Oleh: A. Kamil Rosyad
Pertamina Gas sejak Mei 2014 hingga Agustus 2016 sedang melaksanakan pekerjaan besar yakni, Proyek Jasa Perancangan Pengadaan Pembangunan Konstruksi Pipa Gas Muara Karang – Muara Tawar sepanjang 30 Km. Proyek ini disebut proyek MK-MT yang dimulai dari PJB Muara Karang Pluit Jakarta Utara hingga PJB Muara Tawar Bekasi. Proyek MK-MT ini dilaksanakan oleh Konsorsium Hutama Karya-Moeladi-Promatcon (KSO-HMP) yang digawangi oleh Doddy Dewanto.
Menurut Presiden Direktur Pertamina Gas, Hendra Jaya, Proyek senilai US$ 65,94 juta (Rp 758,3 miliar) ini merupakan bagian dari rencana Pertamina Gas untuk mendukung ketahanan energi nasional dan mengurangi penggunaan BBM bersubsidi bagi PLN.
Proyek MK-MT ini menerapkan system pengerjaan kombinasi antara open-cut (penggalian tanah secara terbuka), main-line (pengelasan pipa di atas sebelum diturunkan ke lubang galian), boring (pengeboran secara manual), dan HDD/Horizontal Directional Drilling atau pengeboran secara horizontal menggunakan mesin. Pipa yang digunakan adalah berukuran 24” standar API yang panjangnya 6 meter dan 12 meter per batang.
Dalam pelaksanaannya, tidak sedikit kendala yang dihadapi mulai dari perizinan dan sosialisasi dengan masyarakat yang berlangsung alot. Jalur ROW (Right of Way) yang sulit karena utilitas yang ada dalam tanah yang beragam seperti kabel Telkom, kabel PLN, pipa air dan fondasi bangunan zaman Belanda yang sulit untuk ditembus dengan alat.
Jalur ROW yang termasuk sulit sering disebut jalur neraka oleh Construction Manager, Asep Sutisna Daryatmo diantaranya adalah Plumpang-Semper-Tugu, Cilincing, Pluit, Marunda dan Muara Tawar. Selain itu, jalur ROW yang harus melintasi sungai, danau, jalan tol, pasar dan jalur kereta api dilaksanakan dengan cara HDD, seperti HDD Kali Blencong, HDD BKT, HDD Plumpang, HDD Aston-Ancol, HDD Ciliwung Lama, HDD CMNP 1-5, HDD Segara Makmur dan HDD Ancol Carnaval.
Alhasil, semua pekerjaan HDD telah selesai. Meski disana-sini terdapat gejolak dari masyarakat terkait dengan meluapnya lumpur bentonite yang muncul ke permukaan hingga masuk ke rumah-rumah penduduk. Namun demikian, pihak Pertamina Gas sebagai owner bertanggung jawab dengan memberikan ganti-rugi kepada warga yang terkena imbas freak-out (meluapnya lumpur bentonite).
Pihak KSO-HMP, dalam hal ini Humas dan HSE yang dikomandoi oleh Tjuk Supriyanto dan Dolfie Lasut Worotikan dengan gesit melakukan pendekatan secara dialogis dengan masyarakat. Juga kembali membenahi lingkungan dan ekosistem seperti sedia kala, sehingga masyarakat kembali merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.
Hingga saat ini, Proyek MK-MT telah mencapai 97% dan masih terus berlangsung di beberapa titik seperti pekerjaan backfill di Kampung Bandan Ancol, pembuatan box-valve di Ancol carnaval, tie-in di Warakas dan mainline di Segara Makmur.
Dalam waktu dekat ini, yakni tanggal 1 September 2016 akan segera dilaksanakan Hydrotest section pertama yakni dari PJB Muara Karang hingga Ancol Damkar. Section lainnya yakni section II (Ancol-plumpang), section III (Plumpang-KBN) dan section IV (KBN-Muara Tawar) akan dilaksanakan sesegera mungkin sebelum proses Re-instatement dan Gas-in atau commissioning Project pada pertengahan September ini.
* Penulis adalah Alumni UGM dan praktisi konstruksi pipeline.