BOGOR- Perempuan Indonesia harus menjadi pelopor dalam menjaga keberagaman dan persatuan Indonesia. Dengan menjaga tradisi dan budaya yang hidup di rakyat, perempuan Indonesia dapat menjadi kekuatan memajukan Indonesia didunia Internasional. Demikian Sitawati Ken Utami, aktivis Komunitas Perempuan Berkebaya Dalam (KPB) kepada Bergelora.com di Bogor, Senin (24/10)
“KPB ingin menumbuhkan kembali kecintaan pada budaya nusantara melalui penggunaan kebaya dan kain-kain nusantara sebagai busana sehari-hari,” jelas Sitawati Ken Utami.
Saren Taon
Sebelumnya KPB Bogor dan Jakarta ikut merayakan acara panen raya khas masyarakat Sunda yang dikenal Saren Taon di desa Sindangbarang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Minggu (23/10).
Setiap interaksi antara anggota KPB dan masyarakat menurutnya diharap dapat memberi nilai tambah untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
“Perempuan adalah salah satu ujung tombak untuk menciptakan bangsa yang besar dan berkarakter,” ujarnya.
Hari itu, setiap anggota KPB menggunakan lurik berbagai warna baik untuk kebaya maupun kain padanan kebaya. Tak ketinggalan menggunakan caping dan boboko. “Mengikuti acara panen raya atau Saren Taon ini merupakan bagian dari niat KPB untuk ikut melestarikan budaya Indonesia,” jelasnya.
Acara Saren Taon membaurkan KPB dengan masyarakat di desa budaya Sindangbarang merupakan kegiatan kedua KPB Bogor dalam bulan Oktober ini.
Sebelumnya lagi, dalam rangka Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2016 lalu, KPB Bogor menyelenggarakan Fashion Show berkebaya dengan beragam batik tulis berbagai di Resto Gili-Gili, Bogor.
KPB menurutnya ingin dapat berperan melestarikan jati diri bangsa dengan penggunaan busana tradisional sebagai tuan rumah di rumahnya sendiri.
“Slogan kami adalah Dalam Keanggunan, Perempuan Berkebaya menjaga Martabat Indonesia,” tegasnya.
Semua anggota KPB berupaya untuk menggunakan busana tradisional Indonesia dalam aktivitasnya sehari-hari seperti saat bekerja dan berwisata. Ia membantah Berkebaya dan berkain merepotkan gerak perempuan.
“Berkebaya dan berkain itu praktis, tidak ribet, dan bisa digunakan dalam situasi formal maupun informal. Sudah kami buktikan selama ini,” jelasnya.
Ia berharap KPB bisa mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk menggunakan busana tradisional Indonesia untuk mempromosikan keberagaman yang bersatu menjadi bangsa Indonesia.
“Apa yang kami lakukan tidak sekedar menampilkan diri sebagai perempuan Indonesia, tetapi juga mempunyai dampak lain pada promosi pariwisata dan menggeliatkan usaha kecil menengah (UKM) utamanya usaha di bidang tekstil seperti industri batik, tenun, songket, dan bordir, dan kerajinan terkait lainnya yang sangat bervariasi di seluruh Indonesia,” tegasnya. (Telly Nathalia)