Selasa, 11 Februari 2025

KEMENHAN JANGAN DIAM..! Siti Fadilah Wanti-wanti Penyebaran Nyamuk Dapat Berdampak Pada Pertahanan dan Keamanan

JAKARTA- Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengingatkan bahaya penyebaran nyamuk Wolbachia yang sedang diprogramkan oleh Kementerian Kesehatan RI.

“Ini namanya senjata biologis seperti yang dilakukan pada beberapa negara. Penyebaran nyamuk ini berdampak besar terhadap pertahanan dan keamanan Nasional,” ujarnya.

Ia menjelaskan teknologi mRNa dapat digunakan untuk menciptakan senjata biologi dengan menggunakan nyamuk sebagai pembawanya.

“Maka jangan terlalu naif melihat sesuatu temuan baru terus di cobakan di penduduk yang tidak mengetahui kemungkinan yang membahayakan. Pemikiran ilmuwan bukan paranoid, karena ilmuwan harus mampu menganalisa lebih jauh dari sesuatu yang terlihat biasa tetapi ada kejanggalan yang berbahaya,” ujarnya.

“Ini ada artikel yang sangat penting yang menunjukkan nyamuk sebagai senjata biologis menggunakan sampel plasenta di Australia, yang dikirim dari Ukraina,” ujarnya.

Siti Fadilah merujuk sebuah laporan yang ditulis berjudul “‘Malaria Parasites In ‘Vaccines’ Target Placenta, Kill Babies In Utero” yang ditulis oleh Dr. Ariyana Love, N.D

Bioweapon Pada Nyamuk

Dalam laporannya Dr. Ariyana Love, N.D mengungkapkan, sebanyak 350 cryocontainer berisi sampel serum darah dipindahkan dari Public Health Centre of the Ministry of Health of Ukraine ke laboratorium rujukan untuk penyakit menular di Doherty Institute di Australia.

Dengan kedok menangani Malaria Plasenta, Doherty Institute terlibat langsung dalam penelitian menggunakan nyamuk sebagai pembawa bioweapons.

Doherty Institute juga mengembangkan “vaksin” yang menggunakan parasit untuk menargetkan plasenta wanita hamil untuk menggugurkan bayi mereka dalam rahim, dengan dalih “antibody research”.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah Amerika Serikat juga terlibat langsung dalam penelitian ini untuk “mengimunisasi” melalui gigitan nyamuk menggunakan Sporozoit yang dilemahkan dengan radiasi.

Kemudian pada Mei 2021, sebuah perusahaan yang didanai Bill Gates mulai melepaskan nyamuk yang dimodifikasi secara genetik di alam liar.

Uji klinis dilakukan oleh WHO pada tahun 2020, menggunakan 11 sukarelawan manusia yang “diimunisasi” dengan lebih dari 1000 gigitan oleh nyamuk yang terinfeksi oleh Sporozoit (Spz) dari P. Falciparum Strain NF54 atau 3D7 / NF54 tiruan.

Pada 2021, mereka memiliki vaksin yang mengandung Sporozoite hidup dan aktif secara metabolik yang telah diisolasi dari kelenjar ludah nyamuk yang terinfeksi oleh P. falciparum. Kemudian mereka menguji vaksin itu pada bayi di Kenya.

Studi lain yang dilakukan oleh The National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) di Amerika pada tahun 2022, menggunakan anak-anak Mali berusia 6-10 tahun dengan menyuntikkan tiga dosis vaksin itu.

Studi lain pada tahun 2021 dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat yang bereksperimen pada 336 bayi berusia 5-12 bulan, di Kenya, yang sukses membunuh bayi di dalam kandungan. Menurut penelitian WHO, ini adalah bioweapon yang dapat ditularkan kepada orang lain.

Penyebaran Nyamuk Di Indonesia

Sebelumnya dikabarkan penyebaran telur nyamuk wolbachia di Denpasar, Bali, ditunda. Padahal, penyebaran telur nyamuk untuk mengantisipasi penyakit DBD itu direncanakan hari ini, Senin, 13 November 2023.

Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, pihaknya sebenarnya belum ada langkah untuk melaksanakan penyebaran telur nyamuk wolbachia sebelum mendapatkan keputusan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Pemkot Denpasar sempat melaksanakan pertemuan terkait wolbachia dengan pihak Kementerian Kesehatan, tim ahli dari UGM dan pihak ketiga.

“Memang tuntutan dari banyak masyarakat ditunda dulu penyebarannya, bukan kami,” kata Jaya Negara, Senin.

Dia mengatakan Pemkot Denpasar bakal melaksanakan penyebaran telur nyamuk berwolbachia apabila dalam prosesnya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI.

“Apabila Kementerian Kesehatan yang nanti melaksanakan dan tidak pihak ketiga, baru kami akan berani melakukan penyebaran itu,” sebutnya.

Sementara dengan ditundanya penyebaran tersebut, lanjut Jaya Negara, pihaknya akan memaksimalkan langkah-langkah pencegahan kasus DBD.

Sebelumnya dilaporkan, sebanyak 4.109 titik di Kota Denpasar, Bali, disasar untuk lokasi penyebaran telur nyamuk wolbachia. Staf Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Denpasar Larassita mengatakan, ribuan titik tersebut berada di delapan desa dan kelurahan di Denpasar.

Adapun, lokasi penyebaran telur nyamuk itu terkonsentrasi di Dauh Puri Kelod, Tegal Kertha, Pemecutan Kelod, Pemecutan, Padang Sambian Kelod, Dauh Puri, Tegal Harum dan Dauh Puri Kangin.

“Ada 4.109 kapsul. Tiap kapsul isi kurang lebih 500 telur nyamuk. Per mosquito release container isi 1 kapsul,” kata Larassita, Minggu (5/11/2023).

Tahap pertama penyebaran bakal dilakukan pada tanggal 13 November 2023.

Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat selama periode Januari-Oktober 2023 ada 1.309 kasus DBD dan dengan 4 kasus kematian. Menurutnya, jumlah kasus pun terus mengalami penurunan.

“Mulai dari minggu ke-30 sudah ada penurunan kasus. Minggu ke-30 ini dimulai dari bulan Juli,” terangnya.

Ia menuturkan, penurunan kasus turut difaktori oleh kondisi cuaca kemarau saat ini.

“(Upaya pencegahan kasus) masih sama seperti sebelumnya. Melaksanakan Gertak PSN, pemantauan jentik oleh jumantik dan fogging apabila diperlukan,” imbuhnya.

Penolakan Siti Fadilah

Sebelumnya, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menyerukan penolakan penyebaran Nyamuk Wolbachia di wilayah Indonesia.

“Penyebaran nyamuk Wolbachia ini membawa resiko bagi kesehatan masyarakat dan bisa menimbulkan penyakit baru yang berbahaya bagi kesehatan rakyat Indonesia,” tegas Siti Fadilah.

Ia menjelaskan bahwa penyebaran ini bersifat percobaan yang menggunakan masyarakat Indonesia sebagai percobaan ini.

“Ini namanya rakyat kita jadi kelinci percobaan dan ini tidak boleh. Siapa yang bertanggung jawab terhadap resiko yang akan datang,” ujarnya.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Siti Fadilah menyoroti keterlibatan Kementerian Kesehatan dalam penyebaran nyamuk Wolbachia.

“Apakah sudah ada ijin keamanan dan pertahanan? Karena ini menyangkut kedaulatan Republik Indonesia. Jangan sembarangan menyetujui percobaan yang langsung dilakukan pada rakyat Indonesia,” ujarnya.

Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia menyampaikan keprihatinan yang mendalam terkait adanya program Pemerintah berupa penyebaran telur nyamuk Aedes Aegypti yang terpapar bakteri Wolbachia dalam jumlah jutaan.

Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia

Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia (Gesuri) mengingatkan Pemerintah untuk segera menghentikan rencana pelepasan 200 juta nyamuk Wolbachia di Pulau Bali pada 13 November 2023, dan juga di 5 kota lainnya yaitu di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang dan Bontang.

Program penyebaran nyamuk yang bekerjasama dengan World Mosquito Program (WMP) ini mengklaim akan menurunkan penyakit Demam Berdarah, padahal Pemerintah telah berhasil melakukan pengendalian Demam Berdarah dalam 10 tahun terakhir.

Keprihatinan dan tuntutan disuarakan secara bersama oleh “Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia”, sebuah gerakan yang diinisiasi oleh SFS Foundation, Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia), dan Gladiator Bangsa, serta didukung oleh Puskor Hindunesia, dalam konferensi pers pada Minggu, 12 November 2023 di Hotel Grandhika, Jakarta Selatan.
Hadir sebagai pembicara dalam konferensi pers adalah DR dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K), Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2004-2009, Komjen. Pol. Drs. Dharma Pongrekun, S.H. M.M., M.H., Mirah Sumirat, SE (Presiden ASPEK Indonesia) dan Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, MT.

Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, MT. menjelaskan Program pelepasan ratusan juta nyamuk Wolbachia di Indonesia ini membawa risiko parah, antara lain resiko terhadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan, karena belum ada studi menyeluruh di Bali, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang dan Bontang secara jangka panjang sehingga berpotensi risiko terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, termasuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Ia menjelaskan pelepasan jutaan nyamuk berpotensi merusak industri pariwisata, serta ekonomi masyarakat setempat.

“Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan dan dampak yang tak terhitung?” ujarnya.

Gerakan ini menuntut Due Diligence mendalam dan evaluasi menyeluruh sebelum pelepasan nyamuk.

“Investigasi risiko IP Technology melalui Wolbachia. Publik harus tahu dan menyatakan persetujuan. Kami meminta tindakan segera untuk melindungi Bali, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang,” tegasnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru