Sabtu, 14 September 2024

JANGAN DIBOYONG KE JAKARTA..! Amerika Akan Pemulangan Puluhan Ribu Benda Arkeologi Papua

JAYAPURA – Tracing Pattern Foundation dari California, Amerika Serikat berencana memfasilitasi pemulangan 21.400 benda kebudayaan asli Papua. Benda peninggalan bersejarah itu berupa 1.200 artefak, 20 ribu galeri foto, 200 rekaman audio, dan 10 boks catatan lapangan dari Wilayah Budaya Lapago. Demikian Jubi di Jayapura melaporkan dikutip Bergelora.com di Jakarta, Selasa l(13/8).

Kurator Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih Enrico Yori Kondologit mengatakan benda-benda arkeologi tersebut berasal dari Amerika Serikat.

Tim Tracing Pattern Foundation bersama 21.400 koleksi arkeologi itu dijadwakan tiba di Jayapura pada bulan Desember mendatang.

“Persiapan permulaannya dimulai pada Oktober–November. Mereka mungkin tiba pada awal Desember di Jayapura,” kata Kondologit, Jumat (9/8/2024).

Fasilitas pemulangan benda-benda bersejarah Papua juga akan dilakukan Papua Heritage Foundation atau Yayasan Pace pada tahun depan. Mereka akan memboyong 2.500 koleksi arkelogi.

Kondologit menyampaikan sebagian besar koleksi tersebut adalah peninggalan dari Kebudayaan Saireri. Oleh karena itu, mereka sedang mempersiapkan pengambilalihan pengelolaan Museum Cenderawasih di Biak agar koleksi-koleksi itu bisa ditempatkan pada museum tersebut.,

“Negara lain berbondong-bondong mengembalikan barang-barang arkeologi Papua. Koleksi-koleksi di Papua malah mau pindahkan,” ujar Kondologit, menyinggung rencana Badan Riset dan Inovasi Nasional akan membawa benda-benda kebudayaan Papua ke Jakarta.

Ketua Mambesakologi Tanah Papua Daniel Randongkir mengatakan repatriasi benda-benda arkeologi dari Amerika Serikat merupakan hibah dari para ahli yang pernah meneliti kebudayaan Lapago. Begitu pula repatriasi dari Belanda, hibah dari sejumlah ahli yang pernah meneliti kebudayaan Saireri.

“Barang-barang itu bernilai sakral. Jadi, memang seharusnya sudah tetap berada di tengah-tengah orang Papua,” ujar Randongkir.

Dia melanjutkan Mesir salah menjadi satu negara yang sukses merepatriasi benda-benda arkeologi. Mereka bekerja sama dengan Organisasi Internasional Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) dalam memulangkan mumi, serta sejumlah artefak dari berbagai negara.

“Orang Mesir berhak meminta benda-benda itu dikembalikan karena tidak ada hubungannya dengan [budaya] Inggris, Jerman, misalnya Francis. Sama halnya dengan kalung taring babi [dari Papua], tidak ada kaitannya dengan orang-orang di Amerika,” kata Randongkir.

Dia melanjutkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, menjamin keberagaman, dan pelestarian kebudayaan daerah. Oleh karena itu, setiap benda-benda kebudayaan harus tetap berada di daerah asalnya.

“Kita harus mempertahankan apa yang menjadi milik Papua. Kalau mereka [orang luar] mau melihat, dan pantas, silakan. Yang penting, jangan bawa benda-benda itu ke luar Papua,” kata Randongkir. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru