Senin, 9 Desember 2024

Keren! Mempertahankan Kebaya, Mempertahankan Keindonesiaan

JAKARTA – Kebaya sudah melekat dengan jati diri Perempuan Indonesia. Bukan hanya sekarang, namun sejak dulu wanita Indonesia dikenal sederhana dengan kebaya yang menjadi ciri khas. Perempuan Indonesia punya kewajiban mempertahankan kebaya ditengah derasnya pengaruh busana dari luar. Hal ini disampaikan Lia Nathalia, koordinator komunitas Perempuan Berkebaya (PB) kepada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (16/12)

“Kalau bukan kita, siapa yang akan mempertahankannya. Mempertahankan Kebaya adalah mempertahankan Keindonesiaan,” tegasnya.

Sebelumnya, anggota Komunitas Perempuan Berkebaya (PB) dari berbagai kota bertemu di Bandung pada Sabtu 10 Desember 2016 berbincang mengenai Kebaya dan Ke-Indonesiaan.

Bincang santai yang digelar dalam rangka HUT komunitas PB ke-2 dan sekaligus memperkenalkan cabang Bandung, juga membahas mengenai Pakem Kebaya Sunda.

Lia Nathalia, koordinator komunitas menjelaskan mengenai kebaya sebagai busana perempuan Indonesia yang tak lepas dari simbol perjuangan. Mengutip buku kecil yang ditulisnya berjudul Kebaya Indonesia.

“Hari ini kebaya tetap menjadi simbol perjuangan mempertahankan budaya bangsa yang beragam bak pelangi dalam satu kesatuan Indonesia,” jelasnya.

Terbukti dengan kehadiran anggota komunitas dari kota Jakarta, Bogor, Tangerang,  propinsi Bali dan Banten serta Bandung sebagai tuan rumah.

Perempuan Indonesia (Ist)Kepada Bergelora.com dilaporkan, kurang lebih 50 perempuan dalam balutan beraneka warna kebaya dengan berbagai model yang dipadu dengan berbagai jenis kain panjang dan sarung juga belajar mengenai beragam jenis kebaya Sunda yang saat ini sudah banyak ditinggalkan. Anggota komunitas berusia lebih dari 75 tahun yang juga pengajar pada lembaga tata busana Ariyanti di Bandung, memberikan juga tutorial beberapa cara menggunakan kain panjang dan sarung yang mudah.

Pertemuan yang dipandu oleh anggota komunitas PB dari Bogor Sitawati Ken Utami ini juga diwarnai dengan fashion show produk kebaya bordir koleksi Jegeg Bulan 108 oleh perancang Ni Wayan Supreni, anggota komunitas PB dari Kuta, Bali yang dipadupadankan dengan koleksi Batik tulis dari Helai Kain Galery oleh Rizka Mulyani dari PB Bandung.

Para peraga yang berasal dari anggota PB Jakarta, Bali, para junior anggota PB dan mahasiswi STP Bandung, sempat menghentikan para pengguna jalan sepanjang Braga ketika para peraga berkebaya dan berkain warna-warni berlenggak lenggok di trotor depan Braga Art Cafe tempat acara dilangsungkan.

Acara diskusi dan fashion show ini diharapkan dapat menularkan minat kaum perempuan untuk mau menggunakan busana tradisi Indonesia kembali dalam hàl ini kebaya.

“Hal termudah menghancurkan sebuah bangsa adalah dengan menghancurkan budayanya, mari kita merawat budaya Indonesia melalui penggunaan busana tradisional kita lebih sering lagi,” pungkas Lia Nathalia yang juga salah satu penggagas komunitas PB. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru