Selasa, 1 Juli 2025

JANGAN LENGAH NIH..! Ini Rahasia Cegah Penyakit Stroke di Usia Muda

JAKARTA – Stroke merupakan penyakit yang diakibatkan oleh penyumbatan pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut dan menimbulkan kematian.

Umumnya oleh masyarakat, stroke diasosiasikan sebagai ‘penyakit orang tua’. Padahal nyatanya penyakit ini juga bisa menyerang anak muda.

Dokter spesialis saraf dr Al Rasyid SpS(K) menuturkan bahwa penyakit stroke juga bisa dialami oleh anak muda.

Menurutnya, kondisi ini disebabkan salah satunya oleh gaya hidup anak muda yang cenderung kurang sehat.

“Hampir sama sih faktor risiko stroke pada orang tua atau masih muda. Cuman yang paling banyak kan jantung, kelainan-kelainan bawaan itu paling sering ya, terus kelainan darah, itu juga bawaan kadang-kadang,” ucap dr Rasyid ketika ditemui pers, Selasa (10/10/2023).

“Terus kebiasaan merokok anak muda yang tinggi juga jadi faktor risiko. Memang gaya hidup anak muda yang berubah drastis. Terus depresi dan kurang istirahat juga bisa berpengaruh,” sambungnya.

dr Rasyid menjelaskan, perlu pencegahan sedini mungkin untuk mengurangi risiko penyakit stroke. Salah satu bentuk pencegahan yang penting dilakukan adalah menerapkan gaya hidup sehat seperti menjaga pola makan, olahraga, dan menghindari rokok.

“Selain itu juga perhatikan kesehatan mental. Stres dan gangguan kesehatan mental tertentu seperti depresi itu dapat meningkatkan risiko stroke di usia muda,” ujar dr Rasyid.

“Penting untuk menjaga kesehatan mental dengan mengelola stres dan memperoleh dukungan yang tepat,” sambungnya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Langkah ini berguna untuk membantu pendeteksian faktor risiko dan kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko penyakit stroke pada anak muda.

“Mengendalikan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, dan obesitas sangat penting dalam pencegahan stroke di usia muda. Berkonsultasilah dengan dokter untuk pengelolaan tepat,” pungkasnya.

Kelompok Ini Paling Rentan

Kepada Bergelora.com dilaporkan, Stroke merupakan salah satu penyakit yang semakin banyak menyerang masyarakat di Indonesia.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur lebih dari atau sama dengan 15 tahun adalah 10,9 persen atau sebanyak 2.120.362 orang.

Sebuah penelitian menunjukkan golongan darah tertentu ternyata meningkatkan risiko stroke. Hasil ini didasarkan oleh penelitian meta-analisis yang melibatkan lebih dari ratusan ribu orang.

Dalam jurnal yang terbit di laman Neurology pada Agustus 2022 menemukan golongan darah A 16 persen lebih tinggi berisiko terkena stroke sebelum usia 60 tahun. Sementara itu kelompok golongan darah O risiko terkena stroke lebih rendah 12 persen.

“Secara khusus, kami menemukan bahwa golongan darah A memiliki risiko stroke dini. Mereka lebih mungkin mengalami pembekuan darah,” ujar salah satu peneliti Braxton D. Mitchell dari Maryland University, Baltimore, Amerika Serikat dikutip dari laman American Academy of Neurology.

Meta-analisis ini melibatkan 48 studi yang menghubungkan faktor genetika dan stroke iskemik di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Penelitian tersebut mencakup 16.927 pasien dengan stroke dan 576.353 orang tanpa stroke untuk mencari golongan darah rentan stroke.

Kemudian, para peneliti melihat semua kromosom untuk mengidentifikasi varian genetik yang terkait dengan stroke. Mereka menemukan hubungan antara stroke dini dan area kromosom yang mencakup gen terkait golongan darah A, AB, B, dan O.

Ahli saraf University of Maryland menyebut faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah serta protein yang berperan dalam pembekuan darah bisa jadi merupakan pemicu golongan darah tertentu mengalami stroke.

Di sisi lain, stroke pada orang yang lebih muda cenderung disebabkan oleh penumpukan timbunan lemak di arteri (suatu proses yang disebut aterosklerosis) dan lebih mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pembentukan gumpalan.

Studi ini juga menemukan bahwa orang dengan darah tipe B sekitar 11 persen lebih mungkin mengalami stroke, terlepas dari usia mereka.

“Kami jelas membutuhkan lebih banyak studi lanjutan untuk mengklarifikasi mekanisme peningkatan risiko stroke,” tutur Kittner.

Penyakit Multi Faktor

Stroke merupakan penyakit multifaktor. Artinya, ada banyak faktor risiko yang dapat memicu terjadinya penyakit tersebut. Dokter spesialis saraf sekaligus Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr Adin Nulkhasanah, SpS, MARS, menjelaskan faktor risiko stroke terbagi menjadi dua, yakni faktor yang bisa diperbaiki dan tidak bisa diperbaiki.

Misalnya, usia. Menurutnya, risiko stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain usia, ras juga merupakan salah satu faktor pemicu stroke yang tidak bisa dirubah.

dr Adin mengatakan ras tertentu, seperti kulit hitam, cenderung lebih rentan terkena stroke dibanding ras lainnya.

“Ras, ras tertentu itu lebih mudah stroke. Yang paling gampang kena itu yang (ras) dari luar, negro sama kaukasia. Orang Eropa, Amerika yang besar-besar itu,” terangnya saat ditemui pers, Selasa (10/10/2023).

Dikutip dari Healthline, pria dengan ras campuran Afrika-Amerika memang memiliki risiko stroke lebih tinggi. Dibanding pria kulit putih, pria Afrika-Amerika memiliki risiko 50 persen lebih tinggi terkena stroke.

Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti kebiasaan merokok, obesitas, kolesterol tinggi, dan hipertensi. Selain itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS menyebutkan pria Afrika-Amerika punya kecenderungan mengidap penyakit anemia sel sabit atau sickle cell anemia (SCA). Ini adalah penyakit genetik yang membuat sel darah berbentuk bulan sabit sehingga meningkatkan risiko tersangkut dan menimbulkan penyumbatan pada pembuluh darah, termasuk di otak.

Mengurangi Resiko

Di sisi lain, dr Adin juga mengatakan kebiasaan merokok, obesitas, kolesterol, dan hipertensi merupakan faktor pemicu stroke yang bisa diperbaiki.

“Hipertensi, diabet, kolesterol, rokok, tidak olahraga, obesitas, nah itu bisa diperbaiki. Kalau kita memiliki itu, ya kita melakukan pencegahan. Punya hipertensi ya minum obat teratur, punya diabet ditangani. Karena itu risikonya bisa berlipat-lipat,” ujarnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru