BEIRUT – Serangan udara Israel di Nabatieh, Lebanon selatan, menghantam sebuah gedung pemerintah setempat. Dilansir Al Jazeera, serangan juga dilaporkan menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk wali kota.
Sementara itu, pengepungan Israel di Gaza utara berlanjut di hari ke-12.
Israel Tak Menggubris
kelompok-kelompok hak asasi manusia yang terus memperingatkan bahwa serangan tersebut telah meningkat menjadi apa yang disebut tingkat kekejaman yang mengerikan.
Serangan udara Israel menggempur pinggiran selatan Beirut beberapa jam setelah AS mengatakan bahwa pihaknya menentang cakupan serangan ke ibu kota Lebanon.
Perdana menteri Lebanon mengatakan bahwa ia telah menerima jaminan dari Amerika bahwa Israel akan berhenti. Sedikitnya 15 orang tewas dalam pengeboman Israel terhadap rumah-rumah dan sebuah pusat kesehatan di Qana, sebuah desa di Lebanon selatan yang menjadi sasaran pembantaian Israel pada tahun 1996 dan 2006.
Di Gaza sendiri, setidaknya 42.409 orang telah terbunuh dan 99.153 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak Oktober 2023. 1.139 orang terbunuh dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober dan lebih dari 200 orang ditawan.
PM Lebanon Murka
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati murka usai Israel menyerang kantor pemerintah kota (pemkot) Nabatieh hingga menewaskan Wali Kota Ahmad Kahil pada Rabu (16/10).
Dalam sebuah pernyataan, Mikati mengatakan Israel sengaja menargetkan gedung yang sedang menggelar pertemuan guna membahas bantuan imbas invasi Israel.
Ia pun mengutuk serangan brutal Israel yang telah menewaskan sejumlah pegawai pemerintah tersebut.
“[Saya] mengutuk agresi baru Israel terhadap warga sipil di Kota Nabatieh, yang dengan sengaja menargetkan pertemuan dewan kota yang tengah membahas layanan dan bantuan,” kata Mikati dalam pernyataannya, seperti dikutip Al Jazeera.
Pasukan militer Israel melancarkan serangan udara ke gedung pemerintahan kota Nabatieh pada Rabu pagi. Wali kota Ahmad Kahil dan sejumlah pegawai pemerintah pun tewas dalam serangan tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengonfirmasi serangan itu dengan mengeklaim pihaknya menargetkan “infrastruktur bawah tanah yang digunakan Pasukan Radwan Hizbullah.”
Serangan ini terjadi usai Israel meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan sejak 1 Oktober lalu.
Setidaknya 1.350 orang tewas di Lebanon dalam serangan Israel yang telah dimulai sejak September.
Hingga kini, belum ada tanda-tanda Israel hendak melakukan gencatan senjata, meski pemerintah Lebanon telah mengupayakannya.
PM Mikati pun menyatakan kekecewaannya atas sikap diam dunia terhadap kejahatan Israel di negaranya.
“Jika semua negara di dunia tidak mampu meredam permusuhan terhadap rakyat Lebanon, apakah masih ada gunanya meminta Dewan Keamanan PBB untuk menuntut gencatan senjata?” ucapnya, seperti dikutip kantor berita Lebanon, NNA. (Web Warouw)