JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan tugas khusus kepada bos-bos Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum masa tugas periode 2022-2027 berakhir. Tugas itu ialah untuk memastikan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia 100% sudah dirasakan seluruh penduduk Indonesia.
Tugas itu Sri Mulyani sampaikan kepada Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dan Anggota Dewan Komisioner OJK Friderica Widyasari Dewi dalam acara Talkshow Edukasi Keuangan Bundaku (Ibu, Anak, dan Keluarga Cakap Keuangan) yang digelar OJK di Gedung Dhanapala, Selasa (25/6/2024).
“Itu mestinya bisa dicapai dalam waktu selama Bu Kiki (Frederica) dan Pak Mahendra di OJK. Janji ya pak ya? bu Kiki, kayaknya langsung lemas, nanti ditagih ya,” kata Sri Mulyani kepada Mahendra dan Kiki yang duduk di depan Sri Mulyani saat berpidato.
Sri Mulyani mengatakan, target 100% literasi dan inklusi keuangan itu harus bisa dicapai karena saat ini angka indeksnya masih harus terus dikejar supaya menyeluruh menyentuh masyarakat. Untuk tingkat inklusi keuangan pada 2022 sudah 85,1%, sedangkan literasi keuangan angka indeksnya 49,68%.
“Sekarang masih 85%. jadi masih 15% lagi the last mile, untuk inklusinya, dan u literasinya masih half way to go. jadi kita semua harus bekerja keras.
Sebelumnya, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2023 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tingkat literasi dan inklusi perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Friderica Widyasari Dewi menjelaskan berdasarkan survei tersebut, tercatat tingkat inklusi pada perempuan mencapai 76,08% sementara untuk laki-laki mencapai 73,97%. Sedangkan untuk tingkat literasi, pada perempuan mencapai 66,75% dan pada laki-laki mencapai 64,14%.
“Ini yang menarik sekali karena selama berapa tahun kita geber terus program untuk perempuan dan untuk pertama kali tingkat literasi dan inklusi perempuan lebih tinggi daripada bapak-bapaknya. Tapi itu memunculkan baru, karena kemudian muncul permintaan untuk program khusus bapak-bapak,” kata wanita yang akrab Kiki ini, dalam acara yang sama dengan Sri Mulyani.
Curhat Tiap Hari Dapat SMS Pinjol
Kepada Beegelora.com di Jakarta dilaporkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku hari-harinya tidak terlepas dari pesan singkat atau SMS berupa tawaran pinjaman online alias pinjol, meski dirinya merupakan orang nomor 1 di Kementerian Keuangan.
Sri Mulyani menuturkan bahwa saat ini sangat massif tawaran terkait pinjol maupun judol melalui pesan singkat ke gawainya.
“Lihat saja SMS anda sekarang, BPKB anda bisa dipakai untuk ini. Anda tanya, Ibu dapet gak? Dapat saya juga. Saya ditawarin pinjaman [pinjol] tiap hari sama kaya ibu-ibu,” ujarnya.
Sri Mulyani menyampaikan bahwa dengan teknologi digital yang semakin maju, nyatanya belum semua orang maju dan memiliki literasi keuangan digital yang cukup.
Maka dari itu, Sri Mulyani menekankan seorang ibu dapat menjadi pertahanan untuk keluarganya agar terhindar dari pinjol maupun judol.
Gawai yang saat ini dimiliki hampir setiap masyarakat, terutama ibu-ibu, berpotensi menciptakan korban bila mana diri sendiri tidak melakukan pertahanan.
“Jadi kalau kita sendiri tidak punya pertahanan, kita yang akan menjadi korban, kita target, defense pertama kita lewat, gadget kita nggak bisa screening, gadget jadi potensi menciptakan korban, yaitu kita sendiri,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama,
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi juga mengakui dirinya mendapatkan pesan serupa.
Bukan hanya dirinya dan Sri Mulyani, bahkan istri dari Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga mendapatkan pesan tawaran penipuan tersebut.
“Ibu Ita [Istri Mahendra] dapat penawaran, saya juga dapat tawaran yang kami tahu itu penipuan,” ujarnya kepada wartawan.
Masih menjadi masalah, tidak semua masyarakat dapat melakukan screening bahwa hal tersebut merupakan penipuan.
Untuk itu, OJK terus melakukan edukasi kepada ibu-ibu. Karena korban pinjol ilegal, menurut survei independen OJK, posisi pertama diduduki oleh guru dan ibu rumah tangga.
Meski demikian, Kiki mengatakan OJK terus memberikan edukasi untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan.
Berdasarkan data survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2023, indeks literasi keuangan perempuan berada di level 66,75% pada 2023.
Angka ini melebihi indeks literasi keuangan laki-laki sebesar 64,14%. Lalu, indeks inklusi keuangan perempuan berada di level 76,08% pada 2023, melebihi indeks inklusi keuangan laki-laki sebesar 73,97%.
Meski begitu, menurutnya masih banyak kaum perempuan, terutama ibu-ibu yang kurang memahami produk jasa keuangan dan kemudian jadi korban skema aktifitas pinjol ilegal.
OJK mendefinisikan literasi keuangan adalah sebagai pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat.
Sedangkan inklusi keuangan menurut World Bank adalah terbukanya akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun usahanya dalam hal ini transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi yang digunakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. (Calvin G. Eben-Haezer)