Rabu, 19 Maret 2025

MENGANCAM NYAWA RAKYAT NIH..! Teror SUTT ke Warga di Bengkulu, Atap Rumah Tiba-tiba Teraliri Listrik dan Menyengat Satu Keluarga

BENGKULU – Sejumlah warga Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu, tinggal di bawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) milik PLTU batubara. Mereka mengeluhkan kerap tersetrum listrik dan peralatan elektronik lain rusak. Setidaknya ada lima rumah warga yang terdampak akibat SUTT. Eriyanti, warga RT 01, Kelurahan Teluk Sepang, melaporkan bahwa atap rumahnya mendadak teraliri listrik hingga menyengat keluarganya.

Hal yang sama dirasakan Eriyanti, warga lainnya.

Menurut Eriyanti, anaknya sempat tersengat listrik sejak SUTT berdiri. Kondisi tersebut mengakibatkan peralatan TV miliknya ikut rusak.

“Kami sudah mengadukan masalah ini ke PT Tenaga Listrik Bengkulu (PT. TLB) manajemen PLTU. Mereka hanya memberikan ganti rugi berupa TV kantor PT TLB dan diminta menandatangani surat bermaterai yang menyatakan bahwa PT TLB tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang elektronik mereka jika terjadi lagi,” sebut Eriyanti saat ditemui di kediamannya.

Ketua Inisiasi Masyarakat Adat (IMA), Nukila Evanty, dalam laporan risetnya menyebutkan ada banyak keluhan warga sekitar PLTU sejak beroperasi. Ia mengatakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh SUTT diduga dapat membahayakan kesehatan manusia.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan radiasi elektromagnetik dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti kanker, gangguan tidur, dan masalah kesehatan lainnya.

“Masyarakat setempat khawatir atas kondisi tersebut,” jelas Nukila dalam laporan tertulisnya yang diterima media.

Masyarakat, kata Nukila, tidak tahu bagaimana harus melindungi diri dari bahaya SUTT.

Ditambahkannya, kabel-kabel tegangan tinggi yang membentang di atas rumah-rumah warga menciptakan pemandangan yang tidak indah dan menimbulkan rasa takut akan kecelakaan.

Menurutnya, kehadiran PLTU sejak awal menimbulkan masalah bagi warga Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Sejak 2016, warga mulai menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Janji penerangan dan kemajuan ekonomi yang diusung proyek raksasa ini ternyata berujung pada mimpi buruk yang tak berkesudahan.

PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB), konsorsium antara PowerChina Resources (PCR) dan PT Intraco Penta (INTA), berdiri di balik proyek PLTU Teluk Sepang. Investasi yang digelontorkan mencapai Rp 1,8 triliun, sebagian besar didanai oleh pinjaman dari China Eximbank dan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC).

Selain itu, IMA menemukan bahwa intimidasi menjadi makanan sehari-hari warga. Ia mengungkapkan bahwa tindakan balasan atau pembalasan adalah alat klasik yang digunakan oleh pemain berpengaruh untuk mengintimidasi aktivis lingkungan.

Nukila melakukan penelitian selama 6 bulan untuk melihat dampak reprisal bagi warga Kelurahan Teluk Sepang.

“Kami menduga para aktivis lingkungan ini dan kegiatan mereka dianggap pembangkang dan juga mendapatkan diskriminasi,” kata Nukila Evanty.

“Di tempat lain yang saya kunjungi, tindakan balasan bisa berupa serangan fisik dan psikologis, ancaman, penangkapan sewenang-wenang, pencemaran nama baik, dan pengucilan sosial,” ujarnya.

Ia menyebutkan Relawan Posko Lentera, Heriyanto dan Rustam Effendi (58), menjadi sasaran empuk represi.
Heriyanto, sebagai ketua posko, mengalami pengucilan dari aktivitas sosial dan pemerintahan di kelurahan.

“Selama satu tahun, dia tidak diakui dalam kegiatan masyarakat dan sering diikuti oleh orang-orang tak dikenal setelah aksi demonstrasi yang saya lakukan,” kata Nukila.

Yesi Sepriani, satu-satunya perempuan yang tersisa dalam Posko Lentera, menjadi simbol perlawanan. Ia mengakui dikucilkan oleh masyarakat.

“Saya dijauhi oleh tetangga, dan bahkan beasiswa pendidikan untuk anak saya dicabut oleh pihak kelurahan,” kata Yesi dengan nada sedih.

Namun, pengucilan dan tekanan yang ia hadapi tidak membuatnya gentar.

Ia tetap solid dan berjuang bersama rekan-rekannya demi keadilan dan lingkungan yang lestari. Nukila Evanty juga menyoroti kerentanan perempuan dalam perjuangan ini.

“Aktivis perempuan menjadi yang paling rentan terhadap serangan karena jenis kelamin mereka,” kata Nukila.

“Oleh karena itu, aktivis lingkungan perempuan menghadapi serangan ganda; mereka diancam karena kegiatan mereka, dan mereka juga menghadapi pelanggaran khusus gender,” sambungnya.

Pembangunan PLTU tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial budaya masyarakat, tetapi juga pada lingkungan. Polusi debu dan air limbah mencemari laut dan daratan Teluk Sepang.

Kerusakan terumbu karang dan kematian penyu menjadi pemandangan yang menyedihkan.

“Kerusakan terumbu karang dan kematian penyu membuat nelayan sulit menangkap ikan. Beberapa dari mereka tidak punya pilihan lain selain beralih ke pekerjaan serabutan,” sebutnya.

Kesehatan masyarakat pun terancam. Banyak pekerja, khususnya perempuan, yang mengeluhkan masalah kesehatan seperti gatal-gatal di kulit, batuk, dan sesak napas.

Sayangnya, mereka tidak pernah menerima pemeriksaan medis rutin dari puskesmas atau perusahaan. Penelitian ini mengidentifikasi tindakan reprisal yang dilakukan dengan fokus pada pelemahan ekonomi.

Ketidakberdayaan ini membuat perjuangan yang dilakukan warga mengendur.

Hasil pengamatan IMA di lokasi menunjukkan tidak ada sumber ekonomi alternatif yang dikerjakan oleh perempuan di Kelurahan Teluk Sepang. Mereka menggantungkan hidup menjadi buruh di sekitar 20 perusahaan tambang batu bara yang memiliki stockpile di sekitar lokasi PT PELNI yang juga wilayah kerja PLTU Teluk Sepang. Namun, tantangan yang dihadapi masyarakat Teluk Sepang tidaklah mudah.

Kepada Bergelora.com.di Bengkulu dilaporkan, selain represi dan intimidasi, mereka juga harus berhadapan dengan kekuatan ekonomi dan politik yang besar. Sementara itu, Manajemen PT Tenaga Listrik Bengkulu, Zulhelmi Burhan, saat dikonfirmasi, mengatakan belum bersedia menjawab hasil temuan IMA.

“Terkait pertanyaan, mohon maaf saya tidak berwenang memberikan informasi keluar tanpa persetujuan/instruksi atasan saya. Silakan bersurat resmi saja,” jawabnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (10/2/2025). (Sutirah)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru