JAKARTA- Terjadinya konflik antara aparat penegak hukum yang telah melibatkan lembaga dan masyarakat dalam konflik, sangat memprihatinkan, bahkan cenderung memalukan. Hal ini tidak terlepas dari arah kehidupan kebangsaan yang akhir-akhir ini kembali menjadikan Politik sebagai Panglima. Demikian disampaikan Ketua Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) Suryo Susilo pada Bergelora.com di Jakarta, Jumat (20/2).
“Kami prihatin terhadap apa yang terjadi pada aparat penegak hukum kita,” ujarnya.
Susilo juga menyampaikan keprihatinan terhadap menguatnya kembali politik aliran yang lebih mengedepankan kepentingan individu, kelompok dan golongan daripada kepentingan bangsa dan negara.
“Politik aliran lebih mengedepankan kepentingan suku dan daerah daripada kepentingan nasional,” ujarnya.
Di sisi lain, menurutnya nasionalisme telah tergilas oleh arus internasionalisme.
Untuk itu FSAB menyerukan agar para aparat penegak hukum dapat menahan diri dan mau menghentikan konflik yang terjadi.
“Kami meminta agar politisasi terhadap aparat penegak hukum tidak lagi dilakukan agar aparat penegak hukum dapat menjalankan tugas dan fungsinya bebas dari kepentingan dan intervensi politik,” tegas Susilo.
Susilo juga mengharapkan agar aparat penegak hukum dapat melakukan introspeksi, melakukan pembenahan diri ke dalam. Masyarakat mendambakan aparat penegak hukum yang bersih dan independen serta dapat memberikan kepastian hukum dan akuntabel.
Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) anggotanya terdiri dari generasi kedua dan ketiga dari para tokoh yang pernah terlibat konflik yang tragis dan traumatik, baik dari kalangan putra-putri Pahlawan Revolusi, DI/TII, PKI, PRRI dan PERMESTA. Motto FSAB ”Berhenti Mewariskan Konflik dan Tidak Membuat Konflik Baru” (Web Warouw).