JAKARTA- Peresmian Pembangunan museum Perjuangan Laskar Tionghoa di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta menuai protes. Pengkotak-kotakan asal para pejuang bagi kemerdekaan akan berdampak buruk pada pemahaman nasionalisme dan kedaulatan Indonesia. Hal ini disampaikan oleh pengamat hukum, Hermawanto kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (15/11).
“Saya menyesalkan pembangunan musium yang bernuansa asal negara, suku, atau apapun bagi para pejuang kemerdekaan. Kenapa negara membangun musium laskar tiongkok, bukan laskar nusantara atau laskar kemerdekaan Indonesia ?” ujarnya.
Menurutnya, , kemerdekaan Indonesia adalah buah dari perjuangan rakyat Indonesia, tanpa perlu pengkotak-kotakan yang berdasarkan sentimen agama, suku atau ras tertentu.
“Apakah kemerdekaan adalah hadiah dari Tiongkok atau buah perjuangan dari warga Tiongkok ? Menurut saya kemerdekaan adalah buah perjuangan rakyat Indonesia, dari manapun dia asalnya, mereka adalah rakyat Indobesia,” ujarnya.
Ia mengatakan, demi sejarah Indonesia, masa depan pemahaman nasionalisme anak bangsa, seharusnya seluruh simbol yang bernuansa suku, ras, agama, sedikit demi sedikit dihapus dan melebur dalam simbol merah putih.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, meminta kepada pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk terus menambah koleksi museum. Hal itu diperlukan untuk menambah khazanah sejarah bangsa Indonesia.
“Kita sudah dialog dan di sini masih banyak lahan kosong, sangat bagus kalau dibangun museum-musem supaya para generasi muda kita tahu sejarah-sejarah,” ujar Tjahjo dalam peresmian Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa, di TMII, Jakarta, Sabtu (14/11).
Tidak Membedakan
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dalam sambutannya pada peresmian Monumen Laskar Tionghoa dan Jawa Melawan VOC (1740-1743) di Taman Budaya Tionghoa, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (14/11) menegaskan, dirinya sangat menolak adanya istilah mayoritas dan minoritas.
“Pejuang bangsa ini dulunya tidak membedakan asal sukunya apa, usia berapa, laki-laki atau perempuan. Semua bertekad memerdekan bangsa ini,” tegasnya.
Tjahjo Kumolo mengapresiasi pendirian Monumen Laskar Tionghoa dan Jawa Melawan VOC (1740-1743).
“Adanya museum ini adalah ide yang sangat baik. Pada prinsipnya pemerintah menyambut baik peresmian monumen ini,” katanya.
Dia berharap agar monumen perjuangan sejarah terkait apapun tidak hanya dibangun di TMII.
“Kami imbau gubernur, bupati, dan wali kota, kalau ada tokoh pejuang bangunlah patung atau jadikan nama jalan,” ujarnya. (Calvin G. Eben-Haezer)