JAKARTA- Menteri pertahanan Jepang dan Jerman, Yasukazu Hamada dan Boris Pistorius, telah setuju untuk bekerja sama dalam bidang militer dan melakukan latihan bersama, serta memulai persiapan untuk realisasi perjanjian akuisisi dan layanan silang (ACSA), Sputnik melaporkan dikutip Bergelora com.di Jakarta, Minggu (19/3).
Hamada dan Pistorius membahas penempatan angkatan bersenjata Jerman di wilayah Indo-Pasifik dan latihan bersama selama kunjungan pertama seorang menteri pertahanan Jepang ke Jerman dalam 16 tahun, Kantor berita Jepang melaporkan.
Kedua belah pihak mengkonfirmasi kesiapan mereka untuk menyiapkan dasar hukum untuk perjanjian ACSA antara militer Jepang dan Jerman.
“Saat ini, ketika kita menghadapi situasi yang sulit dalam memastikan keamanan, interaksi internasional diperlukan,” kata Hamada seperti dikutip oleh kantor berita.
Pistorius, pada gilirannya, mengatakan bahwa Jepang dikelilingi oleh “tiga negara yang menantang” dan menyatakan niat untuk memajukan kerja sama pertahanan dan realisasi latihan bersama, menurut laporan itu.
Pada 2022 Pemerintah Jepang menyetujui rancangan anggaran untuk tahun fiskal berikutnya yang bernilai rekor 114,38 triliun yen ( $ 862 miliar ), sementara juga menaikkan anggaran pertahanan menjadi 6,8 triliun yen. Pertumbuhan ini terkait dengan keputusan pemerintah untuk memastikan peningkatan pengeluaran pertahanan hingga 2% dari produk domestik bruto negara itu pada tahun 2027, yaitu sekitar 11 triliun yen per tahun.
Pada bulan Desember 2022, pemerintah Jepang juga menyetujui tiga dokumen pertahanan utama, mengkonfirmasikan rencananya untuk meningkatkan pengeluaran militer menjadi 2% dari PDB pada tahun 2027 dan untuk memungkinkan serangan preemptive di negara lain. Jepang selanjutnya berencana untuk menghabiskan 4 triliun yen untuk peningkatan infrastruktur militer sebagai bagian dari perombakan pertahanan besar pada 2023-2027.
Kebangkitan Fasisme Piaraan AS
Kepada Bergelora.com di Jakarta sebuah sumber melaporkan, kebangkitan Jerman dan Jepang tidak terlepas dari politik militer Amerika yamg selama setahun ini menggalang Jerman untuk memerangi Rusia di Ukraina yang didukung penuh kelompok-kelompok Neo-Nazi binaan Amerika di Eropa termasuk di Ukraina.
“Kegagalan mengalah Rusia menyebabkan AS mempersiapkan pemindahkan peperangan di Asia Pasific dengan membangun aliansi militer baru AUKUS. Nampaknya selain Australia, Jepang juga didorong untuk ikut serta.nantinya dalam perang.di Asia Pasifik,” ujar sumber yang tak mau disebut identitasnya
Ia mengingatkan, masyarakat Asia tidak akan pernah melupakan kekejaman Fasisme Jepang selama Perang Dunia II.
“Indonesia tidak bisa hanya berpangku tangan. Namun faktanya memang Indonesia secara de fakto masih dikuasai Amerika, sehingga tak berani bersikap,” tegas sumber ini. (Web Warouw)