JAKARTA — Wakil Presiden Gibran Rakabuming menyebut hingga saat ini, pemerintah telah menampilkan 28 komoditas unggulan untuk percepatan hilirisasi. Seluruh komoditas yang diesebut berpotensi menghasilkan nilai tambah lebih dari Rp13 ribu triliun pada tahun 2040.
“Pemerintah sudah menampilkan 28 komoditas unggulan yang potensinya bisa lebih dari Rp13 ribu triliun rupiah di tahun 2040,” kata Gibran dalam keterangan yang disampaikan melalui kanal YouTube resmi Gibran Rakabuming dikutip Bergelora.com, Sabtu (26/4).
Untuk mengakselerasi proses ini, pemerintah membentuk Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi pada tahun 2025 dan mendorong gelombang investasi besar-besaran. Investasi untuk sektor ini diperkirakan mencapai Rp407 triliun, hampir seperempat dari total investasi nasional.
“Karena untuk hilirisasi kita butuh investasi, percepatan ini harus didorong dengan meningkatkan skill angkatan kerja kita. Kita butuh anak bangsa yang ahli dan terampil di bidang sains, teknologi, AI, bahkan matematika untuk mengisi posisi strategis industri ini,” kata dia.
Gibran menegaskan, Indonesia sejatinya telah dianugerahi sumber daya alam yang sangat melimpah. Dari nikel dan timah hingga rumput laut, semuanya menyimpan potensi ekonomi luar biasa jika dikelola dengan benar.
Namun, kekayaan alam saja ternyata tidak cukup. Sebab menurut dia, yang menjadi tantangan saat ini justru bagaimana mengolah kekayaan alam tersebut agar memiliki nilai tambah yang maksimal.
Ia pun mencontohkan bagaimana bauksit yang diekspor sebagai bahan mentah tak memberi keuntungan optimal bagi Indonesia. Padahal jika diolah menjadi panel surya, melonjak hingga 194 kali lipat.
Coba bayangkan, Indonesia sempat menjadi eksportir biji bauksit terbesar ketiga dunia, sayangnya Indonesia hanya menduduki urutan ke 31 sebagai pengekspor panel surya, padahal saat bauksit diolah jadi panel surya bertambah 194 kali lipat, katanya.
Lebih jauh lagi, Gibran menekankan bahwa hilirisasi tidak terbatas pada sektor tambang saja. Pertanian, kelautan, bahkan sektor digital memiliki potensi besar dalam rantai nilai tambah.
Ia mencontohkan bagaimana daun teh yang diolah dan dikemas bisa memiliki nilai ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan bentuk mentahnya.
“Jadi inti dari hilirisasi adalah pengolahan yang menghasilkan nilai tambah, kita juga bisa membuka lapangan kerja. Memberdayakan UMKM dan dapat pemasukan negara dari berbagai hal, pajak, royalti, dividen, maupun bea ekspor itu,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa banyak negara maju berhasil mencapai kesejahteraan bukan karena kekayaan sumber daya, tetapi karena mampu mengolah bahan mentah, termasuk yang mereka impor dari negara lain dan menjual kembali dalam bentuk produk bernilai tinggi.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Gibran menegaskan bahwa kebijakan hilirisasi adalah jalan yang sah dan wajib dicapai demi kesejahteraan rakyat. Presiden Prabowo Subianto pun disebut secara tegas menjadikan hilirisasi sebagai strategi utama pembangunan nasional di semua sektor.
Menurutnya, hilirisasi bukan hanya membangun pabrik, hilirisasi juga merupakan bentuk keadilan ekonomi. Pasalnya, keberhasilan hilirisasi akan memberikan efek langsung bagi petani, pekerja, dan masyarakat sekitar.
“Hilirisasi bukan sekedar membangun pabrik atau milik pengusaha elit, lebih dari itu hilirisasi adalah keadilan dan masa depan karena yang kita ingin hilirasi berkeadilan,” katanya. (Web Warouw)