Minggu, 20 April 2025

Laut Timor Tercemar, Nelayan Diserang Penyakit Mematikan

KUPANG- Ledakan anjungan minyak Montana di Blok Atlas Barat Laut Timor pada 21 Agustus 2009 mulai menunjukkan dampak pada kesehatan masyarakat di pesisir pantai di Laut Timor. Selain laut tercemar oleh minyak, perusahaan minyak milik Australia itu juga melakukan penyemprotan bubuk kimia sangat beracun di laut. Masyarakat nelayan diserang penyakit gatal yang berujung pada kematian. Pemerintah Australia maupun operator ladang Minyak dan Gas Montara PTTEP Australasia maupun pemilik dari ladang Minyak dan Gas Montara Sea Drill Norway Pty.Ltd sampai saat ini tidak mau bertanggung jawab.

“Penyakit yang dialami oleh masyarakat kami di pesisir Nusa Tenggara Timur adalah dampak dari pencemaran minyak di Laut Timor setelah meledaknya anjungan minyak Montara di Blok Atlas Barat Laut Timor pada 21 Agustus 2009,” kata Pendeta Litelnoni dari Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) kepada Bergelora.com, di Kupang Selasa (12/5).

Ia menambahkan bahwa dari informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa dampak dari tumpahan minyak dari anjungan Montana dan penyemprotan bubuk kimia sangat beracun itu, mengakibatkan lebih dari 100.000 masyarakat miskin di lndonesia terdiri dari nelayan dan petani rumput laut yang hidup di pesisir Timor Barat, Rote, Sabu, Alor, Lembata, Flores Timur, dan Sumba terancam kesehatannya dan kehilangan mata pencaharian.

“Mulai muncul berbagai penyakit aneh yang menyerang masyarakat pesisir mulai dari gatal-gatal hingga membawa dampak pada kematian. Selain hancurnya puluhan ribu hektare terumbu karang,” ujarnya.

Ia menegaskan, bahwa sekalipun beberapa pihak mengklaim belum ada korban yang meninggal atau dampak langsung pencemaran terhadap kehidupan manusia dan alam, namun GMIT tetap melihatnya sebagai sebuah ancaman besar untuk jangka panjang dan kelangsungan hidup alam semesta.

“Hingga saat ini, pemerintah Australia maupun operator ladang Minyak dan Gas Montara PTTEP Australasia maupun pemilik dari ladang Minyak dan Gas Montara Sea Drill Norway Pty.Ltd. tidak pemah melakukan sebuah monitoring, riset yang independen serta informasi yang terbuka kepada masyarakat lndonesia, secara khusus masyarakat di wilayah sekitar Laut Timor akan dampak ledakan anjungan Minyak lepas pantai tersebut,” ujarnya.

Turun 90 persen

Sementara itu, Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni membenarkan turunnya produksi rumput laut sebanyak 75-90 persen dari produksi lima tahun lalu sebelum laut Timor dicemari ledakan anjungan Montana.

“Itu tergantung pada arus gelombang dan angin, seperti yang dialami masyarakat pesisir NTT saat ini,” katanya.

Tanoni yang baru meraih Civil Justice Award 2013 dari Asosiasi Pengacara Australia (ALA) ini mengatakan dalam waktu dekat ini, akan berupaya untuk menemui Menteri Luar Negeri Australia di Canberra guna membicarakan proses penyelesaian masalah pencemaran akibat meledaknya anjungan minyak Montara milik operator kilang minyak asal Thailand, PTTEP Australasia.

Ia menambahkan dalam upaya penyelesaikan kasus ini, YPTB menempuh jalur diplomasi dan ligitasi. Jalur diplomasi, kata dia, diprioritaskan untuk melakukan “triple diplomacy” dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat di Australia termasuk Komisi Hak Hak Asasi Manusia dan Lembaga Keagamaan Australia guna bersama terus mendesak Pemerintaa Australia guna turut bertanggung jawab.

Sementara jalur ligitasi, tambahnya, kasus pencemaran ini akan dibawa ke Pengadilan Australia. Gabungan para pengacara dan ilmuwan YPTB dari Australia, Indonesia, Inggris dan Amerika Serikat sedang terus merampungkan berbagai bukti dan saksi untuk didaftarkan ke Pengadilan Australia, jika jalur diplomasi sampai akhirnya mengalami jalan buntu menuju proses penyelesaian masalah. (Leo)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru