JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mencari investor untuk bisa memasukkan indukan sapi perah dan sapi potong ke tanah air. Hal itu disebut untuk melancarkan program makan bergizi gratis yang diusung Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Sekaligus, sebagai langkah awal untuk Indonesia menuju swasembada susu dan daging sapi dalam beberapa tahun ke depan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan Agung Suganda mengatakan, pihaknya telah menyusun strategi percepatan, peta jalan hingga melakukan latihan demi kelancaran program makan bergizi gratis. Namun, katanya, untuk bisa mencapai kesuksesan program tersebut Kementan tidak bisa berjalan sendiri, Kementan membutuhkan peran pelaku usaha sebagai investor.
“Apalagi saat ini APBN-nya untuk kegiatan-kegiatan kayak gini masih nol. Walaupun pak menteri (pertanian) mengatakan bahwa mulai tahun depan sudah ada, Insyaallah Kami juga akan mendapatkan tambahan anggaran untuk penyediaan peningkatan susu ini. Tapi, upaya yang pertama itu cari investornya dulu,” kata Agung dalam diskusi pangan di Kementan, Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Ia menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan susu dalam program makan bergizi gratis periode tahun 2025-2029, sekaligus juga agar Indonesia swasembada, maka diperlukan 1 juta ekor sapi perah dan 1 juta ekor sapi potong selama 5 tahun ke depan.
Berdasarkan perhitungannya, dengan mengimpor sapi perah sebanyak 1 juta ekor, maka di tahun 2029 mendatang produksi susu dalam negeri sudah bisa mencapai 8,17 juta ton atau 96% dari kebutuhan susu 8,5 juta ton per tahun.
Sementara itu, eksisting sapi perah di tahun 2024 ini, produksi susu dalam negeri masih berada di level 1 juta ton per tahun atau hanya memenuhi 21% dari kebutuhan, 79% atau 3,7 juta ton sisanya masih impor.
“Dengan memasukkan sapi perah 1 juta ekor ini, menurut hitung-hitungan parameter, kita bisa memenuhi kebutuhan susu kita di tahun 2029, yang kita prediksikan 8,5 juta ton. Kita (di tahun 2029) bisa menghasilkan 7,17 juta ton. Itu artinya kita bisa swasembada. Karena FAO menyatakan, kalau impor hanya (atau di bawah) 10% dari kebutuhan, maka sudah bisa kita klaim sebagai swasembada,” jelasnya.
Kebutuhan Daging Sapi
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sementara untuk strategi penyediaan daging sapi, lanjut Agung, dibutuhkan impor sebanyak 1 juta ekor sapi potong pada periode 2024-2029. Di mana dengan adanya impor 1 juta ekor tersebut, berdasarkan perhitungannya, produksi daging sapi di tahun 2029 sebanyak 0,62 juta ton atau 70% dari kebutuhan 0,88 juta ton, dan 30% atau 0,26 juta ton sisanya impor.
Adapun eksisting sapi potong pada tahun 2024 ini, produksi lokal sebanyak 0,37 juta ton atau 48% dari kebutuhan, dan yang didatangkan dari impor sebanyak 0,4 juta ton atau 52% dari kebutuhan per tahun.
“Kalau untuk daging sapi kita tidak bisa muluk-muluk juga, 1 juta (selama) 5 tahun itu sudah luar biasa memasukkan indukan sapi potong. Ternyata, untuk sapi potong ini kita baru bisa menurunkan impor kita dari tahun 2024 52% menjadi 30% saja di tahun 2029. Jadi kalau kita bicara memasukkan 1 juta selama 5 tahun, 2025 sampai 2029, di 2029 kalau ini bisa berhasil, impor kita menjadi turun dan mungkin hanya sekitar 30%. Kita baru bisa mencapai swasembada di tahun 2034. Itu hitung-hitungan kami,” terang dia. (Web Warouw)