggotaan dalam aliansi ekonomi non-Barat.
Lebih dari 30 negara sejauh ini telah mengajukan permohonan untuk menjadi bagian dari kelompok ini, yang saat ini beranggotakan 10 negara, termasuk Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
Mengomentari kantor berita TASS tentang mengapa berbagai negara bersedia bergabung dengan BRICS, Zakharova mengatakan bahwa dunia sudah lelah dengan serangan Amerika dan memilih bentuk hubungan yang berbeda.
“Negara-negara ingin terus membangun hubungan berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional, tetapi karena Washington, seperti seorang maniak dari film Hollywood, menghancurkan segalanya dengan mesin pemotong rumput, gergaji, atau semacam kapak, dunia dipaksa untuk mencari bentuk-bentuk interaksi yang baru,” jelasnya dilansir dari Russia Today, Selasa (10/9/2024).
Bentuk-bentuk ini adalah seperti BRICS, tetapi bukan NATO, menurut diplomat Rusia itu.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, ajudan presiden Rusia Yury Ushakov mengkonfirmasi laporan media sebelumnya bahwa Turki telah secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS dan menambahkan bahwa negara-negara anggota kelompok ini akan mempertimbangkan tawaran tersebut.
Menurut pejabat tersebut, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga telah menerima undangan Moskow untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS bulan depan di Kota Kazan, Rusia. Rusia saat ini mengetuai organisasi ini.
BRICS didirikan pada 2006 oleh Brasil, Rusia, India, dan China, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2011. Kelompok ini diperluas tahun ini ketika Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menjadi anggota penuh.
Indonesia Masih Takut Amrik
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menegaskan keputusan Indonesia bergabung dengan aliansi BRICS berada di tangan presiden terpilih Prabowo Subianto. Adapun Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2024 akan dilaksanakan di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober 2024.
“Keputusan akan ada di dalam pemerintahan yang akan datang, tetapi kami terus memberikan masukan kepada presiden terpilih mengenai masalah BRICS ini,” ujar Retno Marsudi saat rapat kerja bersama Komisi I DPR, di Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Terkait kepastian keikutsertaan Indonesia bergabung dengan BRICS, Retno telah melakukan komunikasi dengan Prabowo. Pembicaraan dilakukan di awal pengumuman sebagai pemenang Pilpres 2024.
Dia menyampaikan bahwa untuk memastikan bergabung dengan BRICS harus dihitung terlebih dahulu manfaat ekonominya. Pasalnya, BRICS didirikan berdasarkan tujuan ekonomi, meskipun Indonesia sebelumnya telah diajak bergabung saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-15 di Johannesburg, Afrika Selatan tahun lalu.
“Oleh karena itu, kita mencoba untuk berhitung dari sisi ekonomi dulu, apakah kemanfaatannya cukup banyak sehingga kita akan memutuskan bergabung dengan BRICS,” jelasnya. (Web Warouw)