Salah satu bentuk transformasi struktural yang akan dilakukan pemerintah adalah hilirisasi bahan mentah.
Hilirisasi terbukti memberikan nilai tambah yang besar dalam negeri. Jokowi mencontohkan hilirisasi nikel yang dilakukan sejak tahun 2015 telah memberikan kontribusi terhadap ekspor dan neraca perdagangan.
“Bisnis pertambangan, minyak, dan gas, harus melakukan hilirisasi untuk memberikan nilai tambah yang besar di negara kita, untuk membuka lapangan kerja, sekaligus untuk menambah devisa kita,” ucap Jokowi.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Jokowi ingin memutus kebiasaan sejak zaman VOC di mana Indonesia selalu mengekspor namun keuntungannya didapatkan negara lain.
“Saya kira sudah tidak zaman lagi yang sejak zaman VOC kita selalu mengekspor bahan-bahan mentah yang nilai tambahnya dinikmati negara lain,” ujar Jokowi.
“Kita sudah membuktikan bahwa dengan hilirisasi nilai tambah di dalam negeri itu sangat besar,” kata Jokowi dikutip dari Antara.
Jokowi juga menjelaskan bahwa ke depan, Indonesia akan menghentikan ekspor bahan-bahan mentah lain.
“Tahun ini mungkin akan stop lagi bauksit, tahun depan stop tembaga, tahun depan timah, stop lagi emas, tidak ada namanya lagi ekspor bahan mentah.”
“Tahun 2022 ini saya kira kita bisa mencapai ekspor khusus nikel mencapai 20-30 miliar dolar AS, berarti kira-kira Rp400 triliun. Itu perkiraan,” sebut Jokowi. (Calvin G. Eben-Haezer)