Selasa, 10 Desember 2024

Majlis Kongkow As Syuffah: Merayakan Keragaman dan Kearifan Lokal

Oleh: Ubaidillah Achmad

Model keberagamaan yang penuh toleran sesuai nilai luhur Islam nusantara ini merujuk pada model keberagamaan yang telah ditetapkan dan dipertahankan oleh para Ulama di kalangan NU. Model keberagamaan ini didasarkan pada akhlak Nabi Muhammad dan pribumisasi Islam zaman kewalen Walisongo. Majlis Kongkow As Syuffah merupakan sebagian kecil dari komunitas NU di Rembang yang ingin turut mengambil bagian bersama sama merayakan visi keragaman dan kearifan lokal yang tidak pernah dipersoalkan oleh para Ulama NU hingga sekarang ini.

 

Model keberagamaan yang toleran ini, yang menjadi alasan Majlis Kongkow As Syuffah di Rembang untuk tetap turut menjaga dan menguatkan visinya melalui misi pendampingan di tengah masyarakat transisional di Rembang. Bersamaan dengan kondisi perubahan masyarakat dari sistem pedesaan menuju sistem perkotaan ini, Majlis Kongkow As Syuffah tetap ingin mempertahankan Rembang sebagai kawasan daerah yang menjadi percontohan sikap toleransi terkait dengan relasi agama dan budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Model keberagamaan yang diusung oleh Majlis As Syuffah, yang berdiri baru pada tahun 2012 ini, bukan tidak mungkin akan berhadapan dengan kelompok intoleran, karena dua aspek: pertama, kondisi masyarakat yang transisional dari kondisi sistem pengaruh pedesaan menuju sistem perkotaan yang diiringi dengan sistem industrialisasi. Kedua, menguatnya gerakan intolerans masyarakat di beberapa kota besar di Indonesia yang mempengaruhi pola keberagamaan masyarakat desa melalui teknologi informasi.

Dengan adanya kegelisahan terhadap terjadijya dua aspek tersebut di atas, Majlis Kongkow As Syuffah berupaya untuk memadukan antara Islam dan kearifan lokal dalam konteks di tengah perkembangan masyarakat transisional. Sekarang ini, Rembang sedang menghadapi tenaga kerja dari luar Rembang, baik yang terkait dengan perusahaan PLTU maupun terkait dengan adanya pertambangan yang berlansung secara radikal yang lebih banyak tanpa kontrol pihak pihak yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan lingkungan lestari.

Selain itu, Majlis As Syuffah tetap akan mempertahankan nilai nilai luhur budaya masyarakat dan visi toleransi risalah kenabian yang sudah berusia selama ribuan tahun sejak keluar risalah kenabian hingga Nabi Muhammad. Karenanya, Majlis As Syuffah membangun model pendampingan yang intens kepada masyarakat desa dan model dampingan yang dapat menjawab persoalan persoalan yang muncul bersamaan dengan kedua aspek di atas.

Asal Usul Majlis

Majlis Kongkow As Syuffah merupakan wadah kegiatan yang sudah berlangsung selama 5 tahun sejak tahun 2012 di desa Sidorejo Pamotan Rembang. Majlis As Syuffah bermula dari obrolan kecil merespon model keberagamaan di kota Rembang yang secara simbolik dikenal sebagai desa seribu Ulama dan ratusan pesantren. Di balik model keberagamaan di kota Rembang ini, sekarang telah muncul tidak sedikit isu tentang intoleransi dan konflik atas nama agama Islam semarak menghiasi kota besar di Indonesia, seperti: Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Bandung.

Meskipun awal berdiri Majlis Kongkow As Syuffah bermula dari sikap atau respon terhadap kelompok intoleransi, namun dalam pertemuan yang diagendakan pada setiap Hari Sabtu Malam disesuaikan dengan tema tema secara kontekstual. Misalnya, tema tentang agama dan politik, agama dan demokrasi, agama dan pluralisme, agama dan kebudayaan, agama dan tata kota, agama dan ilmu pengetahuan serta teknologi, agama dan  kesadaran masyarakat atau warga negara, dan juga tema yang menjadi isu central di rembang sejak tiga tahun terakhir, berupa lingkungan hidup yang lestari, Kelangsungan ekologis dan keseimbangan kosmologis.

Hasil dari kajian tentang agama dan kebudayaan ini, penulis termotivasi untuk lebih spesifik melakukan penelitian tentang Suluk Kiai Cebolek Dalam Konflik Keberagamaan dan Kearifan Lokal. Hasil penelitian ini diterbitkan oleh penerbit Prenada Media Jakarta, sebuah penerbit yang konsisten menerbitkan buku buku akademik hasil penelitian para dosen di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam. Sedangkan, dari hasil kajian tentang agama dan ekologi, penulis dapat menulis hasil dari sebuah kajian dengan judul: Islam Geger Kendeng Dalam Konflik Ekologis Dan Rekonsiliasi Akar Rumput.

Sehubungan dengan tema kajian ini yang mendorong teman teman tolak industri mengundang ceramah penulis, agar berbicara tentang lingkungan lestari, kelangsungan ekologi dan keseimbangan kosmologi. Penulis tidak mengikuti perkembangan di lapangan tentang konflik pro dan tolak industri, namun beberapa kesempatan acara kupatan dan peringatan hari besar, penulis sering diundang kelompok tolak industri untuk berbicara tentang arti lingkungan lestari, ekologi dan kosmologi.

Jadi, penulis tidak mengikuti konflik di lapangan terkait pro dan tolak industri, namun penulis tetap konsisten untuk menyuarakan arti penting lingkungan lestari bagi kehidupan umat manusia. Konsekuensi yang selalu penulis serukan inilah yang kemudian terbaca atau menunjukkan keberpihakan penulis kepada masyarakat tolak.

Oleh karena itu, meski Majlis Kongkow As Syuffah tidak banyak terlihat berada dalam konflik di ruang publik antara pro dan tolak, tetap banyak yang mencatat keberpihakan As Syuffah kepada semua gerakan yang mengangkat lingkungan lestari sebagai bagian dari gerakan untuk mengangkat khazanah kearifan lokal.

Adapun terkait dengan maraknya berita Hoax dan isu intoleransi di beberapa kota besar, maka keberadaan Majlis Kongkow As Syuffah memiliki arti penting bagi masyarakat transisional. Masyarakat transisional selain dihadapkan pada isu perubahan sistem desa menuju kota, juga dihadapkan pada sistem perubahan budaya dari desa menuju kota, dari agraris menuju industri, dari ketaatan pada ajaran agama menjadi berubah sikap untuk lebih taat pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara psikologis, masyarakat transisional merupakan masyarakat yang banyak mengalami kegelisahan psikis dan kondisi psikis yang masih labil, sehingga mudah berubah ketika berhadapan dengan fenomena baru. Misalnya, antara mempertahankan budaya lama dan mengikuti perubahan budaya baru. Di antara dua budaya ini, telah banyak dialami oleh masyarakat transisional sebagai bentuk benturan budaya yang membuat gelisah dan bimbang masyarakat transisional. Hal ini disebabkan kondisi psikis yang mengambang antara kaki yang berpijak pada nilai budaya leluhur dan kaki yang melangkah menapak budaya baru yang terbentuk dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Fenomana adanya kebimbangan psikologis masyarakat transisional ini, karena selain belum memiliki pengalaman yang cukup di tengah budaya baru, juga karena disebabkan keberadaan mereka ini, yang selama ini menjadi perebutan kelompok kepentingan. Misalnya, kepentingan politik praktis atau politik kekuasaan dan politik kapital.

Keragaman dan Kearifan Lokal

Mengapa Majlis Kongkow As Syuffah bervisi Merayakan bentuk keragaman dan kearifan lokal? Karena tema keragaman dan kearifan lokal ini sebagai fondasi gerakan nubuwah. Sayangnya, justru tema ini banyak yang diabaikan oleh beberapa aktivis organisasi keagamaan. Misalnya, masih banyak terjadi konflik intern dan ekstern agama agama besar dunia.

Konflik intern dan ekstern agama agama besar dunia, yang disebabkan oleh isu intoleransi, ternyata tidak bisa diabaikan begitu saja. Sekarang ini, telah menjadi isu sosial media yang mengancam masa depan anak bangsa. Kelompok intoleran didasarkan pada sikap tidak memaafkam terhadap kelompok yang berbeda, baik mereka yang berbuat atau tidak berbuat salah. Kaum intoleran hanya mengedepankan prinsip kebenaran subjektif tanpa mempertimbangkan sikap objektif. Sikap intoleran ini, sudah berada di luar kendali agama, filsafat, dan hukum. Semua pandangan dan perilaku didasarkan pada sikap subjektif dan emosional.

Jadi, pada intinya, Allah adalah Dzat yang pemaaf, sehingga umat Islam harus suka memaafkan pihak yang lain. Dalam konteks yang lain, dapat dianalogikan, bahwa Allah dan Nabi adalah pembebas dan pencerah, maka umat beragama harus menjadi sosok yang pembebas dan pencerah.

Sehubungan dengan fenomena di atas, prinsip ajaran Islam yang disampaikan melalui program pendampingan Majlis As Syuffah dapat menjadi counter teks dan sikap keberagamaan yang lebih menekankan pada fungsi Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta, yang akan menguatkan model keberagamaan yang ramah lingkungan. Dalam konteks adanya program As Syuffah ini akan dapat ditekan laju sikap intoleransi.

Ada beberapa kekurangan yang memerlukan perbaikan dalam pelaksanaan Majlis As Syuffah: pertama, Banyak doa doa yang disampaikan kepada masyarakat diberikan secara lisan, sehingga kasihan bagi mereka yang sudah tua yang tidak dapat mengingat lagi setelah doa diberikan. Hal ini, sesuai dengan kenyataan, mayoritas yang mengikuti kegiatan ini, adalah mereka yang sudah berusia tua. Namun demikian, tidak sedikit kalangan pemuda dan mahasiswa yang aktif tergabung dalam majlis ini. Kedua, banyak materi penting yang disampaikan terlewatkan oleh keterbatasan daya ingatan para Jamaah Majlis Kongkow.

Sehubungan dengan kedua hal tersebut, maka majlis kongkow As Syuffah sekarang ini telah merencanakan pembuatan buku panduan dan pegangan yang sewaktu waktu dapat dibuka oleh peserta atau jamaah. Dengan demikian, para jamaah tidak kehilangan jejak terhadap materi yang telah lama diterima. Semoga As Syuffah konsisten menjaga keragaman dan kearifan lokal.

*Penulis adalah Dosen UIN Walisongo Semarang dan Khadim Majlis Kongkow As Syuffah Sidorejo Pamotan Rembang

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru