MEDAN- Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) meminta masyarakat Sumatera Utara agar menahan diri, menyusul ketegangan masyarakat di Pulo Brayan, Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, Kamis (26/1) lalu. Ketua Partai PKNU Di Sumatera Utara, Muhammad Ikhyar Velayati Harahap kepada Bergelora.com di Medan, Minggu (29/1)
“Tahan diri. Jangan sampai isi ceramah agama di rumah-rumah ibadah justru mengoyak-ngoyak kemajemukan dan toleransi beragama yang mengakibatkan konflik Suku, Agama dan Ras (SARA). Terlalu mahal biaya yang akan di tanggung bangsa ini “ ujar Ikhyar.
Ia mengatakan jangan sampai kejadian ini justru memicu bentrok antar agama di Sumatera Utara. Kejadian ini harus bisa dijadikan pembelajaran bagi para pendakwah baik dari kalangan Muslim maupun non Muslim,” ujarnya.
Ikhyar menambahkan kejadian Pulo Brayan ini harus menjadi introspeksi bagi semua pihak, bahwa Republik Indonesia adalah negara Pancasila yang di bangun di atas landasan kemajemukan dan toleransi. Tanpa ada kemajemukan dan toleransi, maka NKRI bisa hilang dari bumi pertiwi.
“Indonesia adalah negara unik dan beda. Sebab Indonesia bukan negara sekuler dan bukan pula negara agama, tapi berlandaskan Pancasila. Pancasila memberikan kebebasan beragama, namun tidak akan memberikan toleransi terhadap penodaan agama,” tegasnya.
Ikhyar menjelaskan, Islam mengajarkan toleransi yang luhur atas dasar tanggung jawab di hadapan Allah SWT. Menurutnya Al Qur,an sudah mengajarkan,
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tak kan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( QS Al-Baqarah:256).
Muhammad Ikhyar Velayati Harahap melanjutkan kutipannya,
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al-An’am:108)
Dari ayat di atas menurutnya, sebenarnya Islam sudah memberikan tuntunan dan panduan bagi umat bagaimana mengimplementasikan kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara.
“Mudah-mudahan kasus ini adalah yang terakhir di Sumatera Utara. Semua pihak harus dapat menahan diri dan mengambil hikmah dari kasus ini, ujar ikhyar di akhir pembicaraan,” tegasnya.
Ceramah Meresahkan
Sebelumnya, sejumlah warga Pulo Brayan Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, mendadak mendatangi Mesjid Taqwa, Kamis (26/1). Pasalnya kedatangan ratusan warga tersebut merasa keberatan dengan adanya ceramah dari Ustadz Burhanuddin Siagian yang menyinggung kepercayaan agama lain.
Menurut sumber dilapangan Ustadz Burhanuddin Siagian ini seorang muallaf. Isi ceramahnya membuat panas kuping dan membuat resah sejumlah umat non muslim disekitarnya. Karena idak senang terhadap isi ceramah tersebut sehingga mereka mendatangi Masjid Tagwa dengan beramai-ramai.
Berdasarkan pantuan dilapangan ratusan umat non muslim mendatangi Masjid Taqwa hal ini membuat suasana sekitar masjid menjadi mencekam.
Beruntung, jamaah masjid dan warga lainnya tidak tersulut emosi dan akhirnya memilih untuk duduk bersama di Kantor Kelurahan membicarakan persoalan tersebut. Dikabarkan, isi ceramahnya membuat tersinggung umat non muslim di sekitarnya.
Usai mendatangi masjid, warga kemudian diajak untuk berdialog di kantor lurah guna membahas persoalan.
Hadir di situ, Wakil Wali Kota Medan, Akhyar Nasution yang tak berapa lama datang setelah kejadian. Selain itu, Kapolsek Medan Timur Kompol Wilson Pasaribu.
Setelah hampir satu jam, pembahasan itu pun berakhir damai. Warga yang marah tak memperpanjang persoalan tersebut.
“Sudah tidak ada masalah lagi. Dari hasil pertemuan, hanya ada salah paham saja soal ceramah ustad yang dirasa menyinggung warga nonmuslim. Tapi, setelah diterangkan akhirnya mereka mengerti,” ujar Wilson. (Sugianto)