BANDARLAMPUNG- Selama dua hari Sabtu-Minggu (18-19/4) balon walikota dan wakil walikota Bandarlampung menyampaikan misi visi di DPC Partai Demokrat Bandarlampung. Hari pertama Sabtu (18/4), tim penjaringan menjadwalkan 5 orang balon wakil menyampaikan misi visi yakni Riza Mirhadi, Budiman As, Gapriyanto, Rudi Putra Hakim dan Nizwar Affandi. Sementara pada hari ke dua Minggu (19/4), dijadwalkan 6 balon walikota yakni, Thobroni Harun, Heriyanto, Badri, Yusuf Kohar, Herman HN dan Hartarto Lojaya.
Bakal calon (Balon) walikota ‘supir angkot’ Badri, meski secara sederhana dan berapi-api namun cukup menyedot perhatian para pengunjung dan panelis yang hadir. Badri mengungkapkan misi visinya yang dinamakan dengan program 10 tuntutan rakyat (Sepultura).
Salah satunya adalah terkait program pembangunan pasar dan pengelolaannya yang harus pro rakyat, perbaikan program pendidikan dan kesehatan, “Bahkan pemerintah harus memberikan subsidi kepada pengangguran, dan memberikan lapak gratis bagi pedagang kaki lima dan izin trayek seumur hidup bagi angkutan kota,” ujarnya.
Badri juga mengkritik keras kebijakan walikota Herman HN, terkait pembangunan pasar SMEP dan Pasar Tugu karena hingga saat ini tidak rampung dan mengorbankan banyak masyarakat. “Pasar-pasar itu harusnya dijadikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dibangun dari APBD, jangan lagi diserahkan kepada pihak ke tiga hingga jadinya tidak jelas seperti saat ini,” ujarnya.
Badri mengatakan, motivasi dirinya maju dalam pencalonan walikota bukan karena haus kekuasaan, tetapi terdorong keinginannya memberikan pendidikan politik kepada rakyat.
“Saya hanya ingin menyampaikan bahwa rakyat harus bangkit melawan dan merebut hak-haknya bila ditindas. Rakyat harus memiliki pemimpin yang benar-benar berasal dari rakyat, yang mengerti bagaimana penderitaan rakyat. Pemimpin yang ada saat ini semua masih dibawah kendali imperialisme asing yang mengisap rakyat,” tegasnya.
Masih kata dia, dirinya menyadari bahwa maju mencalonkan diri sebagai walikota baginya ibarat sebuah mimpi. Namun mimpi rakyat untuk sejahtera itu harus diwujudkan. Ujarnya, rakyat harus belajar politik dan mengerti politik untuk merebut hak-haknya sehingga suara mereka tidak hanya dimobilisasi untuk kepentingan sesaat para calon walikota. Sehingga saat terpilih lupa dengan janji-janjinya.
“Kalau saya tidak perlu banyak berjanji, sebab saya merasakan langsung penderitaan masyarakat miskin, karena saya berasal dari sana, ibu saya pedagang kaki lima, berkali-kali digusur. Jadi bagi saya sejahtera bukan hanya janji,” timpalnya.
Para Balon membeberkan misi visinya dihadapan 5 orang panelis yakni Andi Nurpati (DPP PD), Toto Herwantoko (DPD PD Lampung), Bambang Utoyo (akademisi Unila), Yoso Muliawan (Ketua AJI Bandarlampung) dan Prof. Dr Samsul Bahri (mantan Rektor Institut Pertanian Malang).
Dari penyampaian misi visi yang dilakukan seluruh kandidat, tidak banyak terobosan yang benar-benar baru, semua rata-rata sekedar lipstik dan umbar janji bila terpilih sebagai walikota. (Ernesto A. Goevara)