JAKARTA – Kantor berita Rusia, TASS melaporkan bahwa Wakil Komandan Resimen Azov Svyatoslav “Kalina” Palamar dan Komandan Brigada Marinir ke-36 Ukraina Sergey Volynsky telah ditangkap.
Per Sabtu (18/6/2022), dua komandan militer itu telah dikirim ke Federasi Rusia untuk diperiksa.
VIRAL Asal Usul Perang di Ukraina:
Palamar dan Volynsky merupakan dua komandan yang memimpin garnisun Mariupol yang bertahan di kompleks pabrik baja Azovstal selama kurang lebih sebulan.
Pasukan Ukraina di Azovstal kemudian menyerah, lalu Rusia mendeklarasikan kemenangan dalam pertempuran Mariupol pada 20 Mei 2022.
Menurut laporan TASS, informasi penahanan dan pemindahan pemimpin militer Ukraina tersebut disampaikan oleh seorang representatif dinas penegakan hukum Rusia.
Representatif itu berbicara dalam kondisi anonim. Ia menyebut, selain Palamar dan Volynsky, sejumlah perwira Ukraina lain turut dikirim ke Rusia.
“Personel pasukan khusus (Rusia) membawa Syvatoslav Palamar dan Sergey Volynsky dari wilayah DPR (separatis Donetsk) ke wilayah Federasi Rusia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap mereka,” kata narasumber tersebut kepada TASS.
“Perwira-perwira lain dari berbagai unit (militer) Ukraina juga dikirimkan ke Rusia,” imbuhnya.
Narasumber tersebut tidak merinci ke manakah para komandan Ukraina dibawa.
Selain Palamar dan Volynsky, identitas perwira Ukraina lain juga tidak diterangkan.
Palamar dan Volynsky dianggap bertanggung jawab atas pertahanan Ukraina di Mariupol sejak awal operasi militer khusus Rusia.
Kota pelabuhan strategis itu menjadi tempat salah satu pertempuran paling berdarah selama Perang Rusia-Ukraina.
Pasukan Rusia dari Krimea dilaporkan mulai memasuki Mariupol sejak hari-hari awal operasi militer khusus.
Kota dan pasukan itu pun segera terkepung dan pasukan Ukraina selama 83 hari.
Elemen-elemen pasukan Ukraina yang terpojok kemudian menyingkir ke Azovstal, kompleks pabrik baja seluas 11 kilometer persegi dengan ruang bawah tanah yang dihubungkan jejaring terowongan.
Salah dua elemen pasukan yang bertahan di Azovstal adalah Resimen Azov serta marinir Ukraina.
Resimen Azov sebelumnya merupakan kelompok milisi yang berisi banyak kombatan neo-fasis.
Unit tersebut tadinya bernama Batalion Azov, kemudian diprofesionalisasi dan menjadi bagian Garda Nasional Ukraina.
Eksistensi Resimen Azov kerap dijadikan “bukti” Rusia tentang klaim bahwa Ukraina dikuasai “neo-Nazi”, salah satu dalih Vladimir Putin meluncurkan invasi.
TASS mengklaim Palamar dan Volynsky terlibat dalam kekejaman-kekejaman anti-Rusia.
Sebelum terlibat dalam perang di kawasan Donbass, TASS melaporkan bahwa Palamar juga terlibat dalam Revolusi Maidan 2014, salah satu peristiwa yang mengubah haluan politik Kiev dari pro-Rusia menjadi pro-Barat.
Palamar pun disebut terlibat Revolusi Oranye pada November 2004 hingga Januari 2005.
Sementara itu, Sergey Volynsky disebut pernah bertugas di Krimea yang yang akhirnya bergabung dengan Rusia pada 2014.
Waktu itu, Volynsky dan unitnya dibebaskan pasukan Rusia yang menguasai Krimea.
Belum diketahui bagiamana atau kapan Palamar dan Volynsky ditangkap.
Setelah penyerahan diri besar-besaran pasukan Ukraina di Mariupol mulai 16 Mei lalu, Palamar mengaku tidak ikut menyerah.
Dalam sebuah pesan video yang dibagikan ke media Ukraina, Hromadske pada 19 Mei, Palamar mengaku masih bertahan di Azovstal dan tengah mengerjakan “operasi khusus” rahasia.
Tetapi, TASS kemudian melaporkan bahwa Palamar dan komandan lain yang bertahan di Azovstal telah ditangkap.
Menurut laporan TASS, kemungkinan ada lebih dari 100 orang yang dikirim ke Rusia dari Donetsk.
Di antara mereka yang dikirim adalah kombatan asing yang menyerah di Azovstal.
Sejak 16 Mei 2022, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa 2.439 personel militer Ukraina di Azovstal, termasuk anggota Resimen Azov dan kombatan asing, telah menyerah.
Kiev sendiri enggan menggunakan kata “menyerah” untuk mendefiniskan kemenangan Rusia di Azovstal.
Pada 17 Mei lalu, Angkatan Bersenjata Ukraina merilis pernyataan bahwa pasukan pertahanan Mariupol telah “menuntaskan misi tempur”, bukan “menyerah.” (Calvin G. Eben-Haezer)