Sabtu, 5 Oktober 2024

MALAH DIAJAK BERDOA NIH…! Data Pribadi Bocor, Pakar Siber Akui Indonesia Tak Berdaya Hadapi Peretasan: Semoga Tak Disalahgunakan

JAKARTA – Pakar Keamanan Siber sekaligus Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja menyebut bahwa tidak ada yang bisa dilakukan oleh korban kebocoran data pribadi selain berdoa agar tak disalahgunakan.

“Tidak ada cara lain yang harus kita lakukan adalah berdoa jangan sampai disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana penipuan,” kata Ardi dalam diskusi polemik MNC Trijaya yang disiarkan secara daring, Sabtu,(10/9/2022).

Seperti diketahui, dugaan kebocoran data berturut-turut dialami oleh sejumlah perusahaan swasta hingga pemerintah. Mulai dari kasus KPU muncul, juga ramai pembobolan data pengguna PLN, SIM card, hingga PesuliLindungi.

Sedangkan pada 2021 dan 2020 juga muncul pembobolan data BPJS, e-Hac, indiHome, BRI Life, laporan KPAI, Bank Jatim, database Polri, Facebook, Cermati, Lazada, Tokopedia hingga sertifikat vaksin Presiden Joko Widodo.

Ardi melihat hal tersebut bukanlah hal yang baru dan sudah terjadi dalam waktu yang lama. Maraknya kebocoran data ini pun menandakan bahwa Indonesia tidak berdaya dalam menghadapi perkembangan teknologi.

“Pada saat itu sudah kelihatan sekali bahwa kita tidak berdaya menghadapi perkembangan teknologi-teknologi peretasan atau penyadapan,” ujarnya.

Menurutnya satu hal sisi dari keamanan cyber itu adalah tergantung pada ketahanan fisik manusia dalam memantau peretasan tersebut. Sebab peretas, lanjutnya adalah adalah manusia paling sabar karena mereka sabar untuk melihat celah-celah, seluk beluk dari kulit data agar bisa melakukan peretasan.

“Sekarang kita tahu SDM keamanan cyber sangat terbatas jumlahnya bukan Indonesia saja tapi global saat ini posisi sekitar 3 juta posisi yang belum terisi sepenuhnya,” ujar dia.

Walaupun negara telah membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sejak tahun 2017, menurutnya hal itu belum cukup untuk mengejar ketertinggalan dalam keamanan siber di Indonesia.

“Apakah cukup waktu? apa yang terjadi di dunia ini kita masih dalam ketertinggalan harus mengejar ketertinggalan di sana, SDM kurang, teknologi tidak punya,” tuturnya.

Hacker Bjorka Kembali Menyerang

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Hacker Bjorka kembali membuat heboh dengan membocorkan dokumen rahasia negara, Jumat (9/9/2022).

Sebelumnya, ia juga membuat kegaduhan saat lebih dari satu miliar data registrasi SIM card bocor dan diunggah Bjorka dalam forum Breached.

Data sebesar 87 GB diklaim berisi NIK, nomor ponsel, provider telekomunikasi, dan tanggal registrasi itu dijual Bjorka seharga menjualnya seharga USD50.000 atau Rp745,6 juta.

Bjorka juga mengeklaim bahwa dia berhasil membobol data di sejumlah pihak seperti Indihome, Kominfo, dan KPU.

Kali ini Sebanyak 679.180 transaksi surat dan dokumen rahasia Presiden Republik Indonesia (RI) diduga bocor.

Aksi peretasan semacam ini bukan pertama kali terjadi. Sederet nama hacker terkenal telah merajai dunia teknologi.

Mereka bahkan memunculkan peraturan dan kerangka kerja untuk mengubah dunia keamanan siber dan peretasan.

Kasus peretasan di dunia membawa sejumlah nama hacker yang populer hingga saat ini.

Berikut nama-nama hacker yang terkenal di dunia dan kasusnya:

1. Adrian Lamo

Menurut NPR, Lamo lahir di Boston dan tumbuh bersama ayahnya di luar Bogotá, Kolombia.

Resume awal peretasnya seperti pada umumnya, yakni menggunakannya untuk meretas permainan komputer.

Lalu, dia menyadap saluran telepon orang asing dan menemukan cara untuk menipu perusahaan telepon untuk membuat panggilan jarak jauh gratis.

Sederet perusahaan juga pernah diretas Lamo di antaranya AOL, Yahoo, MCI Worldcom, bahkan The New York Times.

2. Albert Gonzales

Di usia 22 tahun, Albert Gonzales sempat ditangkap atas tuduhan penipuan lantaran mencuri data dari kartu debit. Ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.

Disadur dari ABC News, dia meminta maaf atas peran utamanya dalam menggesek data lebih dari 130 juta akun yang merugikan perusahaan, bank, dan asuransi hampir senilai 200 juta dolar Amerika.

Saat beraksi, Albert Gonzalez berada di bawah alias peretas SoupNazi.

Pihak berwenang mengatakan Gonzalez beroperasi dengan dua rekan konspirator yang beroperasi di luar negeri.

Dari aksinya itu, Gonzalez secara pribadi mengumpulkan 2,8 juta dolar Amerika.

3. Kevin Mitnick

Dilansir dari Denverpost, Kevin Mitnick merupakan hacker terkenal pada 1990-an.

Dia juga sempat menjadi buron FBI.

Pada Februari 1995, Kevin ditangkap oleh FBI usai meretas komputer Tsutomo Shimomura, seorang ilmuwan peneliti.

Menurut Huffpost, saat itu dia mengaku membobol jaringan komputer perusahaan dan mencuri perangkat lunak.

Ketertarikannya menjadi hacker bermula dari kesukaannya terhadap dunia sihir.

Hingga saat di sekolah menengah, ia bertemu dengan seorang teman yang memperkenalkannya pada peretasan sirkuit dan sakelar perusahaan telepon.

Ini mendorongnya untuk melakukan peretasan yang lebih besar sebagai orang dewasa muda, seperti mencuri kode sumber dari perusahaan IT atau lembaga berwenang.

4. Gary McKinnon

Pada tahun 2002, Gary menjadi terkenal di dunia peretasan komputer setelah meretas komputer militer terbesar sepanjang masa.

Mr McKinnon menyatakan niatnya itu untuk mencari informasi mengenai UFO dan teknologi lain yang berguna bagi kepentingan publik.

Menurut ABC News, McKinnon telah didakwa secara in absentia di New Jersey dan Virginia utara atas tuduhan memasuki 97 komputer secara ilegal di 14 negara bagian, termasuk database sipil dan angkatan laut AS.

Tindakan itu menyebabkan kerusakan sekitar 700.000 dollar Amerika dan mengganggu jalur suplai militer.

5. Julian Assange

Julian Assange menawarkan contoh modern tentang seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh seorang hacker.

Banyak orang di dunia dengan mudah mengidentifikasi Assange sebagai salah satu peretas terbesar di dunia ketika memperhitungkan dampak yang diungkapkan organisasinya, Wikileaks, kepada dunia.

Jaksa menjatuhkan sejumlah dakwaan terhadap Assange. Salah satunya, tuduhan bahwa Assange telah mendapatkan akses tidak resmi kepada sistem komputer pemerintah negara-negara NATO pada 2010. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru