Sabtu, 14 September 2024

YA AMPUN LAMA BANGET…! Tak Sanggup Penuhi Target Dokter Spesialis di 2024, Menkes Mundurkan ke 2030

JAKARTA- Pelayanan kesehatan di Indonesia memang terus dibenahi, apalagi setelah adanya pandemi Covid-19. Pasalnya, sistem kesehatan yang layak di Indonesia belum merata di semua daerah. Apalagi dokter spesialis di Indonesia memang masih belum sebanyak yang disarankan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan kebutuhan dokter spesialis bisa terpenuhi di Indonesia pada 2030. Menurut Menkes, saat ini Indonesia memang kekurangan dokter spesialis. Maka diperlukan adanya percepatan sehingga melahirkan dokter siap, dengan program academic health system.

“Untuk pemenuhan dokter spesialis, kita tadinya mengejar 2024 tapi kayaknya tidak mungkin selesai, jadi mungkin sampai 2030 kita usahakan supaya terpenuhi dokter spesialis,” ujar Menkes Budi dalam laman Kemenkes, Jumat (8/7/2022).

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sehubungan dengan itu, Academic health system, lanjutnya, merupakan ide dari teman-teman fakultas kedokteran. Di mana fakultas kedokteran kategori A misalnya, akan mendidik fakultas kedokteran di luar Jawa supaya bisa membangun prodi dokter spesialis.

Lebih lanjut, Budi mengatakan melalui academic health system ini pemenuhan tenaga dokter spesialis yang harusnya ada 7, di setiap rumah sakit daerah bisa segera terpenuhi. Tujuannya agar layanan kesehatan masyarakat bisa telayani dengan baik.

“Jadi para dekan dari 92 fakultas kedokteran berkumpul bersama meluncurkan ide ini yang tujuannya untuk memperbanyak dan mempercepat lulusan dokter spesialis,” ucap Menkes Budi

“Tujuannya mudah-mudahan jumlah kelulusan dokter spesialis akan semakin banyak juga tersebar tidak hanya terkonsentrasi di Jawa tapi di seluruh pulau di Indonesia,” jelasnya.

Dokter Karina Andini, Head of Partnership Docquity Indonesia, mengatakan jumlah dokter spesialis yang menangani kanker masih sedikit hingga sekarang. Bukan hanya soal jumlah, sambungnya, masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah lokasi dokter yang belum merata.

Ini membuat pasien kanker di wilayah jauh dari akses dokter onkologi perlu menempuh perjalanan jauh sampai mendapatkan akses layanan. Hal tersebut, sambungnya, membuat sebagian besar pasien terdiagnosis kanker payudara, contohnya, dalam stadium lanjut. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru