Oleh: Haris Rusly Moti*
MENURUT saya rumor politik yang beredar mengeksploitasi cerita kampanye di masa yang lampau, seperti akun fufufafa sengaja diviralkan untuk tujuan merenggangkan hubungan baik Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Presiden Jokowi dan Wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Demikian juga rumor terkait Apel Akbar Pasukan Berani Mati Jokowi, ini juga muncul dari kluster pelaku yang merupakan residu dari Pilpres 2024. Menurut saya, ini merupakan intrik politik yang tidak terlalu canggih, terlalu gampang dibaca arahnya.
Saya cukup yakin upaya adu domba yang dilakukan dengan menebar rumor dan intrik halus seperti itu Insya Allah menuai hasil tangan hampa, gagal.
Demikian juga isu matahari kembar dalam pemerintahan yang membentuk dan mengarahkan persepsi seakan ada dua matahari yang bersaing dalam pemerintahan pasca 20 Oktober 2024, matahari Prabowo versus matahari Jokowi.
Menurut saya isu matahari kembar sangat tidak masuk akal, karena kita menganut sistem presidensial yang menempatkan presiden sebagai sentral kekuasaan,– Presiden mempunyai dwi fungsi sebagai Kepala Negara sekaligus fungsi sebagai Kepala Pemerintahan.
Baik Pak Prabowo maupun mas Gibran menilai rumor seperti ini sebagai hiburan yang tidak perlu disikapi serius. Pak Prabowo sendiri adalah seorang pemimpin yang berjiwa besar yang tidak gampang dihasut dan diadudomba dengan rumor dan intrik.
Dalam berbagai kesempatan Pak Prabowo selalu menghimbau kepada seluruh relawan, pendukung dan pemilih pasangan Prabowo-Gibran untuk senantiasa berlapang dada dan berjiwa besar dalam menghadapi setiap dinamika politik, agar tidak gampang dihasut dan diadu domba.
Pak Prabowo bukan tipe pemimpin kuping tipis yang gampang dihasut melalui rumor yang telah menjadi jejak sejarah. Jika kita mengubek ubek jejak digital di masa lalu, maka tidak ada yang sempurna di masa lampau.
Saya mencoba menerawang tujuan besar dari para pelaku rumor dan intrik politik tersebut, Menurut saya tujuan utamanya untuk melemahkan konsolidasi pemerintahan Prabowo-Gibran di bulan bulan awal pemerintahan pasca 20 Oktober 2024.
Dalam bayangan mereka, jika tujuan merenggangkan hubungan Pak Prabowo dengan Pak Jokowi dan Mas Gibran tercapai, maka diharapkan pemerintahan yang baru seumur jagung itu akan alami puso, punah atau kerdil sebelum berkembang.
Menurut saya, para pengemban rumor dan intrik politik tersebut mendaur ulang teknik di masa lampau untuk memecah hubungan baik antara Presiden dengan Wapres untuk tujuan akhir menjatuhkan pemerintahan.
Jika kita belajar sejarah, Soekarno dibenturkan dengan Bung Hatta. Presiden Soeharto diadudomba dengan Habibie. Gus Dur dibenturkan dengan Megawati hingga SBY yang pernah dikocok dihadapkan dengan Jusuf Kalla melalui isu matahari kembar.
Di ujung dari intrik dan rumor itu untuk tujuan melemahkan, untuk menjatuhkan pemerintahan yang berkuasa.
Walaupun demikian, sebagai negara demokrasi, menurut saya pada prinsipnya memberi toleransi pada residu politik, termasuk residu Pilpres. Sepanjang residu itu sebagai “pewarna” demokrasi, tanpa mengubah zat di dalam landasan dan tujuan pemerintahan yang digariskan oleh konstitusi dan dijabarkan di dalam paket janji kampanye Pillres.
Tentu saya berharap setiap residu itu tidak bertujuan mengubah zat menjadi beracun, kita tentu tetap meghormati hak demokrasi setiap warga yang dijamin konstitusi.
*Penulis Haris Rusly Moti, mantan Komandan Relawan TKN Prabowo Gibran dan eksponen gerakan mahasiswa 1998 Yogyakarta.