JAKARTA- Kementerian Perindustrian RI yang diwakili oleh Wakil Menteri Perindustrian RI Faisol Riza hadir dalam BRICS PartNIR Opening Ceremony di Xiamen, China.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian BRICS Forum on Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) 2025 yang mengusung tema “Unlocking the Potential of BRICS Cooperation for Inclusive and Sustainable Industrialization”.
Dalam sambutannya, Faisol menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan forum ini oleh Pemerintah Republik Rakyat China dan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT).

Menurut Faisol, tema yang diangkat sangat relevan dengan visi pembangunan industri Indonesia.
“Di tengah transformasi global yang dipengaruhi digitalisasi, transisi hijau, serta pergeseran rantai nilai internasional, kerja sama BRICS PartNIR dinilai hadir pada waktu yang tepat sekaligus semakin penting,” kata Faisol dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Faisol menegaskan, bagi Indonesia, keterlibatan dalam forum BRICS PartNIR memiliki arti strategis.
Apalagi, Indonesia telah memiliki peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk memperkuat daya saing industri manufaktur, mempercepat adopsi digital, dan membangun perekonomian yang berbasis inovasi.
Dirinya juga menyinggung komitmen negara-negara BRICS yang dituangkan dalam Deklarasi Rio de Janeiro pada awal tahun ini.

Menurutnya, seruan untuk memperkuat kerja sama Global South demi tata kelola dunia yang inklusif dan berkelanjutan sangat relevan dengan arah kebijakan Indonesia.
“Bahwa industrialisasi harus berjalan beriringan dengan inklusivitas, keadilan, dan keberlanjutan, sekaligus memastikan bahwa suara negara berkembang ikut menentukan masa depan industri dan rantai pasok global,” ujarnya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, pada kesempatan itu, Faisol menyampaikan, sektor industri manufaktur masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Pada kuartal II tahun 2025, industri manufaktur nonmigas tumbuh 5,60% secara tahunan, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12%.
Dengan kontribusi hingga 16,92% terhadap PDB nasional, sektor manufaktur terus menjadi pilar penting bagi pembangunan ekonomi nasional.
Lebih lanjut, Faisol juga memaparkan arah kebijakan industri nasional melalui Strategi Baru Industri Nasional (SBIN) yang berlandaskan empat pilar utama.
Pertama, percepatan hilirisasi sumber daya alam, khususnya nikel, tembaga, dan bauksit, agar dapat menghasilkan produk bernilai tambah tinggi yang memperkuat daya saing ekspor sekaligus menarik investasi.
Kedua, pengembangan industri hijau, sejalan dengan target nasional net zero emission 2060. Upaya ini diwujudkan melalui transisi energi bersih, praktik ekonomi sirkular, dan pembangunan kawasan industri rendah karbon.
Ketiga, digitalisasi industri melalui Making Indonesia 4.0, dengan adopsi teknologi Industri 4.0 untuk memperkuat inovasi, produktivitas, dan daya saing manufaktur.
Keempat, penguatan sumber daya manusia industri berbasis kompetensi. Pemerintah terus berinvestasi pada pendidikan vokasi dan platform pembelajaran digital untuk menghasilkan SDM industri yang kompeten, adaptif, dan siap menghadapi perubahan.
Dengan empat pilar strategi ini, Indonesia berkomitmen membangun manufaktur cerdas, memperluas adopsi teknologi digital seperti kecerdasan buatan, Internet of Things, dan cloud computing.
“Bagi kami, manufaktur cerdas bukan sekadar efisiensi, melainkan juga jalan menuju ketahanan, keberlanjutan, dan inklusivitas,” ujar Faisol. (Web Warouw)