JAKARTA – Beberapa ahli yang bernaung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kelojotan menentang dan mengecam upaya pembuatan vaksin Nusantara yang dipelopori oleh mantan Menkes Dr. Terawan Agus Putranto
Menjawab hal ini, Mantan Kepala BIN Hendropriyono. Hendropriyono menegaskan seharusnya upaya Dr. Terawan Agus Putranto dan kawan-kawan mengembangkan vaksin Nusantara mendapat apresiasi dan sokongan dari sesama dokter. Vaksin ini kelak diharapkan dapat ikut membantu menyelamatkan nyawa manusia yang terpapar COVID-19 di dunia.
“Para netizen bangsa yang patriotik pasti merasa bangga atas penemuan vaksin Nusantara oleh Dr Terawan Agus Putranto dan kawan-kawan,” tulis Guru Besar Filsafat Intelijen Jenderal (Purn) AM Hendropriyono dalam pernyataan tertulis yang diterima pers, Jumat (19/2) malam.
Karena itu, upaya Terawan yang dilakukannya semasa menjadi Menteri Kesehatan perlu perlindungan agar bebas dari bayang-bayang feodalisme intelektual, juga bebas dari manipulasi bisnis para kapitalis domestik dan mancanegara. “Dalam semangat kebangsaan, Dr Terawan Agus Putranto telah nyata sebagai mahaputera Indonesia,” imbuh Hendropriyono.
Jika kita berani menghargai kreativitas dan inovasi anak bangsa sendiri, dia melanjutkan, akan terbuka penghargaan Nobel dunia yang pertama bagi Indonesia.
Peneliti dari RSUP dr Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) terlibat dalam pengembangan vaksin ini. Selain pembiayaan Litbangkes, peneliti-peneliti juga berpartisipasi mendanai penelitian vaksin Nusantara.
Untuk diketahui, vaksin Nusantara dikabarkan telah memasuki tahap uji klinis tahap II. Selain Terawan, turut terlibat dalam pembuatan vaksin ini para peneliti Universitas Diponegoro, Sebelas Maret Solo, UGM, dan RSUP Kariadi Semarang.
Selain itu, vaksin berbekal sel dendritik ini digarap oleh PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama dengan AIVITA Biomedical Inc selaku pemasok teknologi dendritik.
Pengembangan dan uji klinisnya turut dinaungi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI. Karena menggunakan sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih yang dipaparkan dengan antigen dari Sars-Cov-2, vaksin Nusantara akan bersifat individual dan tidak bisa disuntikkan secara massal.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, selain bisa memunculkan antibodi seumur hidup, vaksin Nusantara juga disebut aman untuk segala usia, sehingga bisa digunakan juga untuk anak-anak di bawah 17 tahun sampai usia di atas 60 tahun serta penderita penyakit penyerta. (Web Warouw)