JAKARTA- Krisis di DPR akibat dualisme kepemimpinan antara DPR yang dipimpin Setya Novanto yang didukung oleh Koalisi Merah Putih (KMP) berhadapan dengan DPR yang dipimpin oleh Pramono Anung yang didukung oleh Koalisi Indonesia Hebat akan mengarah pada keruntuhan sistim bernegara. Hal ini disampaikan oleh Ketua Presidium Petisi’28, Haris Rusli Moti kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (30/10).
“Selain Tuhan Yang Maha Kuasa, nampaknya tak akan ada kekuatan yang mampu mencegah keruntuhan sistem negara era reformasi yang sudah membusuk ini. Ini pasti berdampak pada timbulnya baratayudha,” ujarnya.
Menurutnya adalah wajar terbentukanya dualisme kepemimpinan di lembaga perwakilan rakyat tersebut karena merupakan produk dari sistim rusak yang lebih besar.
“Tak perlu heran jika Sidang DPR dan MPR selalu lebih buruk dari kebun binatang, lantaran anggotanya adalah produk yang tak lepas dari sistem dan situasi politik Pemilu 2014 yang diwarnai politik uang dan menipu rakyat,” ujarnya.
Haris Rusli Moti mengatakan bahwa, bila krisis yang menimpa sebuah negara masih menyentuh aspek politik dan ekonomi, itu masih relatif mudah diatasi. Ada banyak negara di dunia yang sering mengalami krisis ekonomi dan krisis jatuh bangun pemerintahan, tapi masih tetap kokoh berdiri.
“Namun, jika sebuah bangsa telah mengalami krisis yang menyentuh jantung kehidupannya, yaitu krisis moralitas dan nilai-nilai yang menjadi perekat danpanduan kehidupan bernegara, maka kita tak akan mampu mencegah jalannya bangsa tersebut menuju keruntuhannya,” tegasnya.
Ia mengatakan bahwa, sejarah mengajarkan, selain invasi bangsa asing dan bencana alam, tenggelamnya sebuah bangsa juga disebabkan karena runtuhnya moralitas dan nilai-nilai, yang mengubah kebersamaan menjadi mementingkan kepentingan individu dan kelompok yaitu agama, suku dan parpol, mengubah rasa saling percaya jadi saling curiga, mengubah persatuan jadi perpecahan.
“Karena itu, kita hanya bisa memimpin mempercepat dan mengarahkan keruntuhan sistem negara era reformasi yang pasti berdampak ‘baratayudha’, untuk tujuan meminimalisasi ekses negatif terhadap masa depan bangsa dan negara,” tegasnya.
Menurutnya, apapun obat mujarabnya, rasanya saat ini sangat sulit untuk menyembuhkan penyakit bangsa yang telah kronis. Kini, keruntuhan moral dan nilai-nilai telah menimpa mereka yang berkuasa di eksekutif, yudikatif dan legislatif, juga di gerakan masyarakat sipil baik di LSM, gerakan mahasiswa, intelektual dan ulama.
“Bahkan, media massa yang harusnya menjadi kekuatan kontrol yang independen, tapi justru menjadi alat kepentingan parpol maling,” ujarnya. (Dian Dharma Tungga)