Senin, 23 Juni 2025

KAA Ke-60, Kembalikan Spirit Anti Neo-Kolonialisme!

JAKARTA- Untuk kali kedua, Indonesia menjadi tuan rumah peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA), sebuah peristiwa internasional yang menjadi leitstar atau bintang penerang dan inspirasi cemerlang bagi banyak negara-negara dunia. Peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika diselenggarakan secara marathon di dua kota utama Indonesia yakni Jakarta, 19-23 April 2015 dan dilanjutkan dengan puncak peringatan di kota Bandung, 24 April 2015. Sekarang saatnya Bandung Spirit dengan Dasasila-nya dikembalikan pada ruh sejatinya, anti imperialism dan anti neo-kolonialisme. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD), Agus Jabo Priyono kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (20/4).

 

“Peringatan Konferensi Asia Afrika jangan diselewengkan menjadi agenda penguatan sistem kapitalisme global karena hanya membicarakan suatu reformasi-reformasi ekonomi yang bersifat tambal sulam tanpa upaya melepaskan cengkeraman imperialisme-neoliberal atas rakyat Dunia Ketiga,” tegasnya.

Menurutnya, di tengah teriakan-teriakan dan tuntutan akan keadilan global, pengurangan kesenjangan dan kemiskinan, pajak tinggi bagi orang kaya, maka Peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-60 di Indonesia harus menjadi momentum kebangkitan, bukan seremoni dan untuk lobi dagang.

“Lewat semangat Dasasila Bandung 1955, rakyat di lebih dari 30 negara dapat dibebaskan dari kolonialisme, merdeka dan mencari jalan untuk mandiri dan bermartabat,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kesepakatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) yang digulirkan pada peringatan KAA Ke-50 tahun 2005 yang dilanjutkan pada event KAA 2015 ini hendaknya tidak menjadi kuda tunggangan kepentingan negara-negara maju untuk melanggengkan hegemoninya pada negara berkembang.

“NAASP memang secara prinsip ditujukan untuk memperkuat multilateralisme, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan perdamaian dan keamanan global, dan mengupayakan jalur pertumbuhan berkelanjutan antara kedua kawasan, tetapi jika diturunkan ke tingkat program yang lebih praktis rentan dengan agenda terselubung kapitalisme global,” ujarnya.

Menurutnya, rencana Pemerintah untuk menaikkan isu kemerdekaan Palestina dalam forum ini patut dihargai sebagai hal yang positif. Tapi untuk menghindari pandangan yang salah bahwa isu tersebut sekedar untuk memoles acara peringatan KAA terlihat ‘sedikit berbeda’, maka selayaknya pemerintah Indonesia cq Presiden Joko Widodo mengajukan proposal tindakan yang lebih aktif dalam membendung zionisme dan mendukung terbentuknya negara Palestina yang berdampingan secara damai dan setara dengan Israel.

Peringatan KAA ke-60 sendiri mengambil tema “Penguatan Kerjasama Selatan-Selatan dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan dan Perdamaian Dunia”. Diperkirakan sebanyak 109 negara Asia dan Afrika, 16 negara pengamat dan 25 organisasi internasional berpartisipasi dalam acara penting tersebut.

Adapun rangkaian pertemuan ini akan diawali dengan pertemuan tingkat pejabat tinggi (Senior Official Meeting) pada tanggal 19 April 2015, diikuti oleh pertemuan tingkat menteri (Ministerial Meeting) pada 20 April dan pertemuan tingkat kepala negara (Leaders Meeting) pada 22—23 April 2015. Selain itu, Asia-Africa Business Summit akan diselenggarakan pada 21—22 April di Jakarta sebagai acara pendamping. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru